BLH Kota Probolinggo    "SI JUPPE"   S emangat,  I novatif,  J u jur,  P rofesional,  P e duli

Probolinggo Kota Terkotor, Itu Masa Lalu...

Keberhasilan Kota Probolinggo meraih Adipura pada 1997, disusul 2007 dan 2008 seperti telah membalik keadaan. Pada periode 1986 hingga awal-awal 1990-an, Kota Probolinggo justru terkenal dengan julukan "menyakitkan": Kota Terkotor. Predikat kota terkotor itu masih terekam kuat hingga kini di benak sebagian warga Kota Probolinggo. Simak saja perbincangan sekumpulan anak muda yang tergabung dalam blog arekprobolinggo.net. Blog ini jadi arena cuap-cuap arek-arek Probolinggo yang sebagian besar kini tinggal di daerah lain, bahkan di negara lain. Suatu saat dalam sebuah perbincangan di blog tersebut mereka membicarakan tentang kondisi kebersihan Kota Probolinggo.

Seseorang berjuluk anaskoe menulis :
Wingi pas aku moleh terakhir, aku geleng2 (kagum) pas aku tas ngelewati lampu merah ketapang sepanjang jalan mlebu kota ndhek kiri dalan ono taman sing terawat, anyar kethok e, yen jare Ibuk ke iku sing ngawe para instansi n sekolahan. OK juga ne gebrakannya pak Wali, padahal aku mbiyen ga percoyo mbok mosok tukang becak dipilih dadi mimpin Kota... ternyata, bener yo yen dipimpin karo arek lokal rasa kepemilikinnya gedhe, aku iso ndhelok perubahan ne probolinggo saiki... Mbalek nang taman pinggir dalan, aku mikir e waktu iku iki pasti anget2 telek petek seneng mbangun trus males ngerawat e...Eit ternyata tuduhan ku salah sesok e pas aku mlaku2 kate ngolek ketan aku ndhelok onok mobil pemadam sing nyirami taman ndhek alon2 hehehehee... kisinan n kagum! Teruskan Pak Wali kiprah ne sampean mbangun probolinggo, ben ga cuman bromo sing dikenal teko monco negoro tapi probolinggo ne pisan... (Kemarin ketika aku terakhir pulang, aku geleng-geleng kagum saat melintasi lampu merah Ketapang. Sepanjang jalan masuk kota di sisi kiri jalan ada taman yang terawat. Baru rupanya. Kata ibuku, itu dibikin instansi-instansi dan sekolahan. OK juga gebrakannya Pak Wali. Padahal aku dulu nggak percaya, masak tukang becak dipilih mimpin kota. Ternyata benar ya kalau dipimpin arek lokal, rasa kepemilikannya besar. Aku bisa melihat perubahannya Probolinggo sekarang... Kembali ke taman pinggir jalan, aku piki waktu itu pasti ini hangat-hangat tahi ayam, senang membangun terus malas merawat. Eit, ternyata tuduhanku salah. Esoknya waktu aku jalan-jalan hendak mencari ketan, aku lihat ada mobil pemadam yang nyirami taman di alun-alun. He he he...malu dan kagum! Teruskan Pak Wali kiprahnya membangun Probolinggo. Supaya tidak cuma Bromo yang dikenal sampai ke mancanegara, tapi Probolinggo-nya juga...)

Selanjutnya, seseorang berjuluk oka ikut nimbrung. Dia menulis:
Yo wis mugo2 ae cak, probolinggo terusan dipimpin ambe pemimpin sing amanah. Saiki iku sing susah kan nyekel amanah iku.. bener jare sampeyan, sak umur uripku sing jenenge taman iku pasti anget2 telek petek, gak tau awet. Biasane yo cuma digawe pas ono acara opo,kunjungane sopo.. Yen acara n kunjungane rampung, yo wis buyar pisan tamane... (Ya mudah-mudahan saja Cak, Probolinggo terus dipimpin oleh pemimpin yang amanah. Sekarang itu yang susah kan memegang amanah. Benar kata sampeyan. Seumur hidupku yang namanya taman itu pasti hangat-hangat tahi ayam. Tidak pernah awet. Biasanya cuma dibuat ketika ada acara apa begitu, ada kunjungan siapa begitu. Kalau acara kunjungannya selesai, tamannya juga bubar.)

