BLH Kota Probolinggo    "SI JUPPE"   S emangat,  I novatif,  J u jur,  P rofesional,  P e duli

Disperta Kota Probolinggo Libatkan Masyarakat Sukseskan Penanaman Satu Miliar Pohon

Dinas Pertanian (Disperta) Kota Probolinggo, melibatkan masyarakat dalam rangka menyukseskan penanaman satu miliar pohon (One Billion Indonesian Trees/OBIT). Dengan terlibatnya masyarakat, program tersebut diharapkan cepat terwujud, sehingga bisa menjadikan Kota Probolinggo yang hijau dan bebas dari polusi.

“Dalam hal penanaman satu miliar pohon atau OBIT, kami melakukan sosialisasi pada masyarakat dan melibatkannya, untuk tahun 2012 ini, terhitung sejak 1 Februari 2011 hingga 31 Januari 2012 kami bersama-sama masyarakat Kota Probolinggo sudah berhasil menanam 727.175 pohon yang kita sebar di daerah Kota Probolinggo,” ujar Ika Hudyawati Nugroho Kepala Bidang Kehutanan Disperta Kota Probolinggo, Jumat (9/11).

Ika Hudyawati Nugroho menjelaskan bahwa program penanaman satu miliar pohon tidak akan sukses tanpa melibatkan masyarakat, karena masyarakatlah yang nantinya akan menjaga dan merawat tanaman pohon tersebut.

“Bibit pohon yang kita tanam bersama masyarakat kita sebar di kanan-kiri jalan raya, supaya rindang dan sejuk, lalu kita sebar juga ke kawasan sungai yang ada di Kota Probolinggo, juga di daerah-daerah pusat kota, agar rindang dan hijau. Kesemuanya itu kita melibatkan masyarakat terutama yang berada di daerah sekitar tanaman pohon yang kita sebar, khusus untuk tanaman di kawasan perkotaan kita serahkan ke kelompok tani, biar kelompok tani inilah yang menjaga dan merawatnya,” jelasnya.

“Untuk menyukseskan OBIT 2013 kita akan mengadakan sosialisasi dan event berupa perlombaan penanman pohon kelurahan se Kota Probolinggo, tujuannya supaya masyarakat secara keseluruhan bisa terlibat,” pungkasnya. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Kota Probolinggo Koordinasikan Penyusunan Buku Non Fisik Adipura Tahun 2012-2013

Hari ini (08/11) bertempat di Aula Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo Kota, diselenggarakan rapat koordinasi penyusunan Buku Non Fisik Adipura Tahun 2012-2013 sebagai kelengkapan dalam penilaian Program Adipura tingkat nasional yang meliputi penilaian fisik dan non fisik.

Acara ini dibuka oleh Fitri, Kabid Pelestarian, Pengendalian & Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup pada BLH dan dihadiri oleh beberapa SKPD yang terkait langsung dalam pengisian kuisioner penilaian non fisik, yaitu BLH, Bappeda, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, DPPKA, Diskoperindag, Badan Pelayanan Perijinan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kelautan dan Perikanan dan PDAM.

Dalam sambutannya Fitri menjelaskan bahwa pengisian kuisioner penilaian non fisik itu sangat penting, walaupun hanya memberikan kontribusi 20% dalam total prosentase penilaian program adipura akan tetapi pada kenyataannya menjadi perhatian tersendiri bagi tim penilai adipura. “Kami harapkan nantinya seluruh undangan yang hadir dapat mengisi form kuisioner yang telah disiapkan dengan data yang valid dan dilengkapi dengan lampiran pendukung dari kuisioner penilaian non fisik adipura ini” terang Fitri dalam sambutannya.

Acara dilanjutkan dengan cara pengisian item kuisoner yang disampaikan oleh Erwan, Ka.UPT Laboratorium Lingkungan. Dalam paparannya Endra menyampaikan tentang pembagian tugas/tanggungjawab SKPD dalam pengisian item kuisioner yang cukup beragam dan memerlukan kordinasi lintas SKPD. Seusai acara paparan ini, maka dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan para undangan yang hadir.

“Untuk penyampaian pengisian kuisioner penilaian non fisik ini, kami harapkan sudah dapat diterima secepatnya di BLH paling lambat rabu depan, sebelum libur panjang ya...” terang Fitri yang disambut senyum peserta rapat sekaligus menutup acara rapat koordinasi ini. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Yuk, Belanja Aneka Bunga dan Bibit Buah-Buahan di Kawasan TWSL

Bila berekreasi bersama teman atau keluarga ke Taman Wisata Study Lingkungan (TWSL) Mayangan, Anda bisa membeli aneka bunga dan buah-buahan di kawasan sekitar TWSL dengan harga murah dan terjangkau.

Sambil menikmati suasana TWSL yang rindang, sejuk, hijau dan terbuka dengan keanekaragaman satwa yang mempesona turut menambah nyaman akhir pekan Anda.

“Saya berjualan disini sudah cukup lama, kira-kira 3 tahun seiring dengan pembangunan TWSL ini oleh Pemkot Probolinggo. Saya disini menjual beraneka ragam bunga dan buah, seperti Mawar, Kuring, Andong, Anggur, Mangga, Duren, rumput juga saya jual, seperti rumput gajah dan rumput jepang,” jelas Wulan salah satu pedagang di Kawasan TWSL Mayangan saat diwawancaria PedomanNEWS, Rabu (7/11).

Wulan menambahkan, bahwa bunga, dan buah-buahan dijual dengan harga yang bervariatif dan murah. Misalnya bunga Mawar yang dijual dengan harga Rp5000 – Rp10.000 tergantung besar dan kecilnya bunga, Jambu Merah dengan harga Rp15.000, untuk duren Rp200.000, dan anggur dengan harga berkisar antara Rp75.000 – Rp100.000, wulan mejelaskan bahwa pengunjung cukup ramai terutama Sabtu dan Minggu.

“Jumlah pembeli perharinya tidak menentu, kebanyakan mereka membeli Mawar dan Anggur, untuk hari Sabtu dan Minggu bisa mencapai ratusan orang,” ujarnya.

“Alhamdulillah, saya dengan teman-teman yang ada disini cukup diperhatikan oleh Pemkot Probolinggo. Saya disini hanya dipunguti biaya Rp250.000 per tahun, itupun listrik sudah ditanggung oleh Pemkot Probolinggo,” tutupnya. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Peduli Lingkungan Sekolah, Pemkot Kota Probolinggo Gelar Penilaian Adiwiyata

Dalam upaya menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang hijau, asri, dan berseri, Pemerintah Kota (Pemkot) Probolinggo giatkan konsep adiwiata sekolah. Sehingga siswa dan siswi bisa menikmati suasana belajar yang nyaman, dan memiliki wawasan lingkungan yang baik.

Dengan diterapkannya konsep adiwiata, berarti warga sekolah harus belajar menghargai lingkungan, dan bertanggung jawab untuk melestarikan lingkungan, terutama lingkungan hidup disekitar sekolah.

“Dalam rangka menjaga lingkungan hidup dan kebersihan sekolah, Pemkot Probolinggo mencoba menerapkan konsep Adiwiata, sehingga warga sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah bisa meniru konsep kearifan lingkungan, kami mencoba menerapkan konsep Adiwiata sekolah ini, dengan menggelar penilaian ke sekolah-sekolah, yang nantinya jika sudah berhasil menerapkannya, maka akan kami beri penghargaan Adiwiata Bestari,” ujar Budi Krisyanto, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo, Selasa (6/11).

Budi Krisyanto menjelaskan bahwa penilaian Adiwiata ini, bertujuan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dan ideal, sehingga siswa dan siswi bisa belajar dengan nyaman, serta mereka secara tidak langsung belajar tentang lingkungan hidup dan kebersihan, dan tertanam tanggung jawab untuk menjaga lingkungan.

Anugrah Adiwiata Bestari ini nantinya akan diberikan ke sekolah-sekolah yang memiliki lingkungan sekolah terbaik, misalnya tanamannya rindang, tamannya terjaga dan terawat dengan baik, warga sekolahnya sudah memiliki kesadaran dan pemahaman lingkungan yang baik.

“Penilaian Adiwiata Bestari mudah-mudahan bulan November 2012 ini bisa rampung, dan tim penilai dihadirkan dari berbagai unsur, sepert dari Pemkot Probolinggo, dan media massa,” pungkasnya. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Probolinggo Gelar Rembuk Tukang Becak

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo, Sabtu (03/11/2012) sekitar pukul 9.00 WIB, menggelar Rembug Gawe Tukang Becak. Rembug yang mengusung tema, kujaga, kurawat kotaku Probolinggo (K3 Pro) ini berlangsung di Puri Menggala Bhakti, Kantor Wali Kota.

Ratusan tukang becak mengikuti rembug ini. Mereka dibagi tiga kelompok diskusi yang masing-masing membahas sebuah permasalahan. Kelompok diskusi satu, dengan nama Bayuangga ini, membahas upaya tukang becak untuk menjaga atau merawat taman kota dan memelihara pohon penghijauan.

Sedang kelompok diskusi dua, Bestari, membahas konsep tukang becak menghindari atau mengurangi kebiasaan orang membuang sampah sembarangan. Untuk kelompok terakhir (Tiga) atau Bestari, membicarakan peran tukang becak dalam pencegahan pencemaran air sungai dan mata air.

Pimpinan diskusi, dipilih oleh anggota kelompok dari mereka sendiri, dengan dipandu beberapa petugas dari Badan Lingkungan Hidup. Mereka bebas berdiskusi bersama anggota kelompoknya untuk memecahkan atau mencari jalan keluar topik yang mereka diskusikan.

Seluruh peserta diskusi, diberi secarik kertas dan pulpen) untuk menuliskan berbagai permasalahan yang terjadi di lapangan atau di wilayahnya, sesuai dengan topik yang dibahas di kelompoknya. Mereka juga diberi tugas untuk mencari sumber penyebab, akibat dan upaya menangani permasalahan yang dibahasnya.

Panitia penyelenggara utamanya pemandu, dibikin repot dan harus bekerja ekstra keras. Pihak pemandu harus menerangkan secara detail , agar peserta rapat kerka, benar-benar mengerti. Bahkan petugas lebih banyak menggunakan bahasa pengantar Madura, ketimbang bahasa Indonesia.

Berkali-kali pemandu dan pimpinan diskusi menyuruh peserta diskusi, menulis sumber masalah yang dihadapinya berikut upaya dan akibat yang ditimbulkannya, terkait topik yang sedang dibahasnya. Dari seratusan peserta, hanya sebagian kecil yang mengumpulkan tulisannya. “Sampean saja yang nulis pak. Bukannya saya gak bisa nulis, tapi ruwet mengungkapkan dalam tulisan. Lancaran ngomong langsung,” aku salah satu peserta.

Sang petugas pun menuliskan apa yang diungkapkan peserta diskusi tersebut. Tidak hanya itu, salah satu pemandu, terpaksa memanggil salah seorang temannya yang bisa menggunakan bahasa Madura. Ia kebingungan dengan penjelasan peserta diskusi yang tidak bisa bahasa Indonesia dan menggunakan bahasa madura. Begitu juga sebaliknya, sang peserta sulit atau lama mengerti, jika si pemandu menggunakan bahasa Indonesia.

Kendati agak alot, diskusi yang dimulai pukul 10.30 wib itu, berlangsung suka cita. Pemandu sering terpingkal-pingkal, ketika mendengar jawaban dari peserfta diskusi. Mereka terkadang menjawab sekenanya, bahkan melenceng dari pertanyaan pimpinan dan pemandu diskusi. Bahkan penyampaiannya membuat orang yang melihat dan mendengarnya, tertawa.

Seperti yang terjadi di kelompok tiga, ada salah satu peserta yang menulis penyebab pencemaran air sungai, karena tukang becak membuang air besar dan sering kencing di sungai. Bahkan di kelompok yang sama ada salah satu peserta yang menulis sekenanya. Seperti contonya, Kalau dibuwang ke sugai Hairya buntu. Bahkan ada yang menulis bersih menjadi berse (Bahasa Madura).

Acara diskusi tersebut, ditutup sekitar pukul 13.00 wib. Kendati sudah bubar, para tukang becak tidak lantas pulang. Mereka diajak keliling kota,. Untuk melihat taman di sepanjang jalan ruas kota. Mereka praktek langsung memungut sampah yang berserakan di jalan dan mereka juga diajari merawat taman dan tanaman pinggir jalan.

Kepala BLH, Budi Kristanto, menjelaskan acara rembug ini, merupakan tindak lanjut dari kongres tukang becak sebelumnya. Jika kongres tukang becak sebelumnya membahas masalah pariwisata, perhubungan, koperasi dan ketenagakerjaaan dan lingkungan, rapat kerja tukang becak kali ini bahasannya lebih khusus. Yakni ruang lingkup pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup.

Diharapkan, dengan rapat kerja seperti ini, tukang becak berperan aktif ikut menjaga dan merawat lingkungan kota. Karenanya, sebagai langkah awal, kepala BLH memberi gratis bak sampah ukuran kecil kepada tukang becak yang ditaruh di becaknya. “Agar penumpang becak tidak membuang sampah di jalanan. Tukang becaknya harus mengingatkan kalau penumpangnya membuang sampah sembarangan, pungkas Budi Kristanto. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Lestarikan lingkungan BLH Kota Probolinggo Gelar Kongres Gawe Abang Becak

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo menyelenggarakan Kongres Gawe Abang Becak untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Kongres yang digelar di Puri Manggala Bhakti Kantor Walikota Probolinggo, Sabtu (3/11) diikuti oleh sekitar 200 perwakilan abang tukang becak se Kota Probolinggo.

Bertajuk 'Ku jaga Ku rawat Kotaku Probolinggo (K3Pro)' acara dibuka langsung oleh Wali Kota Probolinggo HM Buchori, dan dihadiri sejumlah pejabat daerah Kota Probolinggo, diantaranya Wakil Wali Kota Probolinggo Bandyk Soetrisno, Sekda Kota Probolinggo Johny Hariyanto dan Kepala BLH Kota Probolinggo Budi Krisyanto.

“Kelestarian lingkungan, baik lingkungan hidup seperti taman dan pepohonannya, maupun lingkungan kebersihan, ini merupakan tanggung jawab kita semua, bukan hanya tanggung jawab Pemkot Probolinggo tetapi tanggung jawab semua komponen masyarakat, termasuk Abang Tukang Becak, yang diperkirakan berjulah 5000 orang di Kota Probolinggo ini”, paparnya.

Wali Kota probolinggo juga menambahkan bahwa abang becak memberi sumbangsih yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan di Kota Probolinggo. Terbukti bahwa kongres tukang becak pertama pada tahun 2011 Kota Probolinggo mendapat anugerah Otonomi Award dari Jawa Pos.

Sementara itu Budi Krisyanto Kepala BLH Kota Probolinggo mengatakan bahwa keterlibatan abang becak sangat penting untuk melestarikan lingkungan Kota Probolinggo, yang hijau, bersih, asri dan terbuka. “Keterlibatan abang tukang becak, sangat penting untuk pelestarian lingkungan Kota Probolinggo yang hijau bersih dan terbuka,” ujarnya.

Budi Krisyanto juga menambahkan bahwa abang tukang becak dalam kongres akan membicarakan tentang pelestarian lingkungan diantaranya mengenai, bagaimana cara merawat taman, bagaimana menciptakan kesadaran membuang sampah pada tempatnya dan bagaimana abang becak memberikan sumbangsih kepada masyarakat untuk menjadi masyarakat yang sadar tentag lingkungan. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Di Kota Probolinggo Abang Tukang Becak Turut Lestarikan Lingkungan

Pemerintah Kota (Pemkot) Probolinggo, melibatkan abang becak untuk turut berpartisipasi dalam menjaga lingkungan. Melalui Rembug Gawe Abang Becak yang digelar, Sabtu (3/11) di Kantor Wali Kota Probolinggo, Kecamatan Mayangan untuk mencapai tata kelola lingkungan perkotaan yang hijau dan bersih.

“Rembug Gawe Abang Becak ini bertujuan agar para abang becak turut memikirkan dan berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan lingkungan Kota Probolinggo, supaya tetap berseri, bersih, asri, terbuka, dan hijau, dengan tema “Ku rawat Ku jaga Kota Probolinggo”, ujar Budi Krisyanto, Kepala Badan Lingkungan Hidup (LBH) Kota Probolinggo, Senin (5/11).

Budi Krisyanto menjelaskan bahwa dalam Rembug Gawe Abang Becak dibagi menjadi tiga kelompok, kelompok pertama akan membahas dan merumuskan bagaimana abang becak menjaga dan melestarikan lingkungan pertamanan yang ada di Kota Probolinggo, Kelompok kedua membahas dan merumuskan, bagaimana abang becak turut serta dalam menjaga kebersihan lalu lintas, jalan raya, dan sadar perlunya lingkungan yang bebas sampah, yang ketiga merumuskan bagaimana abang becak turut menjaga dan melestarikan kebersihan lingkungan sungai.

“Bahwa hasil dari rumusan atau rekomendasi sudah di plenokan, dan Para Abang Becak mereka berikrar akan melaksanakan apa-apa yang sudah dirumuskan bersama. Tentunya ini perlu bimbingan dan pemantauan dari Pemkot Probolinggo, agar program Rembug Gawe Abang Becak ini, bisa sukses sesuai dengan hasil rumusan,” pungkasnya. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...
Informal Meeting Forum (IMF)
Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB)
Forum Jaringan Manajemen Sampah (FORJAMANSA)
Paguyuban Eco Pesantren
Paguyuban Kader Lingkungan (PAKERLING)
Paguyuban Putri Lingkungan (PUTLING)
Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah (POKMAS)
Paguyuban Peduli Sampah (PAPESA)
Penyandang Cacat Peduli Lingkungan Kota Probolinggo (PECEL KOPROL)
Komunitas Pelestari Keanekaragaman Hayati (KOMTARI KEHATI)
Paguyuban Penarik Gerobak Sampah Cekatan Riang Inovatif Amanah (PGS CERIA)
Paguyuban Abang Becak Peduli Lingkungan (ABPL)

Pencarian Artikel

Jumlah Kunjungan

About Me

My photo
By the middle of 2005, the management of environment in Probolinggo city was implemented by 2 (two) units which were subdivision for public cleaning services and parks of Public Works Agency of Probolinggo City and the Office of Environment of Probolinggo City. But in August 2005, considering to the aspects of effectiveness in administration, coordination, budget management dan program operations, then those two units were merged into 1 (one) new governmental institution namely the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City. Then, in accordance to the institutional restructure of central and regional government, on July 1st 2008, the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City was changed into the Environment Agency (BLH) of Probolinggo City.