BLH Kota Probolinggo    "SI JUPPE"   S emangat,  I novatif,  J u jur,  P rofesional,  P e duli

Adiwiyata Bisa Menjadi Nilai Jual Sekolah



Seperti yang diketahui bersama, bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Internasional (5 Juni), perwakilan 5 sekolah-sekolah peraih Adiwiyata Nasional diundang secara khusus ke Jakarta untuk menerima piala Adiwiyata Nasional langsung dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Perwakilan 5 sekolah antara lain SDN Mangunharjo 12, SDN Sumber Wetan 2, SMPN 10, SMAN 1 dan SMAN 3. Di balik kesuksesan Adiwiyata Nasional 2012 yang berhasil diraih lima sekolah tersebut rupanya terkandung usaha tak bisa dibilang mudah. Ada kemantapan tekad, tanggung jawab dan kerja keras yang dilakukan sekolah-sekolah ini.

“4 pilar atau yang kali ini dikatakan sebagai 8 komponen ini kami persiapkan terlebih dahulu,” ungkap Ngatman, Kepala Sekolah SMPN 10, salah satu sekolah peraih Adiwiyata Mandiri.

Delapan komponen yang dimaksud, mempersiapkan KTSP (Kompetensi Tingkat Satuan Pendidikan) dan RKAS (Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah), mempersiapkan kompetensi tenaga pendidik termasuk peserta didiknya mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan, melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang terencana, menjalin kemitraan, ketersediaan sarana dan prasarana (Sarpras) ramah lingkungan dan terakhir, peningkatan kualitas pengelolan dan pemanfaatan sarana prasara tersebut.

Beberapa program tersebut diimplementasikan dalam beragam kegiatan diantaranya Jum’at bersih, Samu Sanga (Satu Murid, Satu Bunga)dan Sagu Sanga (Satu Guru, Satu Bunga), pemanfaatkan limbah bekas, pengelolaan sampah (komposting) serta pengolahan tanaman khas sekolah menjadi produk unggulan sekolah.

Beragam kendala tak luput dihadapi oleh sekolah-sekolah ini. Dari kelima sekolah tersebut sepakat bahwa yang tersulit adalah partisipatif warga sekolah. “Yang tersulit adalah melibatkan partisipatif warga sekolah. Sebab memang susah merubah konsep atau kebiasaan warga masyarakat. Dari yang semula bukan sekolah Adiwiyata menjadi sekolah Adiwiyata bahkan sekarang adalah sekolah Adiwiyata Nasional,” terang Didik Hermi, Kepala Sekolah SDN Sumber Wetan 2.

Didik pun tidak menampik bahwa prestasi ini juga akan meningkatan prestige sekolah. Terutama bagi sekolah-sekolah yang selama ini dianggap sebagai sekolah pinggiran, seperti Sumber Wetan 2 dan SMAN 3. “Sebuah kebanggaan pastinya. Sekolah pinggiran kan bukan berarti terpinggirkan, kan?,” ujar Zainal Arifin kepala sekolah yang sejak 2008 memimpin di SMAN 3 ini.

“Mungkin kalau diibaratkan penjahit, kami ini adalah penjahit yang diberi kain yang jelek. Tapi ya gimana caranya, mengolah kain yang jelek itu untuk bisa dibuat pakaian yang bagus,” lanjut Zainal.

Adiwiyata merupakan buah dari proses kerja keras yang dilakukan selama kurang lebih 2 tahun terakhir. Dan tentunya ini bukan persoalan gengsi semata tapi juga wujud kepedulian warga sekolah terhadap lingkungan.

“Patut dipahami bahwa Adiwiyata bukan sekedar penghargaan tapi lebih kepada komitmen kepedulian kita terhadap lingkungan. Penyelamatan Lingkungan,” tegas Endro Suroso, Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo, saat ditemui Suara Kota di tempat kerjanya, Rabu lalu (13/6).

