BLH Kota Probolinggo    "SI JUPPE"   S emangat,  I novatif,  J u jur,  P rofesional,  P e duli

Pelatihan Pembuatan Briket Bagi Pemulung

Walikota Probolinggo, H.M. Buchori, pagi ini (27/07) membuka secara resmi acara sosialisasi dan pelatihan daur ulang sampah dan penggunaan sumber energi alternativ (briket) di Puri Manggala Bhakti Pemerintah Kota Probolinggo yang diikuti oleh ratusan pemulung dari seluruh Kota Probolinggo.

Dalam laporannya, Kepala Pusat Informasi dan Pendidikan Lingkungan Hidup BLH, Diah Sajekti, mengatakan bahwa tujuan sosialisasi pelatihan daur ulang sampah ini adalah untuk memberikan wawasan, pengetahuan dan ketrampilan kepada pemulung tentang kegunaan dan manfaat daur ulang sampah, mengingat pemulung adalah pahlawan kebersihan tanpa tanda jasa. " Tujuan lainnya adalah mengurangi pencemaran tanah,air, dan udara serta menurunnya kualitas lingkungan, memberikan nilai tambah dan peningkatan pendapatan bagi pemulung" kata Diah Sayekti.

Sementara itu Walikota H.M.Buchori dalam sambutannya mengatakan bahwa, untuk mengantisipasi terjadinya kerugian, baik bagi kesehatan maupun lingkungan, diperlukan upaya pencegahan dan antisipasi terhadap permasalahan sampah. " Upaya tersebut adalah 3R, yang pertama adalah Reduce adalah pola perilaku yang dapat mengurangi produksi sampah, kedua adalah Reuse menggunakan kembali barang yang masih dapat digunakan, dan Recycle yaitu mengolah kembali dengan cara memanfaatkan barang bekas" terang Walikota. Lebih lanjut menurut H.M. Buchori, langkah di atas diharapkan mampu mengurangi, bahkan meminimalisir sampah yang masuk ke TPA.

Setelah pembukaan acara dilajutkan dengan sosialisasi, yang menghadirkan 3 (tiga) narasumber diantaranya duta lingkungan hidup Asia Pasifik Vanisa Santoso, yang menyampaikan materi daur ulang sampah, Deni Noviantoro dari CV Legra Godeo yang menyampaikan materi pemilahan plastik, dan narasumber ke tiga adalah Papesa (paguyuban peduli sampah) yang mengajari pemanfaatan komposer dalam pengelolan sampah.

Narasumber pertama yaitu duta lingkungan hidup Asia Pasifik, Vania Santoso, mengatakan bahwa barang daur ulang jangan sekedar asal buat, harus unik, berguna dan rapi, serta sesuai selera permintaan. " Sampah bisa kita olah lagi, dan mendapatkan hasil yang lebih bermanfaat, jangan sia-siakan sampah, dan jangan sengaja membuang sampah untuk produk-produk yang akan kita buat" kata Vania. Sementara itu narasumber kedua, Deni Noviantoro, mengatakan bhawa setiap sampah plastik mempunyai nilai, dan narasumber ke tiga dari Papesa lebih banyak mengajarkan teknis memanfaatkan sampah, menjadi barang-barang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Konsultasi Publik Kerjasama GIZ Jerman

Berangkat dari kekhawatiran akan dampak perubahan iklim yang terjadi beberapa tahun terkahir ini, Pemerintah Kota Probolinggo kembali memperkuat kerjasamanya dengan pemerintah Jerman (baca: Tim Paklim GIZ) dalam wujud program Konsultasi Publik Rencana Aksi Perubahan Iklim Kota Probolinggo 2012.

Kegiatan yang dihelat Kamis lalu (12/8) di Aula Dinas Pendidikan sekitar pukul 8 pagi ini, dihadiri dan dibuka secara langsung oleh Walikota Probolinggo, HM. Buchori SH. M.Si.Selain Walikota Buchori, tampak hadir pula Ketua Komisi C DPRD Kota Probolinggo, Haris Nasution, dan narasumber dari Paklim GIZ Jerman, Yoke

Selain sebagai sarana pemaparan kegiatan Pokja Paklim (Kelompok Kerja Dampak Lingkungan dan Iklim) Kota Probolinggo sejak melaksanakan kerja sama dengan GIZ, program ini juga dimaksudkan sebagai pendukung komitmen pemerintah pusat sebagai salah satu solusi perubahan iklim dengan rencana penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 18 % (Program Nasional sebesar 26%) pada tahun 2020 dan sebagai sarana sharing program aksi adapatasi dan mitigasi bersama dengan warga masyarakat Kota Probolinggo.

“Tujannya tentu saja adalah untuk semakin memantapkan komitmen Pemkot Probolinggo dalam hal kepedulian lingkungan. Khususnya membuka pengetahuan dan pemahaman kita semua tentang pelestarian lingkungan yang bersumber pada 8 pokok metifasi (metigasi dan adaptasi, red.).” ujar Kepala BLH, Budie Krisyanto di sela-sela acara kepada Suara Kota.

Kegiatan yang dihadiri oleh kurang lebih 100 orang undangan (terdiri dari SKPD, perwakilan 5 Kecamatan, mitra BLH, media massa, perguruan tinggi, IUWASH dan AUSAID, perwakilan BLH Kabupaten Probolinggo, LPM Kecamatan, Forum Lalu Lintas, Gapoktan, dll.) ini merupakan kegiatan tindak lanjut (program intermediet) dari perjanjian kerjasama (MoU) antara Pemkot dan Paklim GIZ Jerman yang ditandatangani 13 Desember 2010 silam di Surabaya.

Tercatat, selain Kota Probolinggo, hanya 4 kota saja di Jawa Timur yang mendapatkan rekomendasi dari Kementrian Lingkungan Hidup untuk mendapatakan bantuan teknis terkait perubahan iklim, antara lain: Kota Malang, Kota Pasuruan dan Mojokerto. Dan di tahun 2012 ini, akan menyusul Pemerintah Kota Blitar.

“Kami (Pemerintah Kota Probolinggo, red.) menyadari bahwa kota, dalam hal ini wilayah perkotaan merupakan penghasil 2/3 emisi CO2 dan diperkirakan terus bertambah seiring degan bertambahnya jumlah penduduk, industri, transportasi, jumlah timbunan sampah, dll. Ini masalah. Ini permaslahan. Tapi sebagai kota yang berkelanjutan, sebagai sustainable city, kami sebagai pemerintah harus punya jalan keluar tentang bagaimana memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi di masa mendatang,” papar Budie Kris di hadapan para undangan dan peserta yang hadir dalam kegiatan konsultasi publik pagi itu.

“Artinya adalah dengan memperbaiki atau mencegah kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dengan memperhatikan keadaan sosial,” imbuh pria yang dikenal sangat dekat dengan bawahannya ini.

Lebih lanjut Budie Kris menjelaskan bahwa perubahan iklim tidak bisa dicegah, tapi bagaimana masyarakat punya ketahanan yang tinggi terhadap perubahan iklim. “Membangun kota yang punya ketahanan tinggi terhadap perubahan iklim,” ungkapnya jujur.

Menimpali apa yang sudah disampaikan oleh Budie Kris, dalam sambutannya, perwakilan Paklim GIZ Jerman pun mengapresiasi tinggi dengan komitmen Pemerintah Kota Probolinggo, terutama komitmennya terhadap kelestarian lingkungan.

“Saya sangat mengapresiasi komitmen Pemerintah Kota Proboliggo untuk mengurangi efek kaca yang akan dibahas dan dirumuskan dalam rencana aksi pagi ini. Yakni 18% dari 26% level nasional. Ini langkah yang baik dan cukup berani bagi saya,” sambut Yoke antusias pagi itu.

Namun lebih lanjut Yoke juga mengungkapkan bahwa keberhasilan program ini bukan terletak pada komitmen belaka, tapi juga bagaimana pemerintah kota dapat mengkomunikasikan program dan komitmen tersebut kepada masyarakat untuk, dalam rangka meningkatkan kesadaran, dan menjadi wujud bersama yang nyata.

Dalam sambutannya di hadapan Walikota Buchori pun, Yoke berharap bahwa nantinya peserta dapat aktif memberikan sumbangan pemikirannya terhadap rumusan aksi yang akan digunakan sebagai dasar pijakan oleh Pemerintah Kota Probolinggo dalam melaksanakan aksinya.

“Dan saya berharap para peserta, dapat memberikan kontribusi pemikiran secara aktif dalam forum yang digelar pagi ini,” harap Yoke dalam bahasa Inggris yang kemudian dialih bahasakan oleh penerjemah yang memang sudah disediakan oleh BLH, agar lebih mudah dipahami oleh para peserta rencana aksi.

Memang, dalam diskusi panel yang berlangsung setelah acara pembukaan tersebut, nantinya para peserta dibagi ke dalam 4 kelompok, dan masing-masing kelompok peserta akan dipandu oleh pemandu diskusi dalam membahas dan mengidentifikasi mengenai peran stakeholder terhadap aksi perubahan iklim di Kota Probolinggo, baik dari sektor transportasi, penguatan kapasitas kelmbagaan masyarakat, pengolahan sampah, konservasi sumber daya air dan ruang terbuka hijau serta penghematan energi.

Walikota Probolinggo sendiri, dalam sambutannya, berharap bahwa kegiatan ini dapat berlangsung dengan baik.

“Saya berharap kegiatan ini dapat berlangsung baik dan lancar, serta dapat menghasilkan perubahan yang positif bagi Kota Probolinggo, khususnya bagi ketahanan masyarakat dalam menghadapi efek dari perubahan iklim yang terjadi saat ini.” harap Walikota Buchori.

Sebagai rencana tindak lanjut, kegiatan konsultasi publik rencana aksi perubahan iklim ini akan berlanjut pada aksi nyata dan workshop dengan tema “Bagaimana mewujudkan Probolinggo sebagai Kota Berketahanan terhadap Perubahan Iklim”. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Antisipasi Perubahan Iklim

Dalam rangka identifikasi stakeholder aksi perubahan iklim Kota Probolinggo, kemarin (12/7) Pemkot melalui BLH, menggelar diskusi panel di Aula Dispendik.

Diskusi panel di awali dengan pemaparan perubahan iklim oleh Kepala BLH Budi Krisyanto, menurut Kepala BLH ada 8 strategi terpadu perubahan iklim Kota Probolinggo. Di iantaranya menciptakan sistim tranportasi yang efektif dan efisien, meningkatkan pengendalian penggunaan energi pada bangunan Pemerintah terutama PJU dan air bersih, meningkatkan konservasi sumberdaya air dan hutan.

"Strategi lainnya adalah meningkatkan pengolahan sampah dan air limbah secara terpadu, meningkatkan produktifitas tanaman melalui pengendalian hama dan penyakit secara alami, serta meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat, dalam pengehematan energi," kata Budi Krisyanto.

Setelah pemaparan dari Kepala BLH, acara dilanjutkan dengan diskusi panel, yang di bagi dalam 4 kelompok, yaitu kelompok A, B, C, dan kelompok D. Masing-masing kelompok punya pembahasan yang berbeda, dan hasil dari diskusi panel, dalam waktu dekat direncanakan akan ada pertemuan, dengan ebberapa paguyuban diantarannya paguyuban abang becak, paguyuban PKL, dan setelah lebaran hasil dari diskusi panel akan di bawa ke dalam forum yang lebih besar, yaitu forum lokakarya. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...
Informal Meeting Forum (IMF)
Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB)
Forum Jaringan Manajemen Sampah (FORJAMANSA)
Paguyuban Eco Pesantren
Paguyuban Kader Lingkungan (PAKERLING)
Paguyuban Putri Lingkungan (PUTLING)
Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah (POKMAS)
Paguyuban Peduli Sampah (PAPESA)
Penyandang Cacat Peduli Lingkungan Kota Probolinggo (PECEL KOPROL)
Komunitas Pelestari Keanekaragaman Hayati (KOMTARI KEHATI)
Paguyuban Penarik Gerobak Sampah Cekatan Riang Inovatif Amanah (PGS CERIA)
Paguyuban Abang Becak Peduli Lingkungan (ABPL)

Pencarian Artikel

Jumlah Kunjungan

About Me

My photo
By the middle of 2005, the management of environment in Probolinggo city was implemented by 2 (two) units which were subdivision for public cleaning services and parks of Public Works Agency of Probolinggo City and the Office of Environment of Probolinggo City. But in August 2005, considering to the aspects of effectiveness in administration, coordination, budget management dan program operations, then those two units were merged into 1 (one) new governmental institution namely the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City. Then, in accordance to the institutional restructure of central and regional government, on July 1st 2008, the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City was changed into the Environment Agency (BLH) of Probolinggo City.