BLH Kota Probolinggo    "SI JUPPE"   S emangat,  I novatif,  J u jur,  P rofesional,  P e duli

BLH Kampanye Bahaya Merokok

BLH Kota Probolinggo justru menggelar kampanye bahaya merokok. Menurut Kabid pengembangan pengendalian kapasitas lingkungan hidup (P3KLH) Rahim Arif, kampanye kali ini melibatkan pelajar dari 9 sekolah Adiwiyata yang ada di Kota Probolinggo. Kampanye menghadirkan dua narasumber, ahli patologi dan kesehatan masyarakat Unair Surabaya Dr.Santi Marnini M.Kes dan staf ahli medik fungsional paru RSUD Dr. Sutomo Surabaya Dr. Isnu Pradjoko.

“Kampanye ini merupakan tindak lanjut dari sosialisasi bahaya merokok yang di gelar beberapa waktu lalu,” terang Rahim Arif kemarin (11/12). Lebih lanjut Kabid P3KLH ini merangkan, kampanye dimaksudkan agar masyarakat bisa mengurangi dan faham akan dampak dari bahaya merokok. “Melalui kampanye ini, kita menghimbau kepada masyarakat akan bahaya merokok. Supaya masyarakat dapat memilih untuk tetap merokok atau tidak, setelah tahu bahayanya rokok,” lanjut Rahim Arif.

Ada beberapa titik yang menjadi tempat kampanye. Di antaranya perempatan brak, perempatan bremi, gladak serang, serta pasar gotong royong Kota Probolinggo. Kampanye melibatkan 60 pelajar dari 9 sekolah adiwiyata yang ada di Kota Probolinggo. Para pelajar memberikan pamflet bahaya merokok pada pengendara yang kebetulan lewat di tempat itu. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Kota Probolinggo dan Keberhasilan Penanganan Sampah Kota

Kota Probolinggo bekerja bekerjasama dengan ’NOTHING WASTED’ Danamon Peduli untuk mengembangkan sistem penanganan sampah kota yang selama ini sudah berjalan baik, dimana pemerintah dan masyarakat bekerjasama untuk mengelola sampah kota. Walaupun hari mulai malam ketika tim pembuat film World Challenge tiba di lokasi rumah kompos, semangat tim pemerintah kota dan kelompok masyarkat tetap tinggi. Kami pergi ke kelurahan Mangunharjo dimana sistem pengelolaan sampah kota terpadu diterapkan.

Di kelurahan ini, setiap rumah dapat menukar sampahnya dengan kompos dari rumah kompos Danamon Go Green. 100 kg sampah dapat menghasilkan 30 kg kompos, dimana 21 kg dikembalikan ke rumah, dan 9 kg dimanfaatkan oleh rumah kompos. Masyarakat bisa memakai atau menjual kompos yang dihasilkan. Pemerintah kota Probolinggi tidak mengambil keuntungan dari proses ini, karena kegiatan ini merupakan bagian dari pelayanan masyarakat yang diberikan oleh kota Probolinggo agar masyarakat termotivasi untuk meningkatkan sikap sehat dan bersih.

One Planet Pictures juga membuat film tentang Ibu Hamida, pembuat kerajinan dari sampah anorganik. Ibu Hamida bisa menjual kerajinannya langsung atau melalui koperasi yang didukung oleh kantor lingkungan hidup kota Probolinggo. Ibu Hamida telah memisahkan sampah organik dan anorganik selama tiga tahun, dan pada dua tahun terakhir beliau membuat kerajinan dari sampah plastik. Ibu Hamida mendapat tambahan penghasilan antara Rp. 20.000 – 30.000 per hari dari kerajinan ini. Beliau sangat bangga akan kegiatan yang dijalaninya. ”Sampah dapat membuat masalah, tetapi jika ditangani dan dimanfaatkan dengan baik, sampah bisa menambah penghasilan bagi keluarga saya”, kata Ibu Hamida. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