Berikutnya, seorang berjuluk andriku menimpali:
Ha ha ha..ono sing iso upload fotone ga? Aq pingin nontok fotone jaran...mmmmm kuda....nang taman arep mlebu Probolinggo iku (aq ga ngerti dinas endi, tp koyokane apik..).Karo ono sing lucu..patung e nyamuk, sik ono ga nyamuk e? tolong yen ono sing iso upload di gowo nang AP yo..aq pingin nonton (Ha ha ha...ada yang bisa upload fotonya nggak? Aku ingin lihat foto kuda di taman jelang masuk Probolinggo. Aku nggak ngerti dinas mana, tapi kelihatannya bagus. Dan yang lucu patung nyamuk. Masih ada nggak ya nyamuknya. Tolong kalau ada yang bisa upload dibawa ke AP ya, aku pingin lihat...)

Lalu, yang berjuluk inoex135 membenarkan:
Yup probolinggo emang tambah keren cak... aku salut banget keadaane tambah resik n pemandangane penak banget dilihat...(Yup, Probolinggo memang tambah keren, Cak. Aku salut sekali. Keadannya semakin bersih dan pemandangannya sangat enak dilihat.)

Terakhir, yang berjuluk luci menggumam:
He he...jaman th 90 an probolinggo terkenal sebagai "shit town" itu jarene wong wong jogja sing mandu turis turis lho, waduh aku dadi ngenes. mugo mugo ae rek probolinggo berubah citra, trus ndek jaman kuliah poltek malang, biyen aku dipoyoki lek prob kena anugrah kota terkotor, ngenes maneh aku. (He he...Zaman tahun 90-an Probolinggo terkenal sebagai "shit town". Itu kata orang-orang Jogja yang memandu turis lho. Waduh aku jadi prihatin. Semoga saja Rek, Probolinggo berubah citra. Terus waktu zaman kuliah di Poltek Malang dulu aku digojloki bahwa Probolinggo dapat anugerah kota terkotor, prihatin lagi aku.)

Probolinggo mendapat predikat Kota Terkotor memang fakta. Predikat itu diberikan pada 1986 lalu. Pada saat kota ini dipimpin Wali Kota Latief Anwar. Sang wali kota tentu juga tak menginginkan predikat itu. Maka dalam ceritanya, begitu dapat predikat tersebut, semua yang bertanggung jawab terhadap kebersihan kota saat itu langsung diamuk habis-habisan oleh wali kota. Namun, itu cerita masa lalu. Kota Probolinggo terus berbenah. Pada 1997, kota ini sudah membalik keadaan. Ditandai dengan keberhasilan meraih piala Adipura. Tapi, rasa kepemilikan terhadap kebersihan, hijau dan indahnya kota belum menyebar rata. Bau pesing terminal Bayuangga masih terkenal.

Memasuki era 2000-an, pemerintah kota ini setel kenceng melakukan gerakan-gerakan kebersihan. Melalui Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DKLH), pemerintah kota mengajak seluruh komponen warganya membenahi kebersihan lingkungan. Setelah sempat macet karena peralihan kekuasaan, pada 2006 program Adipura kembali digeber. Saat itu Adipura digelar bak lomba semata. Kota/kabupaten yang ingin dapat Adipura ya harus mendaftar. Tapi mulai 2008, Adipura bukan lagi sekedar lomba, melainkan kewajiban. "Daftar nggak daftar, semua kota/kabupaten di Indonesia pasti dinilai untuk program Adipura," kata Rey Suwigtyo, Kabid Kemitraan dan Diseminasi DKLH.