“Dan pastinya saya bersyukur kalau dengan raihan Adiwiyata ini, sekolah-sekolah yang mendapat Adiwiyata, gengsinya semakin naik. Kepercayaan masyarakat terhadap sekolah-sekolah ini bertambah,” lanjut Endro.

Peningkatan tingkat kepercayaan masyarakat ini bisa dilihat dari jumlah peningkatan peseta didik. “Di sekolah kami yang semula jumlah total peserta didiknya hanya 60 siswa, dengan adanya raihan Adiwiyata Bestari, jumlah siswa melonjak tajam menjadi 130 siswa,” ujar Kepala SDN Mangunharjo 12 Sri Kartin.

Bagaimana dengan prestasi akademis? “Belum ada penelitian atau data valid yang dapat menjelaskan mengenai korelasi antara raihan Adiwiyata dengan peningkatan prestasi siswa. Namun secara kasat mata dapat dilihat, dengan adanya Adiwiyata, sekolah menjadi sebuah tempat yang nyaman untuk dihuni. Dibuat belajar. Pastinya, kalau lingkungan sekolahnya nyaman, suasana belajarnya akan jadi menyenangkan dan pastinya prestasi para peserta didik akan meningkat,” imbuh Endro Suroso.

“Keberhasilan 5 sekolah dalam Adiwiyata Nasional 2012, adalah keberhasilan semua pihak. Baik dari Dinas Pendidikan sendiri, BLH beserta tim teknisnya yang tak lelah untuk terus membina lembaga pendidikan. Semangat dan kerja keras kepala sekolah dan managemen sekolah untuk menerapkan pemahaman akan lingkungan hidup. Kepedulian dan budaya lingkungan serta motifasi dan binaan dari sekolah-sekolah yang berhasil lebih dulu sehingga di tahun 2012 ini Kota Probolinggo kembali meraih penghargaan Adiwiyata terbanyak di tingkat nasional,” sambung Endro Suroso penuh rasa bangga.

Endro berharap dengan diraihnya penghargaan ini, sekolah-sekolah yang telah meraih Adiwiyata Nasional tidak lantas berpuas diri. Tetap terus mengolah lingkungan sebaik-baiknya. Maju terus sampai (Adiwiyata, red.) Mandiri.

Ditanya secara angka, Endro menjawab minimal ada 2 atau 3 sekolah lagi yang tahun depan meraih Adiwiyata Nasional. “Minimal kalau mungkin UPT Pendidikan Lingkungan (TWSL) tambah dua atau 3 sekolah lagi,” pungkasnya mengakhiri wawancara pagi. Sumber Berita

No comments:

Post a Comment

Informal Meeting Forum (IMF)
Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB)
Forum Jaringan Manajemen Sampah (FORJAMANSA)
Paguyuban Eco Pesantren
Paguyuban Kader Lingkungan (PAKERLING)
Paguyuban Putri Lingkungan (PUTLING)
Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah (POKMAS)
Paguyuban Peduli Sampah (PAPESA)
Penyandang Cacat Peduli Lingkungan Kota Probolinggo (PECEL KOPROL)
Komunitas Pelestari Keanekaragaman Hayati (KOMTARI KEHATI)
Paguyuban Penarik Gerobak Sampah Cekatan Riang Inovatif Amanah (PGS CERIA)
Paguyuban Abang Becak Peduli Lingkungan (ABPL)

Pencarian Artikel

Jumlah Kunjungan

About Me

My photo
By the middle of 2005, the management of environment in Probolinggo city was implemented by 2 (two) units which were subdivision for public cleaning services and parks of Public Works Agency of Probolinggo City and the Office of Environment of Probolinggo City. But in August 2005, considering to the aspects of effectiveness in administration, coordination, budget management dan program operations, then those two units were merged into 1 (one) new governmental institution namely the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City. Then, in accordance to the institutional restructure of central and regional government, on July 1st 2008, the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City was changed into the Environment Agency (BLH) of Probolinggo City.