BLH Sayangkan Budaya Buang Sampah Di Sungai

Pencemaran sungai rata-rata 60 persen berasal limbah domestik, yakni dari sanitasi, sampah, dan detergen. Selain itu, industri juga turut menyumbang 30 persen pencemaran air melalui pembuangan limbah cair ke sungai, sedangkan 10 persennya berasal dari limbah lainnya seperti dari pertanian dan peternakan. Untuk itu, budaya membuang sampah ke sungai yang turut menyumbang pencemaran terbesar sangat disayangkan pihak Badan Lingkungan Hidup (BLH). Kepala Bidang Komunikasi dan Peningkatan Peran Serta Masyarakat BLH Jatim, Putu Artha Giri di kantornya, Senin (26/10) mengimbau, pada seluruh masyarakat yang terbiasa membuang sampah di sungai agar tidak lagi melakukan hal tersebut. Pasalnya, air sungai yang tercemar juga akan menjadi bahan konsumsi masyarakat. ”Jika air tercemar tentu akan berdampak pada kesehatan,” ungkapnya.

Ia menuturkan, dalam rangka mengurangi pencemaran dari limbah domestik, sebelumnya pada awal 2009 pihaknya telah mencanangkan program Stop Cemari Kali Surabaya. Menurutnya, program itu dimaksudkan untuk lebih meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka mereduksi pencemaran sungai. Walaupun pencanangan masih dalam lingkup Kali Surabaya, ia menjelaskan, implementasinya dapat dilakukan untuk seluruh sungai di kawasan Jatim. ”Kali Surabaya hanya sebagai sampel saja untuk pencanangan dan tindaklanjutnya di sungai yang berada di daerah akan lebih ditekankan pada kerjasama dengan pemerintah kab/kota setempat,” ujarnya

Putu juga sempat menyayangkan pencemaran sungai yang juga terjadi di Probolinggo. Kebiasaan sebagian masyarakat Kota Probolinggo, membuang sampah di sungai hingga kini masih sulit dibendung. Akibatnya, tak sedikit sungai-sungai yang ada mengalami pendangkalan akibat sampah yang menumpuk. Seperti di Sungai Wiroborang, selain sudah mulai mengalami pendangkalan, tumpukan sampah juga kerap menjadi penyebab keluarnya aroma busuk yang mengganggu aktivitas masyarakat yang tinggal di kampung sekitar sungai. Air yang mengalir dan digunakan untuk mengairi persawahan di sekitar sungai juga sudah berwarna coklat kehitam-hitaman. Kondisi yang sama juga terjadi pada sungai yang mengalir di kawasan Perum Arum Permai, Kota Probolinggo. Di sungai yang konon menjadi penanda Kota Probolinggo, warga menyebutkan aliran Kali Banger ini juga terdapat sampah rumah tangga yang menumpuk.

Untuk itu, Putu meminta pada pihak BLH Kota Probolinggo untuk melakukan sosialisasi pada masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai. ”Jika BLH Probolinggo mau melakukan upaya tersebut dan memberikan pemahaman pada masyarakat akan bahaya pencemaran sungai, pasti akan berdampak positif dan itu harus segera dilakukan secepatnya,” pungkasnya. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Pemkot Bidik Adipura Kencana

Sukses meraih penghargaan Adipura selama dua tahun berturut-turut (2008-2009) tidak membuat Kota Probolinggo berpuas diri. Badan Lingkungan Hidup (BLH) sudah bersiap meraih Adipura Kencana tahun depan. Sebagai mana hasil rapat di Malang bersama Kementerian Lingkungan Hidup memang disampaikan secara lisan bakal ada penghargaan Adipura Kencana, beberapa waktu lalu . Tapi untuk daerah yang tiga kali berturut-turut mendapatkan Adipura. Kepala BLH Endro Suroso mengungkapkan, dikantornya Senin 5/10.

Jika tahun 2010 Kota Probolinggo dapat Adipura maka secara otomatis bisa meraih Adipura Kencana. Tentunya untuk mendapatkan penghargaan tersebut harus didukung perolehan Adiwiyata Bestari dan Wahana Tata Nugraha. "Kota Probolinggo kan sudah pernah dapat dua penghargaan tersebut. Jadi, langkah mendapatkan Adipura Kencana lebih mudah dan mudah-mudahan penghargaan Adipura tetap bertahan," harap Endro.

Tahun 2009 lalu penghargaan Adipura sudah diraih kota seribu taman ini dengan nilai 76,69 dari ketentuan nilai minimal adipura 73 (passing grade) . Dari evaluasi penilaian tersebut terdapat peningkatan nilai secara signifikan pada beberapa titik pantau seperti sekolah dan puskesmas. Sementara titik pantau yang belum memenuhi standar adalah pasar dan saluran terbuka (sanitasi). Empat lokasi pasar yang jadi titik pantau antara lain pasar baru, pasar Gotong Royong, pasar Mangunharjo dan pasar Ketapang.

