BLH Kota Probolinggo    "SI JUPPE"   S emangat,  I novatif,  J u jur,  P rofesional,  P e duli

Gelar Pelatihan, Rangsang Pertumbuhan UKM Baru

Pelepah pisang biasanya hanya kita gunakan sebagai alas saat membakar sate atau sebagai penyekat di pintu rumah kita saat banjir tiba-tiba menyerang, bahkan sering kali pelepah pisang kita tebang dan kita buang begitu saja tanpa ada nilai guna maupun nilai jual sedikitpun. Dengan demikian, limbah pelepah pisang bisa menjadi sebuah permasalahan baru. Limbah pelepah menjadi sampah dan bahkan bila dibuang sembarangan ke sungai dapat menjadi penyebab banjir (bukan sebagai penangkal banjir seperti semula, red.). Masalah sampah bisa menjadi masalah yang rumit jika tidak dikelola dengan baik. Tak terkecuali di Kota Probolinggo sendiri, masalah sampah juga akan menjadi sebuah permasalahan yang pelik jika tidak dipikirkan mulai sekarang.

Hal senada disampaikan oleh Sekretaris Daerah Kota Probolinggo, Drs. H. Johny Haryanto, M.Si. saat memberi sambutan pada Pelatihan Daur Ulang Pelepah Pisang dan Kertas yang diadakan oleh UPT IPLH di Taman Wisata Studi lingkungan (TWSL), Selasa (9/11). “Luas TPA Kota Probolinggo itu 4 ha, sementara per harinya penduduk Kota Probolinggo menghasilkan sampah sebanyak 4m3. Maka, rasanya tak butuh waktu lebih dari 10 tahun untuk menutup TPA jika sampah tersebut tidak kita tangani sejak dini.”

Melalui proses daur ulang, yang merupakan salah satu solusi penanganan sampah, sampah atau barang bekas diharapkan dapat diolah kembali menjadi barang baru yang memiliki nilai guna, nilai tambah serta nilai jual. Proses daur ulang pun diharapkan dapat mengurangi penggunaan bahan baku dan energi, mengurangi polusi dan kerusakan lahan.

“Adanya pelatihan ini, setidaknya dapat meminimalisir sampah yang masuk ke TPA. Ujung-ujungnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi pengangguran serta kemiskinan. Kalau dulu ada sebuah semboyan “Buanglah sampah pada tempatnya”, kini konsep berpikir kita harus diganti dengan ‘Kumpulkan sampah” lanjut Sekda Johny dalam sambutannya.

Pelatihan pengolahan pelepah pisang ini adalah program lanjutan yang dilakukan oleh UPT IPLH dimana beberapa waktu yang lalu sempat menggelar pelatihan pembuatan briket dari serbuk kayu. Tujuannya sama, memanfaatkan kembali hal yang ada dan tidak terpakai di sekitar kita sehingga dapat mengurangi timbunan sampah, mengubahnya menjadi barang yang bernilai ekonomis, menjadi sumber alternatif dalam menyokong pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Yang tampak sedikit berbeda dalam pelatihan yang digelar kali ini adalah undangannya. Kalau pada pelatihan terdahulu lebih difokuskan pada Pedagang Kaki Lima (PKL), kini pelatihan yang mengundang 100 orang dari seluruh elemen masyarakat ini difokuskan pada ibu-ibu rumah tangga.

“Pelatihan kali ini kami fokuskan pada ibu-ibu rumah tangga, tujuannya adalah selain memanfaatkan bahan yang ada di sekitar lingkungan mereka, adalah untuk merangsang pertumbuhan UKM baru” ungkap Ir. Fitriawati, MM., Kepala UPT IPLH saat ditemui oleh Suara Kota di sela-sela acara.

Pelatihan Daur Ulang Pelepah Pisang yang digelar dengan tema Melalui Daur Ulang Sampah Kita Tingkatkan Kreatifitas, Pemberdayaan dan Ekonomi Masyarakat ini menggunakan dana dari bagi hasil cukai tembakau.

“Memang tidak mudah bagi pemerintah untuk bisa langsung menghapus industri rokok atau tembakau. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan di sana. Utamanya masalah tenaga kerja. Untuk itu, melalui Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 51 Tahun 2009, dana tersebut kita serap dan kita kembalikan lagi ke masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat dan kepedulian lingkungan” tutur Fitriawati.

Lebih lanjut Fitriawati menjelaskan, pelepah pisang dipilih dalam pelatihan kali ini karena pelepah pisang relatif mudah didapat dan cenderung jarang dimanfaatkan sehingga diharapkan pelatihan ini dapat mengembangkan kreatifitas masyarakat dalam berinovasi. Diharapkan pula, para kader lingkungan yang datang dan diundang kiranya dapat menyebarluaskan informasi tentang pemanfaatan pelepah pisang ini di lingkungan masing-masing.

Suci Luarmi, pemilik Yumeku Art & Handycraft, Gresik sebagai nara sumber dalam pelatihan tersebut memberikan dasar-dasar pemanfaatan pelepah pisang utamanya untuk membuat kotak tisu, piring buah dan tudung saji. Suci menjelaskan jenis pelepah pisang apa saja yang bagus untuk kerajinan. “Untuk kerajinan, pelepah pisang yang baik adalah pelepah pisang raja. Tekstur dan kelenturan pelepah pisang raja ini sangat baik untuk dibuat aneka kerajinan. Kalau tidak ada, bisa diganti dengan (pelepah, red.) pisang kepok atau (pelepah, red.) pisang susu,” jelas pengrajin yang sukses menyelenggarakan pameran di berbagai kota di Indonesia dan produknya telah merambah pasar mancanegara seperti Italia, Belanda dan Perancis ini saat memberi seminar.

Endang Sulistyoningsih, peraih Kalpataru 2010 untuk kategori Pembina Lingkungan, yang kali ini menjadi salah satu peserta pelatihan mengatakan bahwa pelatihan ini sangat bagus bagi masyarakat, karena masyarakat kembali dididik dan diingatkan untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar mereka. “Kegiatan ini juga merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat. Sebuah konsep pembangunan yang berbasis masyarakat” terang Endang. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...
Informal Meeting Forum (IMF)
Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB)
Forum Jaringan Manajemen Sampah (FORJAMANSA)
Paguyuban Eco Pesantren
Paguyuban Kader Lingkungan (PAKERLING)
Paguyuban Putri Lingkungan (PUTLING)
Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah (POKMAS)
Paguyuban Peduli Sampah (PAPESA)
Penyandang Cacat Peduli Lingkungan Kota Probolinggo (PECEL KOPROL)
Komunitas Pelestari Keanekaragaman Hayati (KOMTARI KEHATI)
Paguyuban Penarik Gerobak Sampah Cekatan Riang Inovatif Amanah (PGS CERIA)
Paguyuban Abang Becak Peduli Lingkungan (ABPL)

Pencarian Artikel

Jumlah Kunjungan

About Me

My photo
By the middle of 2005, the management of environment in Probolinggo city was implemented by 2 (two) units which were subdivision for public cleaning services and parks of Public Works Agency of Probolinggo City and the Office of Environment of Probolinggo City. But in August 2005, considering to the aspects of effectiveness in administration, coordination, budget management dan program operations, then those two units were merged into 1 (one) new governmental institution namely the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City. Then, in accordance to the institutional restructure of central and regional government, on July 1st 2008, the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City was changed into the Environment Agency (BLH) of Probolinggo City.