Hasil kerja keras pemerintah dan semua komponen masyarakat di Kota Probolinggo mulai menunjukkan hasil. Pada 2006 Kota Probolinggo ibarat sudah ancik-ancik di ajang Adipura. Kota ini meraih poin total 67,09. Adipura belum didapat. Kota ini semakin terpacu. Alokasi anggaran untuk program kebersihan digenjot. Program kebersihan dengan melibatkan semua komponen masyarakat semakin intens digelar. Mulai dari bikin taman di tepi jalan -yang sampai bikin arek-arek dalam komunitas blog arekprobolinggo.net terkesima-, melombakan taman di lingkungan RW, meminiaturkan lomba Adipura untuk tingkat kelurahan, mengajak masyarakat ramai-ramai melakukan penghijauan, bersih-bersih saluran air, dan seterusnya.

Akhirnya, pada 2007, Kota Probolinggo berhasil meraih piala Adipura. Penilaian didasarkan pada kondisi fisik dan non fisik. Pada tahun itu, peraih Adipura harus bisa mengumpulkan poin minimal 71. Sedangkan Kota Probolinggo berhasil mengumpulkan poin akhir 73,44. Keberhasilan itu masih ditambah dengan sukses SMAN 2 Kota Probolinggo meraih piagam Adiwiyata. Ini penghargaan nasional untuk sekolah yang memiliki budaya dan kepedulian lingkungan. Dan 2008 ini, Kota Probolinggo berhasil meraih lagi piala Adipura. Tahun ini peraih Adipura harus mengumpulkan poin minimal 73. Sedangkan Kota Probolinggo dari tiga tahap penilaian (penilaian 1, penilaian 2, dan verifikasi) berhasil meraih poin akhir 74,71.

Dengan raihan nilai tersebut, tahun ini Kota Probolinggo bertengger di posisi ke 8 di antara kota/kabupaten se-Jawa yang meraih Adipura untuk kategori Kota Sedang. Sedangkan di antara kota/kabupaten se-Indonesia peraih Adipura untuk Kota Sedang, Kota Probolinggo berada di posisi ke-13. Di saat bencana alam belakangan kerap menimpa negeri ini -yang di antaranya disebabkan perusakan alam oleh manusia- keberhasilan meraih penghargaan Adipura menjadi prestise tersendiri. Penghargaan ini menjadi ganjaran sekaligus pengingat bahwa masalah kebersihan, masalah lingkungan kini harus semakin serius ditangani. Sebab, semakin lingkungan tak diurus, bahkan dirusak, semakin besar bahaya mengancam di masa depan.

Tapi, kegembiraan meraih Adipura tidak boleh melenakan. Masalah lingkungan tidak boleh jadi satu-satunya hal yang diurusi serius oleh kota ini. Sekretaris DPC PKB Kota Probolinggo yang baru jadi anggota dewan, Abdullah Zabut, mengingatkan hal itu."Warga Kota Probolinggo harus sehat secara dhohir dan batin. Lingkungan bersih harus diimbangi dengan hidup sejahtera. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat bisa meningkat, itu juga harus diseriusi," katanya. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

SMAN 2 Dan SMKN 1 Kota Probolinggo Berjaya Dalam Lomba Adiwiyata Nasional

Bagi SMAN 2, tahun ini merupakan keberhasilan kali kedua meraih penghargaan Adiwiyata. Sebab itu, SMAN 2 berhak atas piagam dan piala Adiwiyata yang diserahkan di Istana Negara Jakarta, tepat di momen hari lingkungan hidup, 5 Juni lalu. Sedangkan SMKN 1 baru tahun ini mendapat piagam Adiwiyata.Dua piagam Adiwiyata yang berhasil diraih kini terpajang di dinding ruangan Kepala Sekolah SMAN 2 Suradji Chabir. Piagam pertama ditandatangani Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat Drs Sudariyono, dan Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Prof Dr Suyanto, Ph.D. Sedangkan piagam yang diraih tahun ini ditandatangani oleh Meneg Lingkungan Hidup Ir Rachmat Witoelar dan Menteri Pendidikan Nasional Prof Dr Bambang Sudibyo, MBA.

Di samping dua piagam tersebut, terpajang juga foto-foto Suradji dan guru pembina program Adiwiyata Endang Sulistyowati, bersama Presiden RI Susilo Bambang Yudhyono. Itu foto saat keduanya menerima piagam calon sekolah Adiwiyata tahun lalu dan foto saat menerima piala Adiwiyata tahun ini. Bangga, Tentu saja perasaan ini dimiliki seluruh warga SMAN 2. Penghargaan Adiwiyata diberikan kepada sekolah-sekolah yang memiliki kepedulian dan budaya lingkungan. "Pada tahun kedua ini, kami memang lebih siap mengikuti lomba Adiwiyata ini. Berbeda dengan tahun pertama," tutur Chabir didampingi Agus, salah satu guru SMAN 2 saat ditemui dua hari lalu.

Dengan prestasi ini, SMAN 2 bahkan semakin yakin untuk menularkan wawasan mereka tentang Adiwiyata pada sekolah lain. Dengan demikian, sekolah lain akan terpacu untuk mengiku program nasional ini. "Kami siap menerima studi banding dari sekolah manapun," tutur Chabir. Sampai kini, baru dua sekolah di kota yang mau melakukan studi banding soal Adiwiyata ke SMAN 2. Keduanya yaitu, SMKN 1 dan SMAN 3. Sementara sekolah lain belum ada. Khususnya yang datang lengkap, murid, guru dan kepala sekolah.Justru beberapa sekolah dari kabupaten sudah datang. Di antaranya, SMA Taruna Leces, SMAN Dringu, SMPN 1 Dringu, SMPN Sumberasih, SMP Bhakti Pertiwi dan SMA Tunas Luhur, Paiton.

Kondisi ini sempat membuat Chabir berpikir. Apa gerangan yang membuat sekolah di kota tidak mau melakukan studi banding ke SMAN 2? Padahal, Dinas Pendidikan kota menganjurkan sekolah-sekolah untuk studi banding soal Adiwiyata ke SMAN 2. Selain itu, sekolah ini juga tengah menyiapkan beragam program untuk mengikuti lomba Adiwiyata 2009. Tentu saja program tersebut harus berbeda dengan program dua tahun sebelumnya. Sementara program dua tahun yang lalu, harus tetap dilaksanakan. Jika berhasil mempertahankan prestasi pada tahun 2009 dan 2010, maka SMAN 2 akan mendapat piala Adiwiyata mandiri pada 2010.

Sebuah perjuangan yang tidak mudah memang. Namun, SMAN 2 seolah siap menghadapi perjuangan itu. Salah satu buktinya yaitu, kini sekolah ini semakin fokus pada perubahan perilaku siswanya. Caranya, membentuk tim Adiwiyata untuk kelas X. Sebelumnya, tim Adiwiyata hanya dibentuk untuk kelas XI dan XII. Pembentukan tim ini diharapkan dapat mempercepat transfer perilaku yang peduli dan berbudaya lingkungan pada siswa kelas X. Artinya, perubahan perilaku cepat terlihat pada siswa baru itu. Bagi SMAN 2, perubahan perilaku tetap menjadi prioritas dalam program ini. "Mereka kan berasal dari beragam SMP dan latar belakang. Jadi, butuh energi dan waktu untuk mengubah perilaku mereka," terang Chabir.

Selain itu, disiapkan program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Sebenarnya sudah ada program serupa di SMAN 2. Kini, program tersebut akan dikembangkan melalui pembuatan kompos bersama warga sekitar. Tidak tanggung-tanggung, SMAN 2 berencana membeli mesin pembuat kompos dengan skala kecil. Harapannya, program ini membantu pengelolaan sampah dari warga sekitar. Lalu bagaimana dengan SMKN 1 setelah menerima penghargaan sebagai sekolah calon Adiwiyata? Kepala Sekolah SMKN 1 Dwi Sumedi Noto Projo terlihat sibuk mengawasi kegiatan bersih-bersih di halaman depan sekolah itu.

Begitu Radar Bromo datang, Sumedi pun menggambarkan penerapan program Adiwiyata di sekolahnya. Dia lantas berkeliling ke lokasi sekolah bersama Radar Bromo. Ada pot bunga yang dijejer di sebuah papan yang dibuat bersusun. Pot-pot itu ditempatkan di depan hampir semua ruang kelas. Sementara di pojok-pojok sekolah, ada tiga tempat sampah sekaligus. Ada tempat sampah organik, tempat sampah kertas dan tempat sampah plastik. Di depan tiga tempat sampah ini, ada komposter untuk mengelola sampah organik menjadi kompos.

Saat berkeliling dengan Radar Bromo, Sumedi sempat melihat sampah kertas di lantai sekolah. Dia lantas memungutnya dan memasukkannya ke tempat sampah kertas. Saat menunjukkan komposter pada Radar Bromo, dia menemukan tutup botol dari plastik di dalamnya. Sumedi pun memungutnya dan memasukkan ke tempat sampah untuk plastik. Bukan sekedar perilaku, inilah salah satu cara yang ditempuh Sumedi untuk mengubah perilaku warga SMKN 1. Bukan melalui paksaan atau instruksi, melainkan dengan cara memberi contoh.

Dengan contoh tersebut, diharapkan nurani semua warga sekolah tersentuh dan tergerak untuk meniru. Karena intruksi atau paksaan pada perilaku dinilainya hanya akan bertaha sebentar. Selanjutnya, akan luntur dengan sendirinya. "Jadi walau sudah menerima penghargaan, bagi kami perilaku tetap tidak bisa dipaksakan. Karena itu, kami tetap berusaha menjadi contoh bagi warga sekolah ini," terang Sumedi. Cara ini bahkan sudah diterapkannya sebelum mengikuti lomba Adiwiyata. Kini, sikap itu tetap dipilih oleh Sumedi untuk mengubah perilaku siswa menjadi sadar lingkungan. "Jika ingin berhasil, ya harus diawali oleh kita-kita sendiri," katanya.

Sementara untuk mengikuti lomba Adiwiyata tahun berikutnya, SMKN 1 hanya berupaya untuk mengoptimalkan apa yang sudah dilakukan selama ini. Diantaranya, penghijauan bersama masyarakat dan bersih-bersih lingkungan oleh siswa. Cara ini memberikan tantangan tersendiri, karena tidak semua warga sadar dan mau ikut serta. Bahkan saat siswa bersih-bersih, ada saja warga yang malah membuat kotoran atau sampah lagi. "Memang di sinilah tantangannya saat terjun di tengah-tengah masyarakat dan melakukan kegiatan lingkungan. Tidak semua orang langsung peduli. Ini yang dipahami siswa," tegasnya. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Disambut 20 Ribu Orang, Piala Adipura Dan Adiwiyata Dikirab

Sekitar 20 ribu orang bakal menyambut kedatangan piala Adipura dan Adiwiyata yang berhasil diraih Kota Probolinggo, Jumat (6/6) sekitar pukul 06.00 di lapangan Pilang, Jl Brantas Kota Probolinggo. Selanjutnya, dengan berjalan kaki, mereka akan membawa piala tersebut ke kantor pemkot. Tahun ini, Kota Probolinggo dipastikan kembali menerima Adipura. Tak cuma Adipura, dua sekolah di Kota Seribu Taman ini juga berhasil meraih Adiwiyata, penghargaan untuk sekolah yang berbudaya lingkungan. Tahun ini Adiwiyata berhasil diraih SMAN 2 (kedua kali), dan SMKN 1 (menerima piagam Adiwiyata). Dijadwalkan, hari ini pukul 10.00, piala Adipura diserahkan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di istana negara Jakarta. Dan Wali Kota Probolinggo Buchori menjadi salah satu penerimanya. Sedangkan piagam Adiwiyata bakal diterima dari menteri Lingkungan Hidup. Dan besok, piala Adipura dan penghargaan Adiwiyata sudah berada di Probolinggo. Menurut Rey Suwigtyo, kabid Kemitraan dan Desiminasi DKLH, setelah dari lapangan Pilang, Jl Brantas, piala Adipura dan Adiwiyata akan dibawa menggunakan mobil melewati jalur Jl Soekarno Hatta, Jl Panglima Sudirman, dan berakhir di kantor pemkot Probolinggo Jl Panglima Sudirman. "Pialanya pakai mobil, yang mengiringi berjalan kaki," kata Tyok, panggilan akrabnya, kemarin.

Dalam pawai tersebut, sebagai pesertanya adalah perwakilan muspida, DPRD kota, pegawai pemkot, pelajar SLTA se kota, pengusaha, LSM, ormas, dewan kesenian, TNI dan Polri, dan masyarakat umum. Perjalanan menuju kantor pemkot akan dimeriahkan drum band atau horsik pemkot Probolinggo, pasukan merah putih dari karyawan DKLH, ogoh-ogoh replika piala Adipura dan Adiwiyata, dan reog ponorogo. Agar berlangsung tertib, kata Tyok, ada beberapa tata tertib yang harus dipatuhi peserta pawai. Antara lain, menggunakan setengah ruas jalan, mengenakan pakaian olahraga atau yang pantas dan sopan, menggunakan yel-yel yang santun, dan berjalan sesuai rute yang telal ditetapkan. "Peserta dilarang naik sepeda motor dan mobil," tegasnya.

Di kantor pemkot, piala tersebut akan diterima kembali oleh Wali Kota Buchori. Selanjutnya, diserahkan kepada Ketua DPRD kota H Kusnan. "Untuk sementara, piala tersebut ditaruh di kantor pemkot, sebelum dikirab keliling kota," jelasnya. Siang harinya, sekitar pukul 14.00, piala Adipura dan Adiwiyata akan dikirab keliling kota. Kali ini, sebanyak 5.000 orang akan mengikuti kirab menggunakan sepeda pancal. Termasuk di dalamnya, guru SD, SLTP, SMA se kota Probolinggo, klub sepeda santai, dan klub sepak bola se kota. Rutenya, piala Adipura dan Adiwiyata akan dibawa dari kantor wali kota Probolinggo, kemudian melewati Jl Panglima Sudirman, Jl Dr Soetomo, Jl Basuki Rahmad, Jl Gatot Subroto, kemudian kembali lagi ke Jl Panglima Sudirman.

Kirab dilanjutkan ke Jl Cokroaminoto, Jl Bengawan Solo, Jl Brantas, Jl Soekarno Hatta, Jl Panjaitan, Jl Dr Saleh, dan finis kembali di kantor wali kota Probolinggo. Susunan pesertanya, di bagian paling depan ada kendaraan pemandu. Di belaknga, kendaraan Adipura dan Adiwiyata, Muspida dan DPRD kota, klub sepeda santai, pegawai pemkot, guru SD-SLTA se kota, LSM, Ormas, pelajar SLTA se kota, dan masyarakat. Tyok berharap, kepada peserta kirab untuk tidak mengganggu pengguna jalan lainya. Untuk itu, kirab akan menggunakan setengah badan jalan. "Sepeda berjajar maksimal tiga sepeda dan tidak diperkenankan menggunakan sound system kecuali panitia," katanya. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Raih Adipura Lagi, Mulai Siapkan Acara Penyambutan

Warga Kota Probolinggo boleh bangga. Kota Mangga ini dipastikan kembali meraih penghargaan nasional dalam bidang lingkungan, Adipura. Radar Bromo memperoleh informasi bahwa Wali Kota Buchori diminta hadir di Istana Jakarta pada Kamis (5/6) untuk menerima langsung penghargaan Adipura 2008 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Untuk acara itu tidak boleh diwakilkan. Kabar tersebut langsung direspons. Kemarin Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DKLH) sudah mulai membahas persiapan acara penyambutan kedatangan piala Adipura di Kota Probolinggo, Jumat (6/6). "Ini masih pembahasan awal. Selanjutnya akan dimatangkan dalam rapat koordinasi gabungan dengan Dishub, Satpol PP, dan Polresta," kata Kepala DKLH Budi Krisyanto.

Namun, untuk sementara sudah tergambar bahwa acara penyambutan itu bakal meriah. Jumat sekitar pukul 07.00 Wali Kota sudah tiba di Kota Probolinggo dengan membawa piala Adipura. Begitu tiba, Wali Kota bakal disambut di lapangan Jl Brantas. Selanjutnya, piala Adipura akan diarak oleh rombongan pejalan kaki dari lapangan Jl Brantas menuju kantor pemkot di Jl Panglima Sudirman. Selesai salat Jumat, piala Adipura akan diarak keliling kota oleh rombongan konvoi bersepeda pancal. Dalam pembahasan sementara ini rute konvoi bergerak dari kantor pemkot menuju kawasan alun-alun kota di Jl A. Yani melalui Jl Dr Soetomo, terus ke Jl Gatot Subroto - Jl Panglima Sudirman - Jl Pahlawan - Jl Cokroaminoto - Jl Bengawan Solo - Jl Soekarno Hatta - Jl Anggrek - Jl Ikan Hiu - Jl Dr Saleh dan kembali ke kantor pemkot.

Bolehkah warga ikut serta mengarak piala Adipura, baik yang jalan kaki dari lapangan Brantas maupun konvoi bersepeda? "Boleh saja," tegas Budi Krisyanto. Kabid Kemitraan dan Diseminasi DKLH Rey Suwigtyo menambahkan, ada pesan khusus mengapa sampai ada konvoi bersepeda segala. Konvoi bersepeda itu merupakan kampanye hemat energi sekaligus kampanye menyelamatkan lingkungan. "Ini sekaligus untuk menindaklanjuti konferensi dunia tentang global warming, di Bali," ujarnya. Dan aktivitas bersepeda ini dalam waktu dekat bakal jadi keharusan bagi para seluruh karyawan dan pejabat pemkot. Selanjutnya, dalam sepekan sekali, karyawan dan pejabat pemkot akan diwajibkan pergi-pulang kantor menggunakan sepeda pancal (bike to work). "Jadi, acara konvoi sepeda ini akan jadi soft opening-nya," kata Rey Suwigto. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...
Informal Meeting Forum (IMF)
Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB)
Forum Jaringan Manajemen Sampah (FORJAMANSA)
Paguyuban Eco Pesantren
Paguyuban Kader Lingkungan (PAKERLING)
Paguyuban Putri Lingkungan (PUTLING)
Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah (POKMAS)
Paguyuban Peduli Sampah (PAPESA)
Penyandang Cacat Peduli Lingkungan Kota Probolinggo (PECEL KOPROL)
Komunitas Pelestari Keanekaragaman Hayati (KOMTARI KEHATI)
Paguyuban Penarik Gerobak Sampah Cekatan Riang Inovatif Amanah (PGS CERIA)
Paguyuban Abang Becak Peduli Lingkungan (ABPL)

Pencarian Artikel

Jumlah Kunjungan

About Me

My photo
By the middle of 2005, the management of environment in Probolinggo city was implemented by 2 (two) units which were subdivision for public cleaning services and parks of Public Works Agency of Probolinggo City and the Office of Environment of Probolinggo City. But in August 2005, considering to the aspects of effectiveness in administration, coordination, budget management dan program operations, then those two units were merged into 1 (one) new governmental institution namely the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City. Then, in accordance to the institutional restructure of central and regional government, on July 1st 2008, the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City was changed into the Environment Agency (BLH) of Probolinggo City.