"Titik pantau itu yang benar-benar harus diperhatikan. Kami sudah berupaya mengubah wajah, tetapi jika tidak didukung peran serta atau kesadaran dari masyarakat ya percuma. Setidaknya persiapan menjelang penilaian sudah kami siapkan sejak sekarang karena penilaian tahap awal (P1) kira-kira awal November mendatang," jelas Endro. Sementara penghargaan dihelat antara bulan Mei atau Juni 2010. Sebelum tim penilaian turun maka BLH dan seluruh instansi harus mulai bersiap. Mereka punya target untuk baik peringkat. Tahun 2009 Kota Probolinggo berada di peringkat 7 kategori kota sedang. Di tahun 2010 mendatang Endro menargetkan kota ini jadi peringkat 3 pada kategori yang sama.

Untuk mencapai nilai yang lebih tinggi diperlukan konsentrasi lebih pada nilai-nilai titik pantau yang jauh dari standar. Soal pasar dan sanitasi, BLH bakal berkoordinasi dengan instansi terkait. Agar pada Adipura selanjutnya nilai titik pantau tersebut minimal bisa masuk ke passing grade. Satu lagi yang perlu diperhatikan adalah penghijauan di kawasan perumahan. Penilaian Adipura tahun 2010 bakal ditambah titik pantau. Yakni IPAL komunal atau instalasi pengelolaan limbah di tingkat kawasan. BLH juga tengah melakukan studi kelayakan bagaimana agar limbah yang berada di suatu kawasan tidak menjadi polusi. Lokasi studi kelayakan itu di Mayangan, Mangunharjo, dan Sukabumi. "Untuk awalnya kami membuat dua dulu. Pengerjaannya kami kerjasama dengan ITS. Sekarang konsultan sedang membuat. Soal anggaran sudah kami siapkan," tegasnya. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Strategi Untuk Menciptakan Kesinambungan Produksi Dan Pemanfaatan Pupuk

I. TINJAUAN UMUM KONDISI DAERAH

A. KONDISI UMUM
Kota Probolinggo merupakan salah satu kota di wilayah bagian utara Propinsi Jawa Timur. Terletak diantara jalur jalan Surabaya / Malang – Banyuwangi/Jember/Lumajang. Secara astronomis daerah ini terletak di antara 7º43’41” sampai 7º49’04” Lintang Selatan dan 6º21’31” sampai 6º25’49” Bujur Timur dengan batas wilayah:
a. Sebelah Utara: Selat Madura.
b. Sebelah Timur: Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo.
c. Sebelah Selatan: Kecamatan Leces, Wonomerto, Bantaran, dan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.
d. Sebelah Barat: Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.

Secara administrasi Kota Probolinggo dibagi menjadi 5 Kecamatan dan 29 Kelurahan. Kecamatan dimaksud adalah: Kecamatan Mayangan, Kademangan, Wonoasih, Kanigaran dan Kedopok. Wilayah Kota Probolinggo terletak pada Ketinggian 0 sampai kurang dari 50 meter diatas permukaan air laut. Semakin ke wilayah selatan, ketinggian terhadap permukaan air laut semakin bertambah. Namun demikian seluruh wilayah Kota Probolinggo relatif berlereng (0–2%). Hal ini mengakibatkan masalah erosi tanah dan genangan air cenderung terjadi di daerah ini.

Pada tahun 2008 jumlah penduduk Kota Probolinggo sebesar 200.000 jiwa, sedangkan luas wilayah Kota Probolinggo adalah 56,67 per Km2, sehingga tingkat kepadatan penduduknya sebesar 283 jiwa / Km2. Ditinjau dari segi sosial budaya, masyarakat Probolinggo telah mengalami perkembangan dari pola budaya yang agraris (petani dan nelayan) menjadi masyarakat yang urbanis. Sedangkan dari spektrum kesukuan, komposisi sosial masyarakat Probolinggo secara keseluruhan didominasi oleh suku jawa dan madura sehingga corak adat istiadat yang berkembang merupakan perpaduan diantara kedua budaya tersebut.

B. LUAS LAHAN PERTANIAN
Penggunaan lahan di wilayah Probolinggo pada 2008 di dominasi oleh kawasan sawah dengan luas 3.261.962,5 Ha (62,47 %), kemudian disusul dengan perumahan atau perkampungan dengan luas 1.360.037,5 (20,47%), Kebun campuran dengan luas 606.125 Ha (10,70 %) , jasa dengan luas 96.700 Ha (1,71%), industri dengan luas 143,80 Ha (0,77 %), dan perdagangan dengan luas 27.500 Ha (0,48%). Berdasarkan data tersebut karakteristik daerah Kota Probolinggo masih bersifat daerah pertanian sehingga sangat berpotensi untuk mengembangkan bidang pertanian.

C. KEBUTUHAN PUPUK
Dominasi lahan pertanian menuntut kebutuhan pupuk yang tinggi dalam pengelolaan pertanian. Selama ini kebutuhan pupuk di Kota Probolinggo dicukupi dengan pupuk kimia. Berdasarkan catatan data statistik kebutuhan pupuk untuk kegiatan pertanian di Kota probolinggo tahun 2008 sebanyak 2.953 ton. Kondisi di lapangan kebutuhan pupuk masih mengalami kekurangan bahkan pada musim tanam pernah terjadi kelangkaan pupuk.

D. KEBUTUHAN PUPUK ORGANIK
Pupuk organik merupakan alternatif untuk digunakan dalam pengelolaan pertanian mengingat pupuk organik memiliki kemampuan untuk mengembalikan kesuburan tanah bila dibandingkan dengan pupuk kimia. Kebutuhan pupuk organik di Kota Probolinggo pada dasarnya cukup tinggi, namun minat petani untuk menggunakan pupuk organik sangat rendah. Kebutuhan pupuk organik masih terbatas digunakan di kalangan pecinta bunga dan pembibitan. Kebutuhan terhadap pupuk organik oleh petani perlu diciptakan melalui sosialisasi untuk menggunakan pupuk organik melalui demplot dan percontohan aplikasi pupuk organik sehingga petani berminat untuk memanfaatkan pupuk organik berupa kompos untuk kegiatan pertanian. Berdasarkan luas wilayah pertanian maka dibutuhkan pupuk organik sebanyak 11.812 ton.

II. KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR TRADISIONAL

A. REVITALISASI PASAR TRADISIONAL
Keberadaan Pasar tradisional memiliki peran penting dalam perekonomian masyarakat Kota Probolinggo di antara tumbuhnya pasar-pasar modern. Jumlah pasar tradisional di kota Probolinggo sebanyak 9 buah yaitu :
1. Pasar Baru
2. Pasar Gotong Royong
3. Pasar Kronong
4. Pasar Mangunharjo
5. Pasar Ketapang
6. Pasar Wonoasih
7. Pasar Wiroborang
8. Pasar Randupangger
9. Pasar Kademangan

Pasar tradisional identik dengan kondisi yang kumuh, tidak teratur, sanitasi buruk dan manajemen yang kurang profesional. Walaupun demikian pasar tradisional tetap menjadi penunjang perekonomian masyarakat. Hal ini disebabkan karena karakteristik pasar tradisional adalah dapat berinteraksinya penjual dan pembeli dan terjadi tawar menawar barang antara penjual dan pembeli sehingga terjadi kedekatan emosial dan personal diantara keduanya. Kondisi ini melestarikan budaya masyarakat yang guyub, rukun dan saling memberikan perhatian. Oleh karena itu Pemerintah Kota Probolinggo tetap memberikan perhatian yang besar terhadap keberadaan pasar tradisional. Peningkatan pasar tradisional dilakukan melalui program revitalisasi pasar diantaranya adalah melakukan kegiatan :
1. Perbaikan sarana dan prasarana pasar tradisional berupa : perbaikan los pasar, perbaikan sarana sanitasi, pengelolaan sampah, penyediaan sarana parkir dan penyediaan pos pelayanan pengaduan masyarakat.
2. Peningkatan daya saing pelaku pasar tradisional berupa : standarisasi barang dagangan, pemberian kredit usaha, peningkatan sdm pelaku pasar dan peningkatan aksesibilitas dagang.
3. Pemberdayaan pelaku pasar berupa : peningakatn kualitas barang dagangan, fasilitasi pembentukan paguyuban pedagang pasar, pelayanan pