Sebanyak 67 kabupaten dan kota se-Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi Indonesia (Akkopsi) menggelar City Sanitation Summit (CSS) ke-XI di Kota Probolinggo. Forum ini merupakan ajang pertukaran pengalaman berbagai kota/kabupaten yang peduli dan giat dalam pembangunan sanitasi permukiman. Menurut Ketua Akkopsi,R Bambang Priyanto,pertemuan ini diharapkan terbangun kemitraan Akkopsi dengan calon anggotanya dengan dukungan tim teknis pembangunan sanitasi, dalam rangka mendorong peningkatan dan kampanye pembangunan sanitasi di Indonesia. Pembangunan sanitasi ini berawal dari kepedulian terhadap kesehatan lingkungan masyarakat yang berbeda dalam masing-masing daerah. ”Akkopsi yang saat ini terdiri dari 67 kabupaten dan kota mendorong daerah-daerah dalam meningkatkan upaya advokasi, promosi dan kampanye pembangunan sanitasi di Indonesia. sasaran akhirnya adalah mendukung program percepatan pembangunan sanitasi permukiman,” kata Bambang Priyanto yang juga wali kota Jambi.
Program sanitasi ini, lanjut Bambang, adalah salah satu upaya preventif dalam mengantisipasi penyebaran penyakit menular.Penanganan masalah sampah masyarakat, kebersihan lingkungan adalah upaya yang menjadi prioritas. Direktur Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Pembiayaan dan Kapasitas Daerah Kementerian Keuangan Adriansyah mengungkapkan, pemerintah pusat memberikan dukungan dana dalam rangka pembangunan sanitasi di daerah. Pembangunan sanitasi ini merupakan pelayanan dasar masyarakat dalam bidang kesehatan dan lingkungan. ”Program pembangunan sanitasi ini juga melibatkan lembaga donor yang peduli dengan kesehatan lingkungan masyarakat,” kata Adriansyah. Program sanitas di Kota Probolinggo di antaranya dengan mengolah limbah atau sampah organik dan anorganik.Pengolahan sampah ini difokuskan pada kawasan pemukiman sebagai penghasil sampah primer.
Melalui Paguyuban Peduli Sampah (Papesa),masyarakat diajak berpartisipasi aktif dalam menyeleksi sampah rumah tangga sebelum dibuang pada tempat pembuangan sampah akhir (TPA).Papesa yang merupakan himpunan dari kelompok masyarakat (pokmas) yang terdiri dari ibu rumah tangga merupakan penyaring pertama limbah tersebut. ”Sampah rumah tangga ini sejak awal sudah dipisahkan dalam dua kelompok organik dan anorganik. Sampah organik diolah dalam komposter,sedangkan sampah anorganik dipilah-pilah dalam beberapa jenis.Seperti plastik dan bungkus minuman atau makanan kemasan dikelompokkan tersendiri,” kata Sukiman, koordinator Papesa,Kota Probolinggo.
Menurut Sukiman,kedua jenis limbah sampah ini sama-sama memiliki nilai ekonomi yang tinggi setelah melalui penyortiran. Limbah makanan atau minuman kemasan ini diolah lagi menjadi berbagai bentuk kerajinan, seperti tas,topi,celemek, dll. Sementara, limbah plastik dikirimkan pada unit pengolahan limbah plastik yang ditangani Paguyuban Ecopesantren untuk didaur ulang. Namun yang menjadi fokus utama dari Papesa ini, lanjut Sukiman, adalah meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah sejak dari rumah. Dengan menyayangi sampah, masyarakat tidak akan mendapatkan musibah, sebaliknya justru mendapatkan berkah. Sumber Berita
Program sanitasi ini, lanjut Bambang, adalah salah satu upaya preventif dalam mengantisipasi penyebaran penyakit menular.Penanganan masalah sampah masyarakat, kebersihan lingkungan adalah upaya yang menjadi prioritas. Direktur Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Pembiayaan dan Kapasitas Daerah Kementerian Keuangan Adriansyah mengungkapkan, pemerintah pusat memberikan dukungan dana dalam rangka pembangunan sanitasi di daerah. Pembangunan sanitasi ini merupakan pelayanan dasar masyarakat dalam bidang kesehatan dan lingkungan. ”Program pembangunan sanitasi ini juga melibatkan lembaga donor yang peduli dengan kesehatan lingkungan masyarakat,” kata Adriansyah. Program sanitas di Kota Probolinggo di antaranya dengan mengolah limbah atau sampah organik dan anorganik.Pengolahan sampah ini difokuskan pada kawasan pemukiman sebagai penghasil sampah primer.
Melalui Paguyuban Peduli Sampah (Papesa),masyarakat diajak berpartisipasi aktif dalam menyeleksi sampah rumah tangga sebelum dibuang pada tempat pembuangan sampah akhir (TPA).Papesa yang merupakan himpunan dari kelompok masyarakat (pokmas) yang terdiri dari ibu rumah tangga merupakan penyaring pertama limbah tersebut. ”Sampah rumah tangga ini sejak awal sudah dipisahkan dalam dua kelompok organik dan anorganik. Sampah organik diolah dalam komposter,sedangkan sampah anorganik dipilah-pilah dalam beberapa jenis.Seperti plastik dan bungkus minuman atau makanan kemasan dikelompokkan tersendiri,” kata Sukiman, koordinator Papesa,Kota Probolinggo.
Menurut Sukiman,kedua jenis limbah sampah ini sama-sama memiliki nilai ekonomi yang tinggi setelah melalui penyortiran. Limbah makanan atau minuman kemasan ini diolah lagi menjadi berbagai bentuk kerajinan, seperti tas,topi,celemek, dll. Sementara, limbah plastik dikirimkan pada unit pengolahan limbah plastik yang ditangani Paguyuban Ecopesantren untuk didaur ulang. Namun yang menjadi fokus utama dari Papesa ini, lanjut Sukiman, adalah meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah sejak dari rumah. Dengan menyayangi sampah, masyarakat tidak akan mendapatkan musibah, sebaliknya justru mendapatkan berkah. Sumber Berita
No comments:
Post a Comment