BLH Kota Probolinggo    "SI JUPPE"   S emangat,  I novatif,  J u jur,  P rofesional,  P e duli

Wawali Ajari Daur Ulang Sampah Plastik

Pemkot melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH), menggelar pelatihan daur ulang sampah plastik. Pelatihan dibuka langsung oleh Wawali Bandyk Soetrisno, dengan didampingi Kepala BLH Imanto, Asisten Administrasi Mulyono, serta Ketua Papesa (paguyuban peduli sampah) Sukiman, degan dihadiri oleh seluruh Kepala SKPD, Camat, Lurah seKota Probolinggo. Dalam sambutannya Ketua Papesa Sukiman mengatakan bahwa, tujuan dari pelatihan kali ini adalah, mengatasi masalah sampah plastik, dengan mendaurulangnya menjadi berbagai jenis barang yang cantik, unik, menarik dan eksklusif, yang diminati masyarakat banyak. "Tujuan lainnya adalah menjadikan produk hasil daur ulang sampah plastik, untuk penciptaan lapangan kerja, serta sumber pendapatan, bagi masyarakat suatu komunitas, atau organisasi sosial kemasyarakatan, serta mewujudkan kesadaran masyarakat, dalam memilah dan mengolah sampah" kata Sukiman dalam acara yang digelar di ruang Sabha bina praja (SBP) kemarin (21/12).

Sukiman juga mengatakan, pelatihan daur ulang sampah plastik, direncanakan selama 3 hari, mulai 21 hingga 23 Desember, di BLK Jalan Brantas dengan peserta 30 orang dari masyarakat pemilah sampah, dan 20 orang dari masyarakat yang belum bergabung dalam kelompok masyarakat pemilah sampah. Sementara itu Wawali Bandyk Soetrisno dalam kesempatan ini mengatakan bahwa, panitia atau dinas terkait harus mengadakan suatu pembinaan, dan terbukti bisa berhasil.

Wawali juga mengatakan bahwa, daur ulang sampah plastik ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya dari segi ekonomi, yang tadinya hal-hal kecil tidak ada artinya, sehingga berubah punya nilai ekonomis. “Yang kedua adalah, tinjauan dari tenaga kerja, Probolinggo pengangguran cukup banyak, apalagi setiap tahun sekitar 3500 lulusan SMA, harapannya kita kegiatan semacam ini, bisa membantu, mengurangi masalah pengangguran,” kata Wawali. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Nandur Pohon Demi Hari Tata Ruang (Hataru)

Dalam rangka memperingati Hari Tata Ruang (Hataru), kemarin dilaksanakan penanaman pohon, di lapangan Karya Bhakti Yon Zipur, mulai pukul 6.30 WIB hingga pukul 8.30 WIB. Penanaman pohon kali ini dibuka oleh Wawali Bandyk Soetrisno, dihadiri Sekda Johny Hariyanto, Ketua TP PKK Hj. Rukmini Buchori, forum koordinasi pimpinan daerah, komandan yon zipur, Ketua DPRD, Ketua Komisi B, para Asisten, seluruh Kepala SKPD, Camat dan Lurah, Ketua Dharma wanita persatuan, Ketua Persit Chandra Kirana, Ketua Bhayangkari, Ketua Dharma Yukti Karini, serta Ketua Adhiyaksa Dharma Karini, dan Ketua LPM seKota Probolinggo. Menurut Kabid Fisik Bappeda Suwignyo Widodo, melalui Kasubid penataan ruang Ary Puspita, tujuan penanaman pohon, dalam rangka peringatan hataru tahun 2011, adalah untuk mengkampanyekan, pentingnya keterlibatan semua pihak, dalam penyelenggaraan penataan ruang, serta sebagai upaya untuk mencapai, kualitas hasil penataan ruang yang baik dan konsisten.

Ary Puspita juga mengatakan, kegiatan penanaman pohon diambil, menjadi salah satu upaya menyadarkan semua komponen masyarakat, guna membangun kesadaran diri, untuk mengurangi dampak pemanasan global, yang mengakibatkan penurunan produktifitas alam, keberlanjutan dan kelestarian lingkungan, melalui perwujudan kota hijau. Sementara itu Wawali Bandyk Soetrisno, mengatakan, terkait dengan penyediaan ruang terbuka hijau (RTH), kondisi saat ini di Kota Probolinggo, masih sangat dimungkinkan, karena sebagian besar wilayah Kota Probolinggo, yang luas keseluruhannya 5,667 Ha, masih berupa lahan pertanian, yaitu seluas 2593,64 Ha atau 45,77%, dan luas lahan permukiman 2.090,04 Ha atau 36,88%.

"Kondisi ini tentunya sangat potensial untuk lebih dikembangkan, guna mendukung kota hijau," kata Wawali Bandyk Soetrisno. Bandyk mengimbuhkan, untuk menuju kota hijau program yang dilakukan Pemkot telah melakukan berbagai upaya. Di antaranya, mengembangkan jalur hijau, melalui jalan-jalan protokol, melalui tamanisasi dengan gerakan "Kota Seribu Taman". Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Inovasi Pemerintah Kota Probolinggo

Dinilai berhasil dalam pengelolaan lingkungan hidup di wilayahnya, Kota Probolinggo kerap jadi rujukan daerah lain untuk belajar lingkungan. Tidak hanya lembaga masyarakat yang berkunjung, kepala daerah pun turun langsung. Inovasi Pemkot Probolinggo di bidang lingkungan diakui secara nasional bahkan lembaga dari luar negeri. Komitmen pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup inilah yang membuat nama kota ini dikenal banyak daerah. Terbukti, berbagai daerah berbondong-bondong belajar tentang pengelolaan lingkungan hidup di Kota Probolinggo. Masyarakat dari luar kota pasti dibikin berkesan saat memasuki Kota Probolinggo, karena akan disambut pemandangan tamanisasi yang kini menjadi ikon Kota Probolinggo yaitu Kota Seribu Taman.

Program tamanisasi sendiri mulai digalakkan sejak tahun 2006. Tamanisasi ini terbentuk berkat partisipasi berbagai instansi pemerintah, perusahaan, lembaga pendidikan bahkan partai politik. Dari tamanisasi ini dapat diperoleh manfaat sebagai salah satu sarana melepas kepenatan, menciptakan nuansa iklim investasi sehingga berpeluang menarik investor. Program ini juga untuk menyadarkan masyarakat peduli terhadap lingkungan. Kegiatan ini berhasil menyulap wajah kota menjadi sehat, nyaman, asri dan sehat. Lokasi yang digunakan untuk program tamanisasi dimulai tahun 2006 sampai 2011 secarabertahap. Mulai dari Jl Soekarno Hatta, Jl Brantas, Jl Lumajang, Jl Raya Bromo, Jl Panjaitan, Jl A Yani, Jl Raya Bromo (selatan terminal) dan Jl Anggrek. Total jumlah taman di Kota Probolinggo sampai 2011 adalah 405 lokasi/kavling.

Selain tamanisasi, pengelolaan sampah juga menjadi rujukan studi khusus bagi daerah lain. TPA (tempat pembuangan akhir) terletak di Jl Anggrek, Mayangan memiliki luas 4 hektar. Meski menjadi tempat berkumpulnya sampah dari segala penjuru Kota Probolinggo, memasuki kawasan ini tidak akan mencium bau tidak sedap dan lalat bertebaran. Volume sampah yang masuk ke TPA setiap hari sekitar 42,70 ton/hari (sumber: BLH-bidang P2DPLH tahun 2010). Sampah berasal dari perumahan, industri, pasar, toko, restoran, taman, pengairan dan rumahsakit. Pengolahan akhir sampah memakai sistem sanitary landfill. Sistem penimbunan sampah secara berlapis-lapis lalu sampah ditutup tanah secara bertahap. Dengan ini (sistem) mencegah timbulnya bau dan berkembang vektor penyakit seperti lalat. Di sini juga dilengkapi perpipaan gas methan, pengelolaan lindi dan drainase.

TPA bekerjasama dengan paguyuban peduli sampah (Papesa) mengurangi jumlah sampah dengan sistem pengelolaan sampah berbasis komunitas. Sasarannya komunitas masyarakat (rumahtangga) menggunakan pengelolaan sampah dengan cara pemilahan dan pengolahan. Tahun 2010 lalu disosialisasikan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dapat menunjang percepatan pengelolaan sampah di Kota Probolinggo.TPST itu untuk kegiatan penggunaan ulang, pendauran ulang, pengumpulan, pemilahan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Saat ini sekitar 8 TPST yang tersebar di seluruh wilayah, Skala menengah di UPT pengelolaan sampah dan limbah serta Unit Pengolahan Sampah Pasar Terpadu Ungup-Ungup. Sedangkan skala kecil di perumahan Asabri, Bromo, Kopian, STI, Sumbertaman dan UPT IPLH. Kelebihan dari pengelolaan sampah di kota Probolinggo adalah sampah di olah menjadi pupuk organik dan kemudian dimanfaatkan untuk memupuk taman-taman di kota Probolinggo sehingga terbangun sinergitas program dan kemandirian pupuk, tidak tertutup kemungkinan dikemudian hari pengelolaan sampah menjadi pupuk organik ini bisa menjadi unit pendapatan sendiri bagi Kota Probolinggo.

Latar belakang program adalah masih rendahnya komitmen pemerintah daerah dalam hal pengelolaan lingkungan. Adapun tujuannya adalah terciptanya lingkungan kota yang sehat dan nyaman serta meningkatnya partisipasi semua komponen warga kota dalam pengelolaan lingkungan hidup. Output yang dihasilkan adalah terciptanya program pembangunan yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan dan kesehatan sehingga suasana kota semakin bersih, hijau dan sehat. Sedangkan outcome yang muncul adalah tumbuhnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya lingkungan yang sehat, bersih, dan nyaman. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Kunjungi Kota Probolinggo, Staf Khusus Presiden Kagumi Tamanisasi

Rabu (2/11) lalu Kota Probolinggo kedatangan tamu dari kalangan istana Presiden RI. Ialah staf khusus presiden bidang publikasi dan dokumentasi Brigjen Achmad Yani Basuki. Mantan pejabat di TNI ini bersilaturahmi dengan Walikota Probolinggo HM Buchori.Bertempat di Puri Manggala Bakti silaturahmi yang dihadiri pejabat di lingkungan pemkot Probolinggo dan kepolisian setempat itu berlangsung cukup gayeng. “Ini sebenarnya bukan kunjungan resmi beliau. Kebetulan pulang ke Kraksaan jadi mampir kesini. Sebelumnya kami bertemu di suatu kesempatan dan ditindaklanjuti sekarang silaturahminya,” ujar Walikota Buchori. Buchori menceritakan kalau mereka sebenarnya pernah bertemu, dalam pertemuan tersebut walikota memngajak Brigjen Achmad Yani bertandang ke Kota Probolinggo apabila berkesempatan datang ke Jawa Timur.

Setelah sambutan singkat dari orang nomor satu di Kota Probolinggo ini, dilanjutkan staf khusus presiden memberikan sambutan. Malam itu, Achmad Yani Basuki menceritakan sedikit tentang keluarganya, bahwa istrinya berasal dari Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo. Kesan positif tentang Kota Probolinggo pun disampaikan staf khusus ini. Dia mendengar kalau kota mangga ini kerap menerima berbagai penghargaan di bidang lingkungan seperti Adipura dan hutan kota. “Saya jalan di Kota Probolinggo ada taman-taman yang indah. Ada kavling taman dan namanya. Ini merupakan bentuk rasa memiliki pada lingkungan,” ungkap Achmad Yani yang mengaku bisa “pulang kampung” karena presiden sedang ada tugas ke luar negeri dan dirinya tidak ikut serta.

Banyak hal yang disampaikan oleh staf khusus presiden bidang informasi dan dokumentasi ini. Katanya, media massa saat ini memiliki banyak karakter dalam memberitakan sesuatu. Yang terjadi adalah kesuksesan jarang diberitakan dibanding hal yang buruk. “Memang tidak semua media demikian,” cetusnya. Akibatnya masyarakat makin merasa bingung dan dibuat terkecoh oleh pemberitaan. “Pemberitaan yang tidak sebagaimana adanya dan tidak ada tabayun ditambah situasi pers yang pesimis tidak mengajak kemajuan. Saya ngeri kalau negara kita dituduh negara haram, negara korupsi atau pemerintah tidak hadir di kegiatan acara. Kadang-kadang (pemberitaan) tidak seimbang. Pernah presiden kita bermuhasabbah malah dibilang bohong,” jelas Achmad Yani Basuki.

Achmad Yani kembali bertutur, jika zaman orde lama, ada pemberitaan yang menjelek-jelekkan pemerintah, keesokan harinya wartawan itu dipanggil dan kena omel. Tapi, sistem seperti itu sudah tidak bisa diterapkan di zaman orde baru seperti sekarang ini. “Kalau sekarang, kita malah yang mikir besok wartawan menulis apa ya?,” ucap dia sambil disambut tawa tamu undangan. Malam itu diinformasikan pula sedikit tentang aktifitas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang bekerja luar biasa. Pasalnya, presiden RI ini tidak pernah libur dan tidak pernah cuti. Berbeda dengan presiden-presiden di luar negeri. “Presiden di dunia itu kenal cuti, bahkan menawarkan negaranya didatangi saat presiden liburan. Nah, disini (Indonesia) tidak ada libur,” tegasnya.

Tidak hanya berbicara tentang bidang yang dijabatnya, dia juga menegaskan tentang empat pilar negara Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. Pancasila merupakan dasar negara, apabila ada seseorang yang melakukan penyimpangan dan tidak sesuai dengan pancasila, maka harus diakui kalau seseorang itu telah berprilaku menyimpang. Selain itu, ada beberapa komponen bangsa dalam islam yaitu ilmunya ulama, pemimpin yang amanah, usaha pedagang dan ibadahnya hamba. “Kita harus menjunjung tinggi NKRI. Waton kita itu Indonesia,” pungkas Achmad Yani Basuki menutup sambutannya. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Kota Probolinggo Siap Jadi Kota Hijau

Kota Probolinggo menjadi Kota Hijau, inilah sepenggal sambutan yang disampaikan Walikota H.M.Buchori, dalam Semiloka Empoyment For Green City, dalam rangka memperingati hari tata ruang Provinsi Jatim tahun 2011, yang dipusatkan di Kota Probolinggo, Rabu (16/10) hingga Kamis (27/10). Menurut Walikota H.M.Buchori, terkait dengan penyediaan ruang terbuka hijau (RTH), kondisi saat ini di Kota Probolinggo masih sangat dimungkinkan, karena sebagian besar wilayah Kota Probolinggo, yang luas keseluruhannya 5.667 Ha, masih berupa lahan pertanian, yaitu seluas 2593,64 Ha atau 45,77% dan luas lahan pemukiman 2.090,04 Ha atau 36,88%. " Kondisi ini tentunya sangat potensial, untuk lebih dikembangkan, guna mendukung perwujudan Kota Probolinggo, sebagai Kota hijau" Kata Walikota.

Lebih lanjut Polirisi PDIP ini mengatakan bahwa, sehubungan dengan program pengembangan kota hijau (P2KH), pada saat ini sesungguhnya program kegiatan yang dilakukan, oleh Pemkot telah banyak mengarah pada upaya perwujudan menuju kota hijau. Sementara itu Kepala Bappeda Budi Krisyanto, yang menjadi pembicara Semiloka, menyampaikan tentang Probolinggo menuju kota hijau " Probolinggo Toward Green City". Budi mengatakan, yang menjadi outline Probolinggo menuju kota hijau adalah, urgensi kota hijau, gambaran umum kota hijau, viis kota Probolinggo, eksisting RTH Kota Probolinggo, potensi pengembangan RTH Kota Probolinggo, kegiatan-kegiatan menuju kota hijau, dukungan kebijakan menuju kota hijau, penghargaan yang diperoleh, komitmen menuju kota hijau, serta kegiatan strategis menuju kota hijau. "Visi penataan ruang-RTRW Kota Probolinggo tahun 2009-2028 adalah terwujudnya, penataan ruang wilayah yang produktif, seimbang dan lestari bagi kesejahteraan masyarakat," tutur Budi.

Kepala Bappeda juga mengimbuhkan, potensi pengembangan kota hijau Probolinggo di antaranya, masih luasnya lahan belum terbangun yang dapat dialokasikan untuk pengembangan RTH, potensi wilayah pesisir dengan garis pantai sepanjang 7 Km dan luas hutan mangrove 104,1Ha, 15 mata air yang potensial untuk dikembangkan, ketersediaan lahan aset Pemkot di tiap Kelurahan untuk pengembangan RTH publik Kelurahan dan Kecamatan, program tamanisasi, keberadaan komunitas masyarakat peduli lingkungan, partisipasi dunia usaha, serta partisipasi pihak sekolah. " Berbagai kegiatannya diantaranya, penyusunan tata ruang kota, penyusunan dokumen penyediaan dan pemanfaatan RTH publik tahun 2010, penerbitan SK Walikota No 188.45/143/KEP/425.012/2010 tentang penetapan lokasi RTH publik aset Pemkot" katanya. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Ratusan Pelajar Ikuti Kegiatan ABBLP

Semangat Sumpah Pemuda juga ditunjukkan oleh ratusan pelajar SMA di Kota Probolinggo. Minggu kemarin (30/10), sekitar pukul 06.30 WIB, bersama Paguyuban Kader Lingkungan (Pakerling) Kota Probolinggo, para pelajar SMA ini tampak melaksanakan kerja bakti di Terminal Bayuangga Kota Probolinggo dalam kegiatan bertajuk “Ayo Bersih-Bersih Lingkungan bersama Pakerling” (ABBLP). Menurut, Anis Lailiana, Ketua Pakerling Kota Probolinggo, kegiatan yang diprakarsai oleh Pakerling ini sejatinya memang ditujukan ditujukan bagi generasi muda. Selain sebagai sarana pendidikan kecintaan lingkungan, kegiatan ini juga dilaksanakan sebagai wujud peringatan hari Sumpah Pemuda. “Kegiatan ini kami laksanakan dalam rangka persiapan penilaian Adipura 2012. Dimana tujuan kami melaksanakan kegiatan ini adalah selain sebagai sarana pendidikan kecintaan lingkungan bagi generasi muda, juga sebagai wujud peringatan hari Sumpah Pemuda ke-83 di tahun 2011 ini.” Jelas Anis kepada Suara Kota.

Kegiatan yang dimulai sejak pukul 05.30 WIB tersebut berlangsung di tiga tempat, diantaranya: Perumahan Kopian, Lapangan Perumahan Bromo dan Terminal Bayuangga. Kegiatan pagi itu tidak hanya diisi dengan kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan dan saluran terbuka (salter) saja tetapi juga dilakukan penanaman 50 pohon jenis perdu di lokasi kegiatan. Untuk peserta, rupanya Pakerling pun tak hanya menggandeng dan melibatkan 10 orang siswa dari masing-masing sekolah setingkat SMA yang ada di Kota Probolinggo, tetapi kegiatan ini juga melibatkan puluhan guru pendamping (guru PLH), warga masyarakat sekitar dan staff UPT IPLH Kota Probolinggo. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

City Sanitation Summit (CSS) Dorong Bangun Sanitasi Hunian

Sebanyak 67 kabupaten dan kota se-Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi Indonesia (Akkopsi) menggelar City Sanitation Summit (CSS) ke-XI di Kota Probolinggo. Forum ini merupakan ajang pertukaran pengalaman berbagai kota/kabupaten yang peduli dan giat dalam pembangunan sanitasi permukiman. Menurut Ketua Akkopsi,R Bambang Priyanto,pertemuan ini diharapkan terbangun kemitraan Akkopsi dengan calon anggotanya dengan dukungan tim teknis pembangunan sanitasi, dalam rangka mendorong peningkatan dan kampanye pembangunan sanitasi di Indonesia. Pembangunan sanitasi ini berawal dari kepedulian terhadap kesehatan lingkungan masyarakat yang berbeda dalam masing-masing daerah. ”Akkopsi yang saat ini terdiri dari 67 kabupaten dan kota mendorong daerah-daerah dalam meningkatkan upaya advokasi, promosi dan kampanye pembangunan sanitasi di Indonesia. sasaran akhirnya adalah mendukung program percepatan pembangunan sanitasi permukiman,” kata Bambang Priyanto yang juga wali kota Jambi.

Program sanitasi ini, lanjut Bambang, adalah salah satu upaya preventif dalam mengantisipasi penyebaran penyakit menular.Penanganan masalah sampah masyarakat, kebersihan lingkungan adalah upaya yang menjadi prioritas. Direktur Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Pembiayaan dan Kapasitas Daerah Kementerian Keuangan Adriansyah mengungkapkan, pemerintah pusat memberikan dukungan dana dalam rangka pembangunan sanitasi di daerah. Pembangunan sanitasi ini merupakan pelayanan dasar masyarakat dalam bidang kesehatan dan lingkungan. ”Program pembangunan sanitasi ini juga melibatkan lembaga donor yang peduli dengan kesehatan lingkungan masyarakat,” kata Adriansyah. Program sanitas di Kota Probolinggo di antaranya dengan mengolah limbah atau sampah organik dan anorganik.Pengolahan sampah ini difokuskan pada kawasan pemukiman sebagai penghasil sampah primer.

Melalui Paguyuban Peduli Sampah (Papesa),masyarakat diajak berpartisipasi aktif dalam menyeleksi sampah rumah tangga sebelum dibuang pada tempat pembuangan sampah akhir (TPA).Papesa yang merupakan himpunan dari kelompok masyarakat (pokmas) yang terdiri dari ibu rumah tangga merupakan penyaring pertama limbah tersebut. ”Sampah rumah tangga ini sejak awal sudah dipisahkan dalam dua kelompok organik dan anorganik. Sampah organik diolah dalam komposter,sedangkan sampah anorganik dipilah-pilah dalam beberapa jenis.Seperti plastik dan bungkus minuman atau makanan kemasan dikelompokkan tersendiri,” kata Sukiman, koordinator Papesa,Kota Probolinggo.

Menurut Sukiman,kedua jenis limbah sampah ini sama-sama memiliki nilai ekonomi yang tinggi setelah melalui penyortiran. Limbah makanan atau minuman kemasan ini diolah lagi menjadi berbagai bentuk kerajinan, seperti tas,topi,celemek, dll. Sementara, limbah plastik dikirimkan pada unit pengolahan limbah plastik yang ditangani Paguyuban Ecopesantren untuk didaur ulang. Namun yang menjadi fokus utama dari Papesa ini, lanjut Sukiman, adalah meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah sejak dari rumah. Dengan menyayangi sampah, masyarakat tidak akan mendapatkan musibah, sebaliknya justru mendapatkan berkah. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Pertemuan Puncak Sanitasi se-Indonesia Digelar di Probolinggo

Sebanyak 67 kota dan kabupaten yang tergabung dalam Asosiasi Kota dan Kabupaten Peduli Sanitasi Indonesia (Akkopsi) menggelar Pertemuan Puncak Sanitasi se-Indonesia ke-31 (City Sanitation summit) di Kota Probolinggo, Jawa Timur, Senin. Ketua Umum Akkopsi, R. Bambang Proyanto, mengatakan, Pertemuan Puncak Sanitasi se-Indonesia yang juga sekaligus rakernas ke-33 itu membahas tata lingkungan serta kesehatan kota dan kabupaten, khususnya sampah dan limbah yang dihasilkan dari masyarakat. "Kondisi sanitasi lingkungan di berbagai kota dan kabupaten di Indonesia bervariatif. Banyak kota dan kabupaten yang kondisi kesehatan dan tata lingkungannya masih jelek, sehingga jika musim kemarau sering terjadi wabah muntaber, karena banyak warga yang masih menggunakan sungai sebagai jamban," katanya.

Untuk itu, Askkopsi mulai tahun 2011 hingga tahun 2012 bertekad untuk menciptakan kota dan kabupaten yang bersih lingkungannya, yakni dengan cara menggunakan kembali, mendaur ulang, serta mengolah kembali limbah. Para peserta Pertemuan Puncak Sanitasi juga melakukan kunjungan lapangan terhadap sanitasi lingkungan percontohan di Kota Probolinggo, di antaranya Taman Pemrosesan Sampah (TPS) Bestari Mayangan, Pokmas Mangunharjo Mayangan, serta Ponpes Albadriyan Kanigaran.

Koordinaror Paguyuban Peduli Sampah Kota Probolinggo, Sukiman mengatakan, pronsip pengelolaan sampah di Kota Probolingg adalah menahan sampah jangan sampai menimbulkan musibah. Namun, sebaliknya juga sampah bisa dikelola dengan baik, sehingga bisa mendatangkan berkah bagi masyarakat. Ia menjelaskan pengelolaan limbah dimulai dari rumah tangga, sehingga para ibu dididik untuk memilah limbah dari rumah tangga masing-masing.

Limbah organik dikirim ke Taman Pemrosen Sampah (TPS) dengan sistem bagi hasil, yakni 70 persen dikembalikan ke masyarakat dan 30 persen untuk pengelola TPS. Begitu pula limbah plastik. Untuk limbah plastik yang masih baik dimanfaatkan ulang dengan cara diproduksi menjadi tas, topi, tempat tisu, maupun peralatan lainnya. Sukiman mengakui, produk-produk limbah masih mengalami kesulitan dalam pemasarannya, namun dengan cara memproduksi ulang, maupun memproses menjadi pupuk sudah dapat mengatasi sampah sehingga tidak menjadi masalah.

Ia menjelaskan, limbah organik diproses di Taman Pemrosesan Sampah (TPS) Bestari Mayangan. Unit pemroses sampah yang berasal dari masyarakat serta sekolah itu secara bertahap ditimbuni sampah dan dipisahkan limbah lindinya, kemudian diproses dengan bakteri sehingga air yang dibuang sudah aman. Sementara sisa limbah padatnya bisa digunakan sebagai bahan pupuk kompos, sedangkan lahan bekas timbunan sampahnya bisa dijadikan taman hutan kota. Sampah yang diproses di TPS tersebut merupakan limbah organik.

Limbah plastik itu dipilah sesuai kondisinya. Limbah plastik yang masih baik digunakan lagi dengan dijadikan sebagai produk baru seperti tas, topi, atau tempat tisu. Kegiatan ini dilakukan oleh Pokmas di lingkungan permukiman masing-masing. Untuk limbah plastik yang sudah jelek diproses daur ulang, seperti yang dilakukan oleh Ponpes Albadriyan Curahgrinting, Kanigaran yang mampu memroses limbah plastik sekitar 3 ton per hari. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Peserta City Sanitation Summit Kunjungi TPA Probolinggo

Masih dalam rangkaian CSS (City Sanitation Summit) XI dan Rakernas AKKOPSI (Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi di Indonesia) III Tahun 2011 yang selama tiga hari (16-18 Oktober 2011) pelaksanaannya dipusatkan di Kota Probolinggo, kemarin (17/10), para peserta CSS melaksanakan kunjungan lapangan ke beberapa lokasi percontohan sanitasi. Kunjungan lapangan yang dilaksanakan selepas Wakil Walikota Probolinggo, Bandyk Soetrisno, memberikan paparan mengenai keberhasilan Kota Probolinggo dalam pelaksanaan sanitasi ditujukan agar peserta dapat melihat secara langsung penanganan sanitasi di Kota Probolinggo dan juga sebagai sarana saling bertukar informasi antar para peserta konferensi.

Dalam pelaksanaan kunjungan lapangan, peseta konferensi dibagi dalam 5 kelompok dimana masing-masing kelompok akan mengunjungi satu lokasi percontohan, diantaranya: TPA Kota Probolinggo di Jl. Anggrek, Instalasi Pengolahan Limbah Industri di PT. PAI dan PT. Indopherin Jaya, Pengelolahan Limbah Plastik Eco-Pesantren di Curahgrinting, TPST khusus Sampah Pasar di Ungup-Ungup dan wujud partisipasi masyarakat dalam pengolahan sanitasi oleh Papesa dan Pokmas SLBM di Kel. Mangunharjo.

“Sejak tahun 2005, jauh sebelum Kota Probolinggo ikut, dan ambil bagian dalam Akkopsi, kita (Kota Probolinggo, red.) sudah peduli terhadap masalah-masalah sanitasi. Strategi sanitasi Kota Probolinggo. Yang meliputi pengolahan limbah, sitem drainase lingkungan dan kegiatan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, red.),” terang Wawali Bandyk. “Meski punya strategi bukan berarti kota tidak memiliki masalah sanitasi. Kendala pemkot dalam menangni masalh sanitasi, utamanya di kawasan Mayangan. Karena banyak masyarakat yang tinggal di tanah milik negara. Sehingga tidak bisa disentuh pembangunan sanitasi yang digelontor kementrian.” Lanjut Walali Bandyk.

Setiba di TPA Kota Probolinggo, salah satu pilihan lokasi kunjungan, rombongan peserta konferensi terlebih dahulu mendapatkan ringkasan informasi mengenai SOP (Standart Operational Procedure) yang diterapkan di TPA oleh Ka. UPT Pengelolaan Sampah dan Limbah, Lucia Aries Yuliyanti. Bagian dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo yang memiliki tugas pokok di bidang pengelolaan sampah. Setelah mendapat paparan, peserta kemudian melanjutkan peninjauan ke tempat proses pengolahan plastik dan sampah yang ada di areal TPA Kota Probolinggo. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Siswa SMP Negeri 6 Menanam Mangrove di Pesisir Pantai Ketapang

Selain peduli lingkungan melalui kegiatan Jum’at Bersih, Siswa SMP Negeri 6 Probolinggo juga sangat peduli terhadap pantai di Probolinggo, hal ini terbukti dengan antusiasme mereka dalam mengikuti kegiatan Penamaman Mangrove di Pantai Ketapang pada Jum’at 14 Oktober 2011 yang lalu. Dalam kegiatan tersebut sebanyak 2000 pohon mangrove yang ditanam disepanjang Pantai Ketapang bersama sekitar 500 siswa Probolinggo yang lainnya. Sebelum siswa melaksanakan penanaman, siswa mengikuti penjelasan dari guru Pendamping. Mangrove merupakan tanaman pelindung dan sangat penting untuk ditanam, hal ini sesui yang diungkapkan oleh Mulyastuti, S.Pd. (Guru Biologi SMP N 6 Probolinggo sekaligus Guru Pendamping) di salah satu bagian kegiatan tersebut.

Menurut penjelasannya Mangrove merupakan tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang kemudian menjadi pelindung daratan dari gelombang laut yang besar. Sungai mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove dikelilingi oleh air garam atau air payau. Idealnya, hutan mangrove tumbuh subur karena Mangrove mempunyai toleransi besar terhadap kadar garam dan dapat berkembang di daratan bersalinitas tinggi di mana tanaman lain biasanya tidak dapat tumbuh.Ekosistem hutan mangrove memberikan banyak manfaat baik secara tidak langsung maupun secara langsung kepada kehidupan manusia.

Kota Probolinggo memiliki daerah pantai yang cukup luas dan bepotensi besar bagi pengembangan sumber energi kelautan, oleh karena itu kelestarian lingkungan pantai harus tetap terjaga dengan baik. Daerah pantai Ketapang Probolinggo perlu tumbuh kembangkan tanaman mangrove ini karena merupakan lokasi strategis ekosistem mikro organisme laut dan terlebih dapat menahan aliran gelombang ombak laut yang besar bagi keselamatan wilayah Kota Probolinggo.

Setelah Penjelasan dari Guru Pendamping selesai, dilanjutkan dengan Penanaman Mangrove di sepanjang pantai. “Waduhh….. lumpurnya dalam sekali” jeritan salah satu siswa, tak ayal banyak siswa yang terjebur Lumpur, namun mereka kelihatan gembira dan menikmatinya. “Ini luar biasa, melihat pentingnya Mangrove, siswa lain harus juga ikut serta pada kesempatan yang lain” begitu menurut Andik Sasmitro, S.Pd (Pembina OSIS SMPN 6 Probolinggo) yang juga mengikuti secara langsung kegiatan ini. Setelah selesai menamam, mereka membersihkan diri dari Lumpur selanjutnya mengikuti kegiatan Telusur Pesisir Pantai yaitu berjalan kaki sambil melihat-lihat hutan mangrove yang sudah ada disekitar tambak. Setelah berjalan sejauh 10 km mereka tiba di Taman manula Latangkring untuk beristirahat, makan bersama dan undian berhadiah. Kegiatan ini berakhir sekitar pukul 10.30 wib. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Aksi Penanaman Pohon Dukung Program Penghijauan Pemerintah

Menyandang julukan sebagai Kota Seribu Taman tak lantas membuat Kota Probolinggo berleha diri. Masih dalam rangkaian peringatan Hari Jadi Kota Probolinggo ke-652, kalau dalam pelaksanaan Hari Krida minggu lalu (16/9) dilaksanakan Kerja Bhakti Masal, maka dalam pelaksanaan Hari Krida yang dilaksanakan kemarin (7/10), Bappeda Kota Probolinggo menggandeng PT. Bank Jatim Cab. Probolinggo melaksanakan Aksi Penanaman Pohon di sepanjang jalan Begawan Solo. Acara yang dimulai dengan apel pagi, pukul 05.30 WIB, dihadiri oleh seluruh satker yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Probolinggo. Dalam apel pagi, Walikota Probolinggo, HM. Buchori, mengungkapkan kebanggaannya atas dukungan satker dan peran serta seluruh lapisan masyarakat hingga Kota Probolinggo mendapatkan predikat ketiga se-Jatim dalam program pengentasan kemiskinan (Pro Poor Award).

“Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak, khususnya dukungan satker-sakter yang ada di lingkungan pemerintah Kota Probolinggo, dan juga peran serta seluruh lapisan masyarakat, sehingga Kota Probolinggo mendapat predikat ketiga seJatim dalam program pengentasan kemiskinan. Serta PT KTI yang mendapatkan peringkat ke4 se-Jatim dalam program CSR (Coorporate Social Responsibility, red.)” ungkap Walikota Buchori dalam sambutannya. Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung program-program lingkungan dan penghijauan yang selama ini sudah berjalan dengan baik. Selepas apel, para peserta menanam sekitar 350 bibit pohon mahoni di sepanjang jalan. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Kualitas Udara di Kota Probolinggo Masih Baik

Global warming menjadi permasalahan yang harus dipecahkan sehingga tidak menjadi momok bagi generasi berikutnya, tidak terkecuali bagi Kota Probolinggo. Kota ini terus bertekat menangani persoalan lingkungan, mulai menggalakkan penghijauan dari tahun ke tahun hingga melakukan pengetesan terhadap kualitas udara. Kepala Badan Lingkungan Hidup Ir H Imanto, MM mengatakan Kota Probolinggo sebagai salah satu kota yang selalu berbenah khususnya di bidang pembangunan tentunya memberi dampak terhadap kondisi lingkungan sekitar. Udara merupakan komponen yang paling terpengaruh dengan adanya pembangunan yang dilaksanakan. Dan UPT Laboratorium Lingkungan yang merupakan kepanjangan tangan pemerintah dalam melakukan pemantauan kualitas lingkungan telah melakukan pengujian udara ambien secara berkala. Hal ini dimaksudkan agar kualitas udara Kota Probolinggo bisa selalu dipantau.

Pada tahun ini BLH melalui UPT Laboratorium Lingkungan telah melakukan pengujian udara ambien di 5 (lima) titik lokasi yang mewakili seluruh wilayah Kota Probolinggo sejak Maret lalu. "Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas udara Kota Probolinggo masih baik dan sehat," katanya, Selasa (23/8). Pengujian udara ambien berada di lima titik yaitu TWSL (Taman Wisata Studi Lingkungan), Jl Brantas, Terminal Banyuangga, Jl Panglima Sudirman (depan kantor walikota) dan Kedopok. Imanto menjelaskan risiko daerah yang terus melakukan pembangunan dan banyaknya industri akan berdampak pada lingkungan sekitarnya. Dan udara merupakan komponen yang paling terpengaruh adanya pembangunan tersebut.

Pengujian kualitas udara ambien penting dilakukan karena dengan mengetahui hasil pengujian tersebut Pemkot Probolinggo bisa mengukur dampak dari pembangunan yang terjadi, khususnya industri / pabrik dan kendaraan sebagai sumber emisi yang secara langsung berpengaruh terhadap udara bebas. Dari hasil uji itu dapat dijadikan langkah dasar untuk menentukan kebijakan pemerintah. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Pakar Unesco Jadi Pembicara Workshop Mangrove

Menindaklanjuti kegiatan Lokakarya Program Pendidikan dan Pelestarian Hutan Mangrove yang dilaksanakan bulan Mei 2011 silam, kali ini (18/8) kembali Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo menggelar Workshop Program Pendidikan dan Pelestarian Hutan Mangrove Kota Probolinggo Tahun 2011. Acara yang digelar selama dua hari ini (dari tanggal 18 – 19 Agustus) mengambil dua tempat, yakni di SMP Katholik “Mater Dei” untuk workshop pendampingan untuk mengunggah (upload) hasil penyusunan modul Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang dihasilkan oleh guru-guru PLH Kota Probolinggo pada website dan di ruang Sabha Bina Praja, Kantor Walikota Probolinggo untuk pelaksanaan diskusi terkait action plan / aksi langsung pelaksanaan Green Map yang telah dihasilkan pada lokakarya Mei silam.

Dipilihnya SMP Katholik “Mater Dei” sebagai tempat di hari pertama pelaksanaan kegiatan workshop pendampingan adalah karena sekolah ini dianggap memiliki perangkat pendukung multimedia yang paling lengkap dan memadai bagi para peserta workshop. “Kami (BLH) memilih SMPK karena sekolah ini kami anggap memiliki perangkat pendukung multimedia yang paling lengkap dan juga memadai bagi seluruh peserta workshop.” Ujar Diah Sayekti, Kepala UPT IPLH yang baru 3 bulan menggantikan posisi Fitriawati untuk mengurusi Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL). Kegiatan yang masih bekerjasama dengan Yayasan Sampoerna School of Education, diikuti oleh 60 guru, baik sekolah dasar, menengah dan menengah atas di Kota Probolinggo, yang pada ksempatan Mei 2011 lalu juga merupakan peserta Lokakarya Program Pendidikan dan Pelestarian Hutan Mangrove.

Stein Matakupan, Eksekutif Secretary sekaligus koordinator CEI di Indonesia, kembali tidak datang sendiri. Kali ini Stein menggandeng Prof. Fumihiko Shinohara, Head the Departement of Educational Studies, Faculty of Education, Tokyo Gakugey University Japan yang merupakan utusan UNESCO, sebuah lembaga PBB yang sangat concern terhadap masalah pendidikan, khususnya masalah pendidikan di negara-negara dunia ketiga, untuk hadir ke Probolinggo dan membagikan pengalamannya seputar dunia mengajar. Dalam pengantarnya, Shinohara sempat menyinggung konsep Thrid Wave (Gelombang Ketiga) milik ilmuwan asal Amerika Serikat, A. Toffler yang mengatakan bahwa di abad ke-21 ini, sumber daya yang terpenting adalah sumber daya manusia.

“Manusia mungkin berpikir bahwasannya uang dan alat-alat yang canggih itu sangat penting dalam kehidupan manusia untuk memenangkan hidupnya. Untuk membuatnya menjadi orang yang “berkuasa”. Tapi itu salah. Di abad ini (abad 21, red.), manusialah sumber daya yang paling penting. Ini bukanlah pendapat saya sendiri. Di tahun 1980, Toffler sudah mengatkannya lewat bukunya Third Wave, bahwasannya masyarakat yang melek terhadap informasi, di samping penguasaannya pada khasanah budaya lokal, akan menjadi sebuah “senjata” baru di abad ini. Dan ini penting untuk dipahami oleh seorang guru.” Ungkap Shinohara panjang lebar di hadapan 60 guru peserta workshop. Materi presentasinya yang berjudul Developing Multimedia for Issues on Sustainable Development and How to Use It in Teaching, Shinohara juga menekankan akan pentingnya THINK GLOBAL, ACT LOCAL. Bahkan secara khusus, kepada Suara Kota, Shinohara menyatakan kebanggaannya mengenai Kota Probolinggo.

“Saya sudah 16 kali datang ke Indonesia dan ini adalah kunjungan pertama kali saya ke Probolinggo. Kemarin saya sudah melihat lokasi hutan mangrovenya. Dan menurut saya, Probolinggo mengagumkam. Di Probolinggo, alam dan manusia hidup bersama. Ini kebalikan dengan apa yang saya saksikan di Jakarta. Jakarta punya wilayah yang besar, biaya besar, konsep mahal tapi sedikit sekali partisipasi masyarakat. Di Probolinggo, meski tanpa wilayah yang besar, biaya yang besar, konsep yang mahal, partisipasi warga masyarakatnya cukup besar. Harmonisasi dari alam dan manusia.” Jelas Shinohara kepada Suara Kota dalam bahasa Inggris ala Jepang-nya yang ia banggakan sebagai khasanah lokal itu.

Di hari kedua pelaksanaan, rupanya pancingan yang diberikan atas kehadiran Shinohara, bak bola salju, mulai menggelinding semakin membesar di antara para peserta diskusi. Tujuan yang semula hanyalah diharapkan pada munculya jejaring guru PLH mangrove Kota Probolinggo yang dapat bekembang menjadi jejaring nasional, atau bahkan internasional, lewat infomasi yang diberikan oleh Shinohara, bahwa bulan Desember 2011 nanti, Jakarta akan menjadi tuan rumah pelaksanaan 15th UNESCO-APEID International Conference, maka diharapkan ada perwakilan guru-guru PLH Kota Probolinggo yang dapat mengikuti konferensi tingkat internasional tersebut.

“Saya mengharapkan ada perwakilan beberapa guru Kota Probolinggo yang mengirimkan paper untuk mengikuti seminar UNESCO di Jakarta.” Harap Imanto, Kepala BLH, dalam sambutannya di hari kedua pelaksanaan, di hadapan peserta diskusi, di gedung Sabha Bina Harja, Kantor Walikota Probolinggo. Tentunya hal ini senada dengan apa yang menjadi harapan dari Sekdakot Johny Haryanto. Di samping ucapan terimakasih dan kebanggaannya terhadap BLH, Johny juga mengingatkan kembali pada tujuan kegiatan workshop, yakni: terbentuknya Pusat Pendidikan Mangrove Kota Probolinggo, munculnya Jejaring Guru Peduli Lingkungan, dan terciptanya Kurikulum Pendidikan Lingkungan.

“Saya bangga dengan upaya yang dilakukan BLH. Ini tentunya mengingatkan kita untuk memperlakukan lingkungan, khususnya hutan mangrove, lebih baik lagi. Terima kasih juga saya sampaikan atas keadiran Prof. Shinohara dan Ibu Stein. Sehinggga kami, istilahnya, tidak perlu jauh-jauh studi banding ke Jepang,” Ungkap Johny. “Tapi perlu saya ingatkan lagi pelunya kita memaknai pertemuan kita di pagi hari ini. Tujuannya apa? Dan apa yang bisa kita dapatkan dari pertemuan ini? Semoga apa yang sudah menjadi tujuan awal kita, yakni terbentuknya Pusat Pendidikan Mangrove Kota Probolinggo, munculnya Jejaring Guru Peduli Lingkungan, dan terciptanya Kurikulum Pendidikan Lingkungan dapat segera terwujud.” Harap Johny dalam sambutannya. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Tujuh Tahun, Tanam 300 Ribu Pohon, Sabet Banyak Penghargaan

Berbagai program soal lingkungan hidup dan komitmen antara pemerintah dan masyarakat berhasil mendorong Kota Probolinggo menyabet banyak penghargaan dan menjadi percontohan daerah di Indonesia. Lima tahun berturut-turut kota ini mendapat penghargaan bergengsi di bidang lingkungan yaitu Adupura. Mendukung penghargaan tersebut, salah satu big program yang masih terus digalakkan sampai detik ini adalah penanaman pohon. Selama tujuh tahun terakhir sebanyak 304.983 pohon telah ditanam di 90,04 hektar lahan. “Penanaman pohon menjadi salah satu kegiatan yang kami lakukan di setiap ada moment. Menanam pohon bisa meminimalisir dampak kerusakan lingkungan. Selain itu mudah, tidak perlu banyak biasa dan bisa dilakukan siapa saja,” terang Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Imanto.

Tahun 2011 ini Kota Probolinggo mborong penghargaan di bidang lingkungan yaitu Adipura, Adiwiyata mulai jenjang pendidikan SD, SMP, SMA dan SMK, penghargaan Walikota Probolinggo sebagai Pembina Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi Jawa Timur, penghargaan peringkat 2 penyusunan status lingkungan hidup daerah (SHLD) Provinsi Jawa Timur. Tidak berhenti disitu, seorang warga kota Mukhlis juga memperoleh penghargaan kategori perintis lingkungan (Kalpataru) peringkat 3, penghargaan juara I lomba cipta lagu mars Adiwiyata kepada SMAN 4 dan penghargaan Jawa Pos Otonomi Award bidang pengelolaan lingkungan hidup.

Imanto membeberkan, penghargaan-penghargaan tersebut diperoleh karena Kota Probolinggo memang layak memperolehnya. Terbukti dari program penghijauan, kebersihan serta pelestarian lingkungan berhasil dilaksanakan. Bercerita tentang penghargaan SHLD yang diperoleh, dalam SHLD itu berisi dokumen membahas tentang langkah-langkah pemkot untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup. “Salah satu hal yang kami bahas di SHLD adalah bagaimana pembangunan yang dilakukan tidak berdampak ke lingkungan. Karena pembangunan memang berpotensi merusak lingkungan tetapi bagaimana caranya supaya kerusakan itu bisa diminimalisir,” imbuh Kabid KSDA (Konservasi Sumber Daya Alam) Yoyok Imam.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan yang diraih karena pelibatan pemerintah dengan masyarakat, dunia usaha dan dunia pendidikan. Kota Probolinggo pun punya lembaga masyarakat dalam pengelolaan lingkungan antara lain Dewan PErtimbangan Berkelanjutan (DPB), Forum Jaringan Manajemen Sampah (Forjamansa), Paguyuban Putri Lingkungan, Paguyuban Peduli Sampah (Papesa), Paguyuban Kader Lingkungan (Pakerling), Paguyuban Abang Becak, Eco Pesantren dan Sekolah Adiwiyata.

Meski sudah banyak meraih penghargaan dan punya program, bukan berarti BLH tidak bergerak melakukan inovasi. Tahun 2011-2012 ini pemkot bakal berupaya memperkuat kegiatan lingkungan hidup dengan cara menandatangani MoU (memorandum of understanding) dan action bersama dua lembaga luar negeri. Pertama, dengan GIZ (Gesellshcaft for Internasionale Zusammenarbeit) Jerman. Bersama GIZ MoU telah digelar pada 13 Desember 2010, tahun ini ditindaklanjuti dengan action workshop mendukung kegiatan yang sebenarnya sudah dilaksanakan oleh pemkot. “Bekerjasama dengan GIZ ini lebih diperkuat lagi upaya kita. Kegiatannya terkait penanggulangan dampak perubahan iklim,” ucap Yoyok.

Keuntungan yang didapat pemkot bekerjasama dengan GIZ, setidaknya lembaga tersebut bisa menjadi fasilitator agar pemkot mendapat dana untuk kegiatan lingkungannya baik donator dari dalam atau luar negeri. Bahkan kabarnya, susunan draft anggaran perubahan iklim untuk Kota Probolinggo bakal dibesarkan oleh pemerintah pusat melalui DAK (dana alokasi khusus).

Selain GIZ, pemkot juga bekerjasama dengan CEI (Caretakers of the Environment Internasional) Indonesia. Output kerjasama ini pendidikan dan pelatihan hutan mangrove di Kota Probolinggo melibatkan guru yang peduli terhadap lingkungan. “Insyaallah bulan depan akan kami bahas (tindaklanjut kerjasama dengan CEI),” tegas Yoyok. Pasalnya, CEI hanya melirik beberapa daerah untuk potensi mangrove-nya yaitu Kota Probolinggo dan Bali. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Lomba Mural Tingkat SMP SMA Digelar Di TRA

Masih dalam kemeriahan pelaksanaan even SEMIPRO 2011 yang bertepatan pula dengan peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1432 H, Rabu kemarin (29/6) bertempat di Kolam Renang Bayuangga (eks. TRA), Kompleks Kampung Seni Kota Probolinggo, berlangsung Lomba Lukis Dinding (MURAL) yang digelar oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo. Lomba lukis yang mempertandingkan 25 sekolah tingkat SMP dan SMA di Kota Probolinggo ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan kesadaran kepada para siswa agar turut berpartisipasi dalam upaya-upaya pemulihan lingkungan. “Tujuannya adalah memberikan wawasan dan kesadaran kepada siswa, tingkat SMP/SMA, khususnya yang ada di Kota Probolinggo agar mereka turut ambil bagian, berpartisipasi terhadap upaya-upaya pemulihan lingkungan, utamanya lingkungan yang ada di sekitar mereka. Selain itu tujuannya adalah agar para siswa ini mengenali lingkungan mereka dan juga menumbuhkan bakat kreativitas di bidang melukis.” Ujar Bambang Riyanto, Kabid P3KLH di BLH Kota Probolinggo yang sekaligus juga sebagai Penanggung Jawab kegiatan Lomba Lukis Dinding ini.

Dalam kesempatan ini, setiap sekolah (1 group) diwakili oleh makasimal 5 orang siwa yang lukisannya akan dinilai oleh juri berdasarkan 3 kriteria, yakni: kesekuai lukisan dengan tema, kreativitas dan teknik. Lomba yang dimulai sejak pukul 8.30 WIB tersebut diharapkan mampu memunculkan kader-kader muda lingkungan yang akan menjadi contoh di masyarakat mengenai wujud nyata pelestarian lingkungan hidup. “Kami berharap muncul kader kader muda lingkungan yang dapat menjadi contoh di masyarakat. Menjadi contoh nyata pelesetarian lingkungan hidup di masyarkat.” Lanjut Bambang.

Lomba yang berakhir pukul 14.30 WIB tersebut menobatkan SMAK “Mater Dei” atas nama Agung, Cristian dan Hans sebagai kampiun juara. Berturut-turut juara berikutnya adalah grup dari SMPN 5 Probolinggo, SMA N 1 Tongas sebagai Juara II dan III. Sementara Juara Harapan I kembali diraih oleh SMA K “Mater Dei”, Harapan II dan III diraih oleh SMKN 2 Probolinggo dan SMPN 1 Probolinggo. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Belajar Kinerja Pengelolaan Lingkungan Ke Probolinggo

Senin (27/6/2011), rombongan yang dipimpin kabag Humas Pemkab Wonogiri, Waluyo, menuju tiba di Kantor Pemkot Probolinggo sekitar pukul 08.55 WIB. Rombongan disambut oleh pejabat Kota Probolinggo, seperti Kabag Humas, Gatot Wahyudi, Kepala Bappeda Budi Krisyanto dan Kabag Umum dan mantan Kabag Humas Rey Suwigtyo. Pertemuan di salah satu ruangan selesai pukul 11.00 WIB. Berdasarkan pemantauan Espos, tulisan selamat datang terpampang secara jelas saat bus berisi rombongan Kunker melintas di jalan protokol kota itu. Di sepanjang jalan protokol hingga Kantor Pemkot Probolinggo taman kota tumbuh subur dan bersih. Menurut Gatot, tahun ini ada tambahan lima penghargaan Adiwiyata. Kami membuat program tamanisasi 1.000 lokasi.

Selain taman, Probolinggo juga memaksimalkan pengolahan sampah. Kepala Bappeda Probolinggo, Budi Kristyanto mengatakan, pola pengelolaan sampah menjadi salah satu program yang diminati daerah lain. “TPA, kami ubah menjadi taman pengelolaan akhir bukan tempat pengelolaan akhir. Kami mengubah image kotor menjadi menyenangkan. Untuk itulah, TPA kami justru menjadi wisata sampah.”

Kabid Kebersihan, Badan Lingkungan Hidup, Probolinggo, Abdul Rahman mengatakan pihaknya melibatkan 52 pekerja untuk memilah-milah sampah. “Lokasi TPA memiliki luas 4,5 hektare. Volume sampah per hari mencapai 44 ton. Sampah diolah menjadi biogas yang bisa menerangi lokasi TPA. Saat ini kami akan memperluas lahan TPA namun masih terkendala 30-an KK. Jika program rumah susun (Rusun) selesai, mereka kami pindahkan ke Rusun itu.”

Dalam hal pengolahan sampah, sekilas Espos melihat lokasi hamparan tidak jauh berbeda dengan lokasi TPA di Desa Kerjo Kidul, Kecamatan Ngadirojo. Lahan yang begitu luas dengan bangunan unit pengolah sampah menjadi biogas ataupun kantor. Bedanya, TPA di Probolinggo kondisi sampah hanya terlihat sebagian sedangkan di TPA Ngadirojo sampah terlihat menghampar.

Perbedaan lain, lalat dan bau tercium saat orang datang ke lokasi TPA namun di Probolinggo kondisi itu tidak ada. Menurut Kabag Humas Rey, Suwigtyo, metode yang dipakai adalah metode landfill. Metode ini relatif mudah dilakukan. Hamparan besar dengan lapisan bawah berupa terpal atau plastik itu bisa menampung sampah dalam jumlah besar. Akan tetapi, jika penanganan kurang tepat landfill dapat menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan lingkungan.

Masalah utama yang sering timbul adalah bau dan pencemaran air lindi atau leachate yang dihasilkan. Selain dua hal itu, landfill juga menghasilkan gas metana jika tidak dimanfaatkan akan menyebabkan efek pemanasan global.Air lindi merupakan air dengan konsentrasi kandungan organik yang tinggi yang terbentuk dalam landfill akibat adanya air hujan yang masuk ke dalam landfill. Air lindi merupakan cairan yang sangat berbahaya karena selain kandungan organiknya tinggi, juga dapat mengandung unsur logam (seperti Zn, Hg).

Air lindi memerlukan perlakuan awal, yaitu dengan menghilangkan kandungan inorganik dalam air lindi. Setelah kandungan inorganik dalam air lindi dapat dihilangkan atau dikurangi, kemudian air lindi dapat diolah lebih lanjut untuk menghilangkan kadar kandungan organiknya. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Terpesona Olah Sampah Tak Berbau

Bagian Humas Pemkab Wonogiri bersama sejumlah wartawan yang bertugas di Wonogiri, selama dua hari Minggu (26/6) dan Senin (27/6), melakukan studi banding di Pemkot Probolinggo, Jatim. Rombongan melihat proses pengolahan sampah milik Pemkot. Sampah yang bau busuk, setelah diolah tidak berbau. Berikut catatan Reporter Joglosemar Eko Sudarsono, yang ikut studi banding tersebut. Rombongan studi banding dari Humas Pemkab Wonogiri dipimpin Kabag Humas Waluyo. Saat tiba di Probolinggo, rombongan diterima Kabag Humas dan Protokol Pemkot Probolinggo Gatot Wahyudi, Kepala Bappeda Budi Tris dan Kabag Umum Rey Suwigtio. Gatot Wahyudi saat menyambut menyampaikan ucapan selamat datang kepada rombongan dari Wonogiri. Kemudian, penjelasan lebih lanjut disampaikan Kepala Bappeda Budi Tris. Ia menjelaskan seputar Pemkot Probolinggo dan sistem pengelolaan sampah. Kata dia, pengelolaan sampah telah berlangsung dengan baik. Bahkan, para abang becak yang menukar sampah dengan sembako ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), untuk selanjutnya diolah. “Pemkot Probolinggo terdiri dari lima kecamatan dan 29 kelurahan. Dengan pendapatan asli daerah kurang lebih Rp 60 miliar. Dan anggaran kas daerah sebesar Rp 567 miliar. Dengan jumlah penduduk 217.000 jiwa,” terangnya.

Sampah Ditukar Sembako
Kata dia, penanggulangan kemiskinan, pengangguran, pendidikan dan reformasi birokrasi menjadi visi Pemkot yang dipimpin Walikota HM Buchori dan Wakil Walikota Bandyk Soetrisno. “Penanggulangan kemiskinan salah satu upaya dengan pengajuan pembangunan rumah susun untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan dana dari Kementerian Perumahan Rakyat. Kini sudah ada dua rumah susun yang ditempati sekitar 98 KK. Dan akan terus kami upayakan,” katanya. Kemudian mengenai pengelolaan sampah, kata dia, memiliki tempat pengolahan yang sama sekali tidak berbau. Terkait abang tukang becak yang menukar sampah dengan sembako dijelaskan Budi, merupakan salah satu upaya untuk mengurangi jumlah sampah di lingkungan sekitar. Sampah-sampah ini nantinya akan dipilah, baik dengan bantuan pemulung maupun dengan alat pemilah sampah organik dan sampah anorganik yang ada di TPA di wilayah Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan. Setelah memperoleh penjelasan, rombongan kemudian melihat TPA yang dimaksud.

TPA yang menempati areal seluas empat hektare ini dipergunakan baik untuk pengolahan dan tempat pembuangan. Sebelum ditumpuk, pada bagian dasar dilapisi dengan terpal. Sampah yang sudah diratakan lantas diuruk dengan tanah. Pipa dari area TPA disalurkan ke dua bak penampung air hasil fermentasi sampah. Untuk selanjutnya diolah sehingga aman saat dibuang. Proses inilah yang membuat sampah di sana kering, sehingga bau busuk yang kerap ada di TPA tidak terjadi di sana. Kepala Bidang Penanggulangan Dampak Pencemaran Kantor Lingkungan Hidup, Abdul Rachman mengatakan luas total area TPA sekitar 10 hektare, namun baru 4 hektare yang gunaannya karena masih ditempati warga. “Pelan-pelan kami minta untuk pindah, karena area yang ditempati milik Pemkot. Tapi tentu lama, tidak bisa begitu saja diminta untuk pindah,” jelasnya. Kemudian mengenai bidang humas yang ada di Pemkob Probolinggo, diakui Rey, tiap tahun menganggarkan Rp 3,2 miliar untuk kegiatan wartawan. Pemkot memberikan penghargaan bagi media yang meliput kegiatan Pemkot.. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Adipura ke-5 Untuk Kota Probolinggo

Tahun 2011 ini Kota Probolinggo kembali meraih piala Adipura yang ke-5, serta penghargaan Adiwiyata yang di raih oleh SMKN 1, SMKN 2, SMAN 4, SMPN 4, SDN Mangunharjo, serta SDN Sukabumi 6. Beberapa waktu lalu Sabtu (11/6) Pemkot melakukan kirab Adipura, Adiwiyata serta piala KPPOD (komite pemantau pelaksanaan otonomi daerah) Award, kirab diawali dengan berjalan kaki, yang mengambil start di Rumah Dinas Walikota, sampai Alun-alun Kota. Setalah itu dilanjutkan dengan, upacara memperingati hari lingkungan hidup sedunia, dilanjutkan dengan kirab piala adipura, adiwiyata, dan KPPOD Award, yang mengambil start dan finish di Alun-alun. Ada puluhan mobil dalam iring-iringan pawai tersebut, tak lupa rombongan petugas kebersihan dari BLH (badan lingkungan hidup) setempat, juga mengikuti pawai dengan sepeda motor gerobaknya.

Pawai dimulai pukul 09.00, dengan wajah sumringah Walikota H.M.Buchori beserta istri Hj. Rukmini Buchori, menaiki mobil warna merah yang bempernya terpajang foto H.M.Buchori ketika menerima piala Adipura dari Presiden SBY. Dalam pawai kali ini Walikota beserta istri berada di urutan paling depan, dengan membawa piala adipura, disusul Wawali Bandyk Soetrisno dan Sekda Johny Hariyanto di mobil belakangnya dengan membawa piala KPPOD Award. Tidak ketinggalan Kepala BLH Imanto, beserta seluruh pejabat Pemkot juga mengikuti pawai dan kirab kali ini, mulai dengan berjalan kaki hingga kirab dengan iring-iringan mobil. Disepanjang jalan tampak masyarakat sangat mengelu-elukan, Walikota beserta rombongan, dan tak jarang masyarakat mendekat untuk berjabat tangan dengan orang nomor 1 di Kota Probolinggo ini.

Sesampai di finis Buchori beserta istri dan rombongan pawai, tidak berlama-lama di Alun-alun karena masih banyak rangkaian kegiatan lainnya, diantaranya ramah tama di kantor Pemkot, serta kunjungan ke Ponpes An-Nur. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Rapat Kerja Eco Pesantren Kota Probolinggo

Dalam rangka mendukung pembangunan nasional untuk mengentaskan kemiskinan dan pengangguran, pemerintah Kota Probolinggo perlu untuk peningkatan peran serta Pondok Pesantren di Kota Probolinggo melalui Rapat Kerja Paguyuban Eco Pesantren Kota Probolinggo. Acara rapat kerja tersebut di laksanakan Sabtu, 11 Juni 2011 Pukul 08.00 sampai dengan selesei di Ponpes An-Nur Kelurahan Sumber Taman yang dihadiri oleh Bapak Walikota Probolinggo HM Buchori SH Msi beserta narasumber dari masing-masing kegiatan yang sudah di jadwalkan sebelumnya. Adapun kegiatan yang di bahas pada rapat kerja tersebut terdiri dari 3 komis. Komisi 1 membahas Program Kerja Paguyuban Eco Pesantren, Komisi 2 membahas Permasalahan dan Potensi Pengembangan Pondok Pesantren dan Komisi 3 membahas Perencanaan Program Pembangunan Kota Probolinggo. Dari pertemuan tersebut diperoleh hasil pleno pembahasan untuk masing-masing komisi yakni :

A. Komisi 1
Membahas Tentang Program Kerja Paguyuban Eco Pesantren di masing-masing bidang yakni :
Bidang Ekonomi(Pembentukan dan Pendirian Koperasi Pondok Pesantren)
Bidang Humas (Kerjasama dengan masyarakat dan pemerintahan untuk pendampingan pembentukan koperasi dan pengolahan composting, Seluruh kegiatan yang dilaksanakan seluruh SKPD dapat diinformasikan kepada Paguyuban Eco Pesantren, Pertemuan Rutin untuk silaturahmi antar Ponpes 3 bulan sekali)
Bidang Pendidikan (Mengadakan lomba antar Ponpes Karya Ilmiah, Kaligrafi, Azhan, Qiroah, dll, Mengadakan Pelatihan skill Komputer, Peternakan, dll)
Bidang Lingkungan Hidup (Pembentukan pengolahan sampah terpadu, pengadaan alat composting, Penyediaan sarana dan prasarana misalnya countainer sampah khusus untuk paguyuban eco pesantren dan tosa, bak sampah)
Bidang Pertanian (Penyediaan alat untuk Pembuatan Biogas, Varietas bibit unggul dan Pembinaan pembuatan pupuk organik).

B. Komisi 2
Membahas Tentang Permasalahan Dan Potensi Pondok Pesantren :
Kekuatan Memiliki jaringan alumni yang tersebar, Pondok memiliki pandangan yang moderat, Banyak SDM pondok yang berpendidikan tinggi, Ada nilai kesederhanaan, kebersamaan, kemandirian dan kepatuhan, Memiliki nilai-nilai spiritual yang kuat, Memiliki bangunan tetap.
Kelemahan Minimnya ada budaya perencanaan yang melibatkan santri, Belum banyak pondok yang memanfaatkan teknologi untuk pengembangan nilai-nilai keunggulan, Masih kurangnya pelatihan life skill (keterampilan) dan kurangnya Optimalisasi hasil pelatihan life skill, Belum didukung oleh system data base anggota/santri yang baik, Tidak memiliki sumber pendapatan/fund raising yang tetap, Keterbatasan lahan/tanah untuk pengembangan ponpes, Tidak ada/terbatasnya pembuangan dan pengolahan sampah.
Peluang Kekuatan masyarakat yang memiliki basis massa dan basis perekonomian, Tawaran dari donator-donatur asing yang terbuka, Tawaran kerjasama dari pemerintahan
Ancaman Munculnya gerakan radikal yang mengatasnamakan islam/pondok, Intervensi politik dari berbagai partai-partai politik, Berkurangnya referensi/literasi IPTEK di Pondok Pesantren.
Rekomendasi Program/Kegiatan Optimalisasi penguasaan IT (Informasi Teknologi), Pengelolaan dan pemanfaatan sampah di Pondok Pesantren, Pendirian Koperasi Pondok Pesantren, Pelatihan Life skill santri.

C. Komisi 3
Membahas Tentang Perencanaan Pembangunan Kota :
1. Mengusulkan adanya keseimbangan pembangunan rohani dan jasmani agar tetap dipertahankan dan digalakkan, seperti akhlakul karimah terutama bagi generasi muda/ penerus sebagai petugas ajaran keagamaan, kemudian membangun keterampilan umat yang kurang beruntung, untuk mengurangi pengangguran. Harapannya pemerintah bias mengurangi pembinaan dan pemberian keterampilan agar bias memberdayakan masyarakat.
2. Mengusulkan program/kegiatan strategis yang meliputi : Mengusulkan adanya pasar santri yang berbasis islam, Serta percepatan pembangunan wilayah selatan, Memasarkan benda-benda islami, Sebagai pelaku pembangunan, bukan hanya sebagai sasaran pembangunan, Pembangunan Islamic Centre, Usulan rumah singgah untuk pengemis dan anjal, Mengusulkan adanya perpustakaan, Pembongkaran posko-posko partai, diharapkan generasi muda bisa lebih memanfaatkan masjid sebagai persinggahan, Merencanakan tempat wisata religi bagi makam kuno di kota probolinggo, Pemberdayaan makan kanjeng jimad, makam joyo lelono di mangunharjo, makam habib segaf, serta masjid tiban, Pembangunan pasar sapi yang dikelola oleh pemerintah, Pengadaan sarana dan prasarana untuk kegiatan raker tahun depan, Pemerataan ekonomi, antara masyarakat miskin dan masyrakat kaya, peningkatan pelayanan public, kemudahan secara administrative.
3. Adanya transfer ilmu kepada tiap-tiap pesantren tentang ilmu ekonomi dan atau adanya pembentukan koperasi di pesantren.
4. Mengusulkan tempat penginapan yang lebih layak dan mengusulkan adanya ternak lele dan sapi di kareng lor.
5. Adanya pemberian tambahan keterampilan di pondok pesantren (terutama pesantren kecil), misalnya menjahit dan elektronik.
6. Fasilitasi penyelenggaraan pameran pondok pesantren dan mengikuti MPS2. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Pemerintah Kota Probolinggo Kirab Piala Adipura

Kota Probolinggo kembali meraih penghargaan Adipura yang ke-5. Sabtu 11 Juni 2011 Pukul 09.00 WIB, Pemerintah Kota Probolinggo mengadakan acara Kirap penghargaan kelima piala Adipura Bidang Lingkungan Hidup dengan piala Adiwiyata dan KPPOD (Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah) Award tahun 2011.

Acara kirap yang di mulai setelah apel dalam peringatan hari Lingkungan Hidup Sedunia yang bertempat di Alun-Alun Kota Probolinggo di ikuti oleh Bapak Walikota Probolinggo HM Buchori SH Msi beserta Ibu Hj. Rukmini Buchori, membawa piala Adipura di barisan mobil terdepan lalu Bapak Wawali Bandyk Soetrisno dan Sekda Johny Haryanto di mobil lainya dengan membawa piala KPPOD. Tak lupa pula selain pejabat Pemkot Probolinggo, peserta kirap juga di ikuti oleh beberapa sekolah peraih piala Adiwiyata dan juga rombongan petugas kebersihan dari BLH (Badan Lingkungan Hidup) Kota Probolingo.

Meriahnya kirap piala Adipura, Adiwiyata, dan KPPOD Award Kota Probolinggo merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat atas keberhasilan yang di peroleh. Oleh karena itu dengan adanya pelaksanaan kirap, Pemerintah Kota memotifasi kepada masyarakat untuk tetap meningkatkan kebersihan khususnya di Lingkungan Kota Probolinggo. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Kirab Piala Adipura di Probolinggo

Kota Probolinggo tahun ini kembali meraih penghargaan Adipura yang ke-5. Sabtu (11/6) lalu pukul 09.00 WIB, Pemerintah Kota Probolinggo mengadakan acara Kirab Penghargaan Kelima Piala Adipura Bidang Lingkungan Hidup dengan piala Adiwiyata dan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Award tahun 2011.

Acara kirab yang dimulai setelah apel dalam peringatan hari Lingkungan Hidup Sedunia yang bertempat di Alun-Alun Kota Probolinggo diikuti oleh Wali Kota Probolinggo HM Buchori SH MSi beserta Ibu Hj. Rukmini Buchori, membawa piala Adipura di barisan mobil terdepan, Wakil Wali Kota Bandyk Soetrisno dan Sekda Johny Haryanto di mobil lainnya dengan membawa piala KPPOD, serta diikuti segenap Kepala Dinas, Camat dan Lurah se-Kota Probolinggo. Kirab ini juga diikuti oleh beberapa lembaga pendidikan peraih piala Adiwiyata, serta rombongan Petugas Kebersihan dari kantor Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo.

Meriahnya kirab piala Adipura, Adiwiyata, dan KPPOD Award Kota Probolinggo merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat atas keberhasilan yang diperoleh. Oleh karena itu dengan adanya pelaksanaan kirab, Pemerintah Kota berharap kepada masyarakat agar tetap meningkatkan kebersihan lingkungan. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Kota Probolinggo Raih Adipura ke-5

KOTA Probolinggo dipastikan kembali meraih piala Adipura pada tahun 2011 ini. Anugerah kota terbersih pada kategori kota sedang kali ini tercatat sebagai raihan ke-5 yang ditorehkan Kota Probolinggo sejak 2007 lalu. "Tahun ini Kota Probolinggo kembali mendapatkan piala Adipura. Ini Adipura ke-5 yang kita raih berturut-urut," ungkap Walikota Probolinggo yang juga Wakil Ketua Bidang Pendidikan-Kebudayaan-Keagamaan DPD PDI Perjuangan Jatim HM Buchori kepada www.pdiperjuangan-jatim.org, Senin (6/6) siang. Penghargaan Adipura rencananya diserahkan di Istana Negara di Jakarta, Selasa (7/6) besok. Kota Probolinggo yang berpenduduk sebanyak 216.967 (Hasil sensus penduduk tahun 2010, BPS Kota Probolinggo) berhasil memboyong Adipura untuk kategori kota sedang bersama sejumlah kota lainnya di Indonesia.

Sedang untuk kategori kota meteropolitan diraih Kota Surabaya, dan kategori kota besar diraih di antaranya Kota Yogjakarta. Diraihnya kembali Adipura oleh Kota Probolinggo, jelas Buchori, tak lain karena kerjasama seluruh lapisan masyarakat dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan. "Adipura bisa diraih sebagai hasil dari kerjasama seluruh warga Kota Probolinggo," tambah Buchori. Atas keberhasilan memboyong Adipura untuk kelima kalinya, masyarakat setempat berencana mengarak keliling kota piala tersebut. Kirab Adipura diikuti seluruh lapisan warga itu direncanakan hari Kamis (9/6) lusa. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Bank Sampah Bina Mandiri Goes To BLH Kota Probolinggo

Rabu, 25 Mei 2011, Bank Sampah Bina Mandiri mendapatkan kesempatan berbicara menjadi nara sumber di acara “ Sosialisasi Pengolahan Sampah Terpadu (PST) Kota Probolinggo Tahun 2011”. Acara ini diselenggarakan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo bekerjasama dengan Paguyuban Peduli Sampah (Papesa). Acara berlangsung di Puri Manggala Bhakti Kantor Walikota Probolinggo. Acara yang diikuti oleh 250 peserta ini terdiri dari ketua RW, ketua RT, Lurah, Perwakilan sekolah, mitra kerja lingkungan hidup, serta tim penggerak PKK kota seluruh Probolinggo. Terdapat 4 nara sumber lainnya yang ikut serta meramaikan acara ini. Ada PUSDAKOTA yang didatangkan dari UBAYA, kepala BAPEDA kota Probolinggo, Perwakilan Unilever surabaya, serta dari Paguyuban Peduli Sampah (Papesa).

Dalam Sosialisasi ini Bank Sampah Bina Mandiri ditugaskan untuk memperkenalkan profilnya dengan harapan dapat menjadi solusi alternatif pengolahan sampah kering di kota Probolinggo. Bank Sampah Bina Mandiri hadir membawakan materi mulai dari awal mendirikan sampai perkembangannya saat ini. Materi banyak menjelaskan tentang bagaimana mekanisme menabung, proses kerja bank sampah, sampai bagaimana tips dan trik membuka bank sampah. Setelah memberikan materi, Bank Sampah Bina Mandiri diajak berkunjung ke UPT pengolahan sampah (TPA) kota Probolinggo.

Sungguh merupakan pengalaman yang unik, karena pertama kalinya kami melihat Tempat Pembuangan Sampah Akhir tetapi sedikit sekali sampahnya. Jika dibandingkan dengan surabaya yang sampahnya menggunung dan baunya sudah tercium dari jauh, di TPA kota Probolinggo ini semua sampah baik organik maupun anorganik telah di daur ulang. Sampah organik, dijadikan kompos sedangkan sampah kering dihancurkan dengan mesin crusher. Untuk mengatasi keterbatasan lahan penampungan sampahnya, pihak BLH menguruk sampah sisa dengan tanah, kemudian diberikan lubang udara agar gas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan. Keberhasilan ini telah membawa TPA Probolinggo menjadi yang terbaik di Indonesia.

Demikianlah kunjungan singkat kami ke kota Probolinggo. Walau singkat, tapi kami mendapatkan banyak pelajaran yang baru. Semangat dan minat warga dalam pengolahan sampah, kontrol dan kinerja pemerintahan terutaman BLH yang memfasilitasi itu semua. Semoga surabaya dapat mengambil pelajaran juga dari kota Probolinggo. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Gerakan Sosial Peduli Sumber Mata Air (GSP-SMA)

Air mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Untuk itulah keberadaan sumber-sumber mata air membutuhkan perhatian khusus, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat sekitar sumber-sumber mata air tersebut. Apalagi keberadaan sumber-sumber mata air di kota-kota besar yang semakin lama keberadaan dan jumlahnya semakin sedikit. Memperhatikan permasalahan itulah, Pemerintah Kota Probolinggo berupaya untuk melakukan upaya revitalisasi guna melestarikan sumber-sumber mata air yang masih ada. Seperti diberitakan pada Suara Kota edisi sebelumnya (122) bahwasannya pemerintah melalui Bappeda tengah melakukan upaya revitalisasi untuk melestarikan dan memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber mata air.

“Kami akan melakukan kajian debit air. Sumber air tersebut rencananya akan disulap menjadi objek kunjungan wisata lokal bagi masyarkat Kota Probolinggo dan sekitarnya. Di sana juga bakal diberi fasilitas pendukung semacam becak air atau mainan bebek air.” Ujar Ir. Budi Krisyanto, M.Si., Kepala Bappeda Kota Probolinggo. “Bila memungkinkan untuk dikoneksikan 14 sumber mata air yang memiliki ukuran relatif, nanti dibuatkan instalasi. Njagani kalau PDAM error bisa dibuka instalasi dari sumber mata air itu.” Lanjutnya. Dan sebagai langkah awal mengoptimalkan pemanfaatan sumber mata air tersebut, maka Rabu kemarin (18/5), pemerintah melakukan Apel Gerakan Sosial Peduli Sumber Mata Air (GSP – SMA) yang dimulai dari sumber mata air Sentong, Jrebeng Wetan.

Acara yang dimulai pukul 06.00 WIB, dimulai dengan apel yang dipimpin oleh Walikota Probolinggo, HM. Buchori SH., M.Si. ini bertujuan untuk membersihkan sumber mata air dari tanaman eceng gondok dan sampah, “Tujuannya adalah membersihkan sumber mata air dari tanaman eceng gondok dan sampah sehingga memudahkan dalam perencanaan program pengembangan kelestarian lingkungan dan pengembangan wisata daerah.” Lapor Budi Kris dalam laporannya kepada Walikota pagi itu.

Dalam apel yang melibatkan sebayak 560 peserta dari semua stake holder pembangunan, diantaranya: dinas/instansi, TNI/Polri, ormas, pelajar dan masyarakat sekitar sumber mata air Sentong, Walikota Buchori menyampaikan arahan singkatnya bahwa sumber mata air hendaknya dirawat untuk keberlangsungan hidup manusia. “Spirit otonomi daerah dalam perencanaan pembangunan mengedepankan pemberdayaan sumber daya lokal dan pelibatan elemen masyarakat secara optimal dan dinamis. Maka dari itu, sumber mata air Sentong yang ada ini hendaknya dirawat untuk kemaslahatan umat, keberlangsungan hidup anak cucu kita.” Pesan Walikota Buchori dalam arahannya.

Acara lalu dilanjutkan dengan melakukan gerakan bersih-bersih sumber mata air yang meliputi 5 titik yang ada di Kelurahan Jrebeng Wetan dan Jrebeng Lor. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Sirtu Erupsi Gunung Bromo Bernilai Ekonomis

Di balik musibah erupsi Gunung Bromo, ada anugerah. Mengingat, jutaan meter kubik pasir dan batu (sirtu) yang tertumpah dari gubung berani itu menerjang sungai dan persawahan penduduk bisa menjadi bernilai ekonomis yang tak terhingga jika sudah saatnya bisa ditambang. Ya, sejauh ini, Pos Pengamat Gunung Bromo memang belum bisa menghitung berapa volume material vulkanis yang disemburkan Gunung Bromo, yang menerjang daerah sekitarnya. “Yang jelas itu mencapai jutaan meter kubik. Apalagi Bromo yang batuk-batuk mulai Nopember itu sampai sekarang belum berhenti,” ujar Mulyono, petugas di sana, Jumat (11/2) pagi tadi. Semburan berupa abu vulkanis Bromo telah menerjang empat daerah yang mengepung kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yakni, Probolinggo, Lumajang, Malang, dan Pasuruan. Abu dan pasir vulkanis Bromo juga sampai ke Kota Probolinggo dan kawasan pesisir di Kab. Probolinggo melalui banjir lahar dingin.

Dus tak hanya sungai yang dipenuhi sirtu, puluhan hektare (Ha) areal pertanian dan permukiman pun telah berubah menjadi “lapangan” pasir, kiriman dari sungai-sungai yan berhulu di lereng Gunung Bromo. Di Kota Probolinggo sedikitnya 26 Ha sawah rusak dan dipastikan gagal panen karena tertimbun pasir setebal 30-60 Cm. “Dengan rata-rata ketebalan pasir 45 Cm atau 0,45 meter, maka volume pasir pada 22 hektare sawah itu setara 117.000 meter kubik,” ujar Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo, Ir Imanto MSi. Pasir juga mengakibatkan pendangkalan Kali Legundi yang awalnya kedalamannya sekitar 4 meter kini penuh dengan timbunan pasir, sampai rata dengan badan jalan. Belum lagi pasir yang menimbun kawasan permukiman di belahan selatan Kota Probolinggo.

Sementara itu di Kab. Probolinggo sekitar 20 Ha areal sawah juga tertimbun pasir. Yakni, 10 Ha di Desa Pesisir dan 10 Ha di Desa Sumurmati, Kec. Sumberasih. Dengan rata-rata ketebalan pasir 0,45 meter, maka volume pasir pada 20 Ha sawah itu mencapai 90.000 meter kubik. Bayangnya, jika fenomena gunung berapi itu berhenti, maka sirtu yang dimuntakan tentunya bisa ditambang. Itu tentunya memberi peluang bagi masyarakat untuk meraup rejeki dari tambang sirtu itu. Bahkan bisa jadi, kegiatan tambang akan menjadi pengganti pekerjaan rutin masyarakat setelah sawahnya rusak. Hanya saja, menurut Ir Sanusi Sapuan, Kepala Dinas PU Kota Probolinggo, bahwa pasir kiriman dari Gunung Bromo itu dinilai kurang bagus untuk bahan bangunan (campuran semen). “Pasir lembut ini yang pas untuk alas menata paving stone dan tanah uruk,” ujarnya.

Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Probolinggo, 10 desa yakni, 5 desa di Kec. Sukapura dan 5 desa di Kec. Sumber tercatat paling parah dihujani abu. Ketebalan abu di areal pertanian mencapai rata-rata 1 meter. Dengan ketebalan abu 1 meter, maka dalam satu hektare lahan berarti menyimpan sekitar 8.000 meter kubik abu. Padahal, diperkirakan sekitar 2.000 Ha areal pertanian di Kab. Probolinggo rusak tertimbun abu vulkanis Bromo. Sehingga volume abu yang terhampar pada 2.000 Ha itu areal pertanian itu mencapai 16.000 juta meter kubik. Ini belum termasuk abu vulkanis yang mengendap di lembah-lembah dan lereng Gunung Bromo. Deposit abu di lereng atas Bromo itu kini menjadi ancaman karena hujan deras terus diprakirakan akan terus turun hingga Maret 2011 ini. Jutaan deposit abu vulkanis itu dikhawatirkan terbawa banjir lahan dingin dan menggelentor kawasan bawah di Kota dan Kab. Probolinggo. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Malam Anugrah Adiwiyata Bestari

Mengawali bulan Februari, Badan Lingkungan Hidup (BLH) menggelar Malam Anugerah Adiwiyata Bestari 2010 Kota Probolinggo. Acara yang dihelat pada Selasa malam (1/2), mulai pukul 19.00 WIB, di depan Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL) diwujudkan dalam rangka memberikan apresiasi atau penghargaan kepada sekolah-sekolah –dari tingkat SD sampai dengan SMA, di lingkungan Pemerintah Kota Probolinggo yang peduli atas terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup melalui pendidikan. Acara yang dihadiri oleh Sekda Jhony Hariyanto, anggota Forum Koordinator Pimpinan Daerah, para Pimpinan SKPD, Tim Pembina Adiwiyata Kota Probolinggo, Tim Evaluasi Adiwiyata Bestari, serta para Kepala Sekolah Adiwiyata ini sebelumnya sempat diguyur hujan deras. Namun tentunya hal tersebut tidak menghalangi kemeriahan acara penganugrahan Adiwiyata Bestari di malam itu. “Tahun 2010, Kota Probolingo adalah kota terbanyak di Indonesia yang mendapatkan Adiwiyata tingkat Nasional. Seluruhnya ada 6 sekolah. Semoga penghargaan ini (Adiwiyata Bestari, red.) memotivasi agar lebih banyak lagi sekolah-sekolah yang peduli terhadap lingkungan. Dan tentunya, di tahun ini (2011, red) kita dapat mempertahankan gelar tersebut “ ungkap Sekda Jhony Hariyanto sebelum memulai sambutannya.

Adiwiyata adalah produk dari Kementrian Negara Lingkungan Hidup bersama dengan Kementrian Pendidikan Nasional guna mendorong terciptanya sekolah-sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Dengan melaksanakan proses belajar mengajar materi lingkungan hidup dan turut berpartisipasi melestarikan serta menjaga lingkungan hidup di sekolah dan sekitarnya. Adiwiyata dengan filosofi “Partisipatif dan Berkelanjutan” mangajak setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah, menuju lingkungan yang sehat, menghindari dampak lingkungan yang negatif, membangun kembersamaan seluruh warga sekolah, dan secara bertahap mewujudkan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang unggul di bidang akademik dan mencetak generasi penerus bangsa yang peduli terhadap lingkungannya.

Dan di tahun 2010 kemarin, 6 prestasi Adiwiyata tingkat Nasional yang berhasil diraih oleh sekolah-sekolah di lingkungan Pemerintah Kota Probolinggo adalah: SMAN 2 sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri, SMKN 1 yang mendapat Adiwiyata Nasional di Tahun ke-3, SDN Mangunharjo 6 dan SMPN 4 yang Adiwitaya Nasional di Tahun ke-2, serta Calon Sekolah Adiwiyata Nasional yang diraih oleh SMAN 4 dan SDN Sukabumi 6. Dalam Sambutan Walikota yang dibacakannya, Sekda Jhony Hariyanto berharap adanya sinergi peran masing masing pemangku kepentingan, baik itu pemerintah, sekolah maupun warga masyarakat untuk secara terus-menerus dan berkelanjutan ditingkatkan sehingga kebersihan dan kepedulian terhadap lingkungan hidup bukan lagi semata-mata tanggung jawab dan kewajiban, melainkan juga merupakan kebutuhan.

Acara yang malam itu dipandu oleh Oke dan Stebby, menetapkan 10 sekolah yang berhak menyandang sebagai pemenang Adiwiyata Bestari 2010 Kota Probolinggo. SDN Sumber Wetan 2, SDK Mater Dei, SDN Curahgrinting 3, SDN Mangunharjo 12, SDN Ketapang 1 untuk tingkat SD; SMPN 3 dan SMPN 7 untuk tingkat SMP; dan SMKN 2, MAN 2 dan SMAN 1 untuk tingkat SMA. Dimana para pemenang Sekolah Adiwiyata Bestari 2010 ini berhak untuk mendapatkan piala, piagam dan total uang pembinaan senilai Rp. 12.500.000,-. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Walikota Calon Penerima IGA 2011

Program tamanisasi mulai digalakkan sejak tahun 2006 berkat prakarsa Walikota Probolinggo H. Buchori, SH.M.Si yang berhasil melibatkan seluruh elemen dan kelompok masyarakat yang ada disana, seperti instansi pemerintah, perusahaan, lembaga pendidikan bahkan partai politik. Dari tamanisasi ini dapat diperoleh manfaat sebagai salah satu sarana melepas kepenatan, menciptakan nuansa iklim investasi sehingga berpeluang menarik investor. Program ini juga untuk menyadarkan masyarakat untuk peduli terhadap kelestarian lingkungan. Kegiatan ini berhasil menyulap wajah kota menjadi sehat, nyaman, asri dan sehat. Program pemerintah setempat lainnya yang tergolong dalam pelestarian lingkungan adalah sistem pengelolaan sampah. TPA (tempat pembuangan akhir) terletak di Jl Anggrek, Mayangan memiliki luas 4 hektar.

Meski menjadi tempat berkumpulnya sampah dari segala penjuru Kota Probolinggo, memasuki kawasan ini tidak akan mencium bau tidak sedap dan lalat bertebaran. Volume sampah yang masuk ke TPA setiap hari sekitar 42,70 ton/ hari (sumber: BLH-bidang P2DPLH tahun 2010). Pengolahan akhir sampah memakai sistem sanitary landfill. Sistem penimbunan sampah secara berlapis-lapis lalu sampah ditutup tanah secara bertahap. Dengan ini (sistem) mencegah timbulnya bau dan berkembang vektor penyakit seperti lalat. Di sini juga dilengkapi perpipaan gas methan, pengelolaan lindi dan drainase.

TPA bekerjasama dengan paguyuban peduli sampah (Papesa) mengurangi jumlah sampah dengan sistem pengelolaan sampah berbasis komunitas. Sasarannya komunitas masyarakat (rumahtangga) menggunakan pengelolaan sampah dengan cara pemilahan dan pengolahan. Tahun 2010 lalu disosialisasikan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dapat menunjang percepatan pengelolaan sampah di Kota Probolinggo.TPST itu untuk kegiatan penggunaan ulang, pendauran ulang, pengumpulan, pemilahan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Saat ini sekitar 8 TPST yang tersebar di seluruh wilayah.

Berkat keberhasilan dua kebijakan yang ramah lingkungan ini, banyak sanjungan dan pujian dialamatkan kepada Kota Probolinggo. Bahkan tak sedikit daerah-daerah di nusantara yang menjadikan Kota Probolinggo sebagai rujukan untuk belajar mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...
Informal Meeting Forum (IMF)
Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB)
Forum Jaringan Manajemen Sampah (FORJAMANSA)
Paguyuban Eco Pesantren
Paguyuban Kader Lingkungan (PAKERLING)
Paguyuban Putri Lingkungan (PUTLING)
Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah (POKMAS)
Paguyuban Peduli Sampah (PAPESA)
Penyandang Cacat Peduli Lingkungan Kota Probolinggo (PECEL KOPROL)
Komunitas Pelestari Keanekaragaman Hayati (KOMTARI KEHATI)
Paguyuban Penarik Gerobak Sampah Cekatan Riang Inovatif Amanah (PGS CERIA)
Paguyuban Abang Becak Peduli Lingkungan (ABPL)

Pencarian Artikel

Jumlah Kunjungan

About Me

My photo
By the middle of 2005, the management of environment in Probolinggo city was implemented by 2 (two) units which were subdivision for public cleaning services and parks of Public Works Agency of Probolinggo City and the Office of Environment of Probolinggo City. But in August 2005, considering to the aspects of effectiveness in administration, coordination, budget management dan program operations, then those two units were merged into 1 (one) new governmental institution namely the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City. Then, in accordance to the institutional restructure of central and regional government, on July 1st 2008, the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City was changed into the Environment Agency (BLH) of Probolinggo City.