BLH Kota Probolinggo    "SI JUPPE"   S emangat,  I novatif,  J u jur,  P rofesional,  P e duli

Pemanfaatan Gas Methan di TPA Kota Probolinggo

Ada yang berbeda di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Kota Probolinggo sejak akhir tahun 2011 lalu. Kini di TPA terdapat ruang instalasi yang digunakan untuk pemanfaatan gas methan menjadi bahan bakar memasak dan tenaga listrik. Melalui gas yang telah diolah sedemikian rupa, pegawai di TPA memasak air atau memasak makanan setiap harinya. Kasubid Mobilisasi Penanganan Sampah dan Limbah Retno Widosari menuturkan Kota Probolinggo menggunakan sistem pengolahan sampah sanitary landfill. Tumpukan sampah yang ditutup menggunakan tanah mengeluarkan berbagai macam zat seperti SO2, air dan methan. Untuk menyaring gas yang dihasilkan sampah mereka memasang pipa paralon berukuran 4 dim sepanjang puluhan meter. Pipa itu dilubangi untuk menangkap gas yang keluar. Gas methan masuk ke pipa flaming (pembakaran gas methan) untuk mengurangi pencemaran lingkungan.

“CH4 (gas methan) bila diolah bisa menjadi CO2 yang dibutuhkan tanaman. Gas methan ini 21 kali lebih berbahaya dari CO2. Gas methan digunakan untuk listrik sedangkan CO2 untuk memasak,” kata Retno. Retno menyebut proyek pemanfaatan ini adalah proyek coba-coba personil di TPA. Pasalnya, mereka punya keinginan untuk memanfaatkan gas methan dari sampah menjadi bahan bakar dan listrik. Berbekal informasi dari mengikuti rapat, sosialisasi dan internet mereka pun melakukan ujicoba alias bereksperimen sendiri. Sampai akhirnya mereka punya kesempatan studi banding ke TPA Talangagung Malang.

Tekad para personil pun berbuah hasil setelah ujicoba mereka berwujud nyata. Meskipun tidak ada anggaran khusus untuk pemanfaatan gas methan, proyek itu pun tetap berjalan. Bulan November 2011 instalasi penangkapan gas methan mulai beroperasi. Kapasitas methan yang digunakan untuk genset mencapai 1500 watt. Instalasi ini berada di bagian depan TPA, sebuah bangunan berwarna oranye di depan penimbangan truk. Dilarang terlalu dekat di instalasi itu karena gas CO2 dan methan masih keluar secara alami melalui paralon-paralon yang disetting mirip tempat wudhu di masjid atau musholla. Jika kran dibuka maka aliran gas akan keluar. Tinggal menyulut korek maka api pun menyambar.

Ada sekitar 5 kran gas. Dua kran diantaranya dialirkan ke sebuah kompor gas tanpa on off itu bisa memasak sesuatu tanpa pemantik. Sejak ada instalasi tersebut, personil dibawah naungan Badan Lingkungan Hidup (BLH) ini hampir setiap hari masak-masak. Bikin kopi tinggal meletakkan panci di atas kompor. Ingin goreng lauk tinggal pasang wajan. “Tingkat kematangannya lebih baik dibandingkan api biasa. Apinya juga bagus, warnanya biru karena masih alami. Sangat aman untuk bahan bakar memasak,” ujar Retno. Instalasi penangkapan gas methan ini dibuat semata karena semangat untuk mengatasi pencemaran lingkungan di kawasan TPA khususnya. Sebab gas yang dihasilkan oleh sampah bila terbuang percuma bisa merusak lingkungan.

“Karena gas (keluar dari sampah) adalah penyumbang terbesar penyebab rumah kaca. Selain itu adanya instalasi ini juga menjadi nilai plus untuk mendukung penilaian Adipura 2012 mendatang,” tegas wanita berjilbab yang sudah berjibaku di BLH (dulu Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup) sejak tahun 2005 lalu. Instalasi yang baru berusia tiga bulan ini masih perlu dilakukan uji laboratorium. Retno berharap tahun ini BLH bisa melakukan uji lab untuk mengetahui berapa kandungan methan yang dihasilkan sampah dan dapat kapasitas produksi selama satu hari satu malam. “Ini kan masih coba-coba jadi belum maksimal. Kami masih menggali,” imbuh dia. Tidak hanya di sanitari landfill saja, di tempat komposting juga dibuat instalasi serupa untuk menangkap gas methan tetapi masih berskala kecil (rumah tangga).

Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala BLH Budi Krisyanto mengatakan ujicoba yang dilakukan pegawainya itu perlu diapresiasi dan ia akan mencoba untuk memantapkan instalasi penangkapan gas methan termasuk melengkapi mesin, blower dan instalasi listrik. Khusus untuk pemanfaatan gas methan, mantan Kepala Bappeda ini akan memenuhi blower yang sesuai spesifikasi agar gas yang dimanfaatkan bisa maksimal. “Ingin ada alat ukur untuk mengetahui berapa gas yang keluar dan kemampuannya sampai berapa. Sekarang ini teman-teman memang sedang coba-coba dan akhirnya berhasil,” ucapnya bangga.

Secara education Budi Kris berencana menjadikan TPA sebagai tempat studi bagi siswa-siswa di Kota Probolinggo dan daerah tetangga. Karena di TPA siswa dapat belajar banyak hal seperti pengolahan sampah, instalasi penangkapan gas methan, komposting. “Saya ingin menciptakan tour de Probolinggo yang isinya soal lingkungan dan budaya. Lokasi kunjungannya di TPA, TWSL (Taman Wisata Studi Lingkungan) dan berakhir di museum,” terangnya. Sumber Berita

No comments:

Post a Comment

Informal Meeting Forum (IMF)
Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB)
Forum Jaringan Manajemen Sampah (FORJAMANSA)
Paguyuban Eco Pesantren
Paguyuban Kader Lingkungan (PAKERLING)
Paguyuban Putri Lingkungan (PUTLING)
Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah (POKMAS)
Paguyuban Peduli Sampah (PAPESA)
Penyandang Cacat Peduli Lingkungan Kota Probolinggo (PECEL KOPROL)
Komunitas Pelestari Keanekaragaman Hayati (KOMTARI KEHATI)
Paguyuban Penarik Gerobak Sampah Cekatan Riang Inovatif Amanah (PGS CERIA)
Paguyuban Abang Becak Peduli Lingkungan (ABPL)

Pencarian Artikel

Jumlah Kunjungan

About Me

My photo
By the middle of 2005, the management of environment in Probolinggo city was implemented by 2 (two) units which were subdivision for public cleaning services and parks of Public Works Agency of Probolinggo City and the Office of Environment of Probolinggo City. But in August 2005, considering to the aspects of effectiveness in administration, coordination, budget management dan program operations, then those two units were merged into 1 (one) new governmental institution namely the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City. Then, in accordance to the institutional restructure of central and regional government, on July 1st 2008, the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City was changed into the Environment Agency (BLH) of Probolinggo City.