Rabu (2/11) lalu Kota Probolinggo kedatangan tamu dari kalangan istana Presiden RI. Ialah staf khusus presiden bidang publikasi dan dokumentasi Brigjen Achmad Yani Basuki. Mantan pejabat di TNI ini bersilaturahmi dengan Walikota Probolinggo HM Buchori.Bertempat di Puri Manggala Bakti silaturahmi yang dihadiri pejabat di lingkungan pemkot Probolinggo dan kepolisian setempat itu berlangsung cukup gayeng. “Ini sebenarnya bukan kunjungan resmi beliau. Kebetulan pulang ke Kraksaan jadi mampir kesini. Sebelumnya kami bertemu di suatu kesempatan dan ditindaklanjuti sekarang silaturahminya,” ujar Walikota Buchori. Buchori menceritakan kalau mereka sebenarnya pernah bertemu, dalam pertemuan tersebut walikota memngajak Brigjen Achmad Yani bertandang ke Kota Probolinggo apabila berkesempatan datang ke Jawa Timur.
Setelah sambutan singkat dari orang nomor satu di Kota Probolinggo ini, dilanjutkan staf khusus presiden memberikan sambutan. Malam itu, Achmad Yani Basuki menceritakan sedikit tentang keluarganya, bahwa istrinya berasal dari Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo. Kesan positif tentang Kota Probolinggo pun disampaikan staf khusus ini. Dia mendengar kalau kota mangga ini kerap menerima berbagai penghargaan di bidang lingkungan seperti Adipura dan hutan kota. “Saya jalan di Kota Probolinggo ada taman-taman yang indah. Ada kavling taman dan namanya. Ini merupakan bentuk rasa memiliki pada lingkungan,” ungkap Achmad Yani yang mengaku bisa “pulang kampung” karena presiden sedang ada tugas ke luar negeri dan dirinya tidak ikut serta.
Banyak hal yang disampaikan oleh staf khusus presiden bidang informasi dan dokumentasi ini. Katanya, media massa saat ini memiliki banyak karakter dalam memberitakan sesuatu. Yang terjadi adalah kesuksesan jarang diberitakan dibanding hal yang buruk. “Memang tidak semua media demikian,” cetusnya. Akibatnya masyarakat makin merasa bingung dan dibuat terkecoh oleh pemberitaan. “Pemberitaan yang tidak sebagaimana adanya dan tidak ada tabayun ditambah situasi pers yang pesimis tidak mengajak kemajuan. Saya ngeri kalau negara kita dituduh negara haram, negara korupsi atau pemerintah tidak hadir di kegiatan acara. Kadang-kadang (pemberitaan) tidak seimbang. Pernah presiden kita bermuhasabbah malah dibilang bohong,” jelas Achmad Yani Basuki.
Achmad Yani kembali bertutur, jika zaman orde lama, ada pemberitaan yang menjelek-jelekkan pemerintah, keesokan harinya wartawan itu dipanggil dan kena omel. Tapi, sistem seperti itu sudah tidak bisa diterapkan di zaman orde baru seperti sekarang ini. “Kalau sekarang, kita malah yang mikir besok wartawan menulis apa ya?,” ucap dia sambil disambut tawa tamu undangan. Malam itu diinformasikan pula sedikit tentang aktifitas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang bekerja luar biasa. Pasalnya, presiden RI ini tidak pernah libur dan tidak pernah cuti. Berbeda dengan presiden-presiden di luar negeri. “Presiden di dunia itu kenal cuti, bahkan menawarkan negaranya didatangi saat presiden liburan. Nah, disini (Indonesia) tidak ada libur,” tegasnya.
Tidak hanya berbicara tentang bidang yang dijabatnya, dia juga menegaskan tentang empat pilar negara Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. Pancasila merupakan dasar negara, apabila ada seseorang yang melakukan penyimpangan dan tidak sesuai dengan pancasila, maka harus diakui kalau seseorang itu telah berprilaku menyimpang. Selain itu, ada beberapa komponen bangsa dalam islam yaitu ilmunya ulama, pemimpin yang amanah, usaha pedagang dan ibadahnya hamba. “Kita harus menjunjung tinggi NKRI. Waton kita itu Indonesia,” pungkas Achmad Yani Basuki menutup sambutannya. Sumber Berita
Setelah sambutan singkat dari orang nomor satu di Kota Probolinggo ini, dilanjutkan staf khusus presiden memberikan sambutan. Malam itu, Achmad Yani Basuki menceritakan sedikit tentang keluarganya, bahwa istrinya berasal dari Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo. Kesan positif tentang Kota Probolinggo pun disampaikan staf khusus ini. Dia mendengar kalau kota mangga ini kerap menerima berbagai penghargaan di bidang lingkungan seperti Adipura dan hutan kota. “Saya jalan di Kota Probolinggo ada taman-taman yang indah. Ada kavling taman dan namanya. Ini merupakan bentuk rasa memiliki pada lingkungan,” ungkap Achmad Yani yang mengaku bisa “pulang kampung” karena presiden sedang ada tugas ke luar negeri dan dirinya tidak ikut serta.
Banyak hal yang disampaikan oleh staf khusus presiden bidang informasi dan dokumentasi ini. Katanya, media massa saat ini memiliki banyak karakter dalam memberitakan sesuatu. Yang terjadi adalah kesuksesan jarang diberitakan dibanding hal yang buruk. “Memang tidak semua media demikian,” cetusnya. Akibatnya masyarakat makin merasa bingung dan dibuat terkecoh oleh pemberitaan. “Pemberitaan yang tidak sebagaimana adanya dan tidak ada tabayun ditambah situasi pers yang pesimis tidak mengajak kemajuan. Saya ngeri kalau negara kita dituduh negara haram, negara korupsi atau pemerintah tidak hadir di kegiatan acara. Kadang-kadang (pemberitaan) tidak seimbang. Pernah presiden kita bermuhasabbah malah dibilang bohong,” jelas Achmad Yani Basuki.
Achmad Yani kembali bertutur, jika zaman orde lama, ada pemberitaan yang menjelek-jelekkan pemerintah, keesokan harinya wartawan itu dipanggil dan kena omel. Tapi, sistem seperti itu sudah tidak bisa diterapkan di zaman orde baru seperti sekarang ini. “Kalau sekarang, kita malah yang mikir besok wartawan menulis apa ya?,” ucap dia sambil disambut tawa tamu undangan. Malam itu diinformasikan pula sedikit tentang aktifitas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang bekerja luar biasa. Pasalnya, presiden RI ini tidak pernah libur dan tidak pernah cuti. Berbeda dengan presiden-presiden di luar negeri. “Presiden di dunia itu kenal cuti, bahkan menawarkan negaranya didatangi saat presiden liburan. Nah, disini (Indonesia) tidak ada libur,” tegasnya.
Tidak hanya berbicara tentang bidang yang dijabatnya, dia juga menegaskan tentang empat pilar negara Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. Pancasila merupakan dasar negara, apabila ada seseorang yang melakukan penyimpangan dan tidak sesuai dengan pancasila, maka harus diakui kalau seseorang itu telah berprilaku menyimpang. Selain itu, ada beberapa komponen bangsa dalam islam yaitu ilmunya ulama, pemimpin yang amanah, usaha pedagang dan ibadahnya hamba. “Kita harus menjunjung tinggi NKRI. Waton kita itu Indonesia,” pungkas Achmad Yani Basuki menutup sambutannya. Sumber Berita
No comments:
Post a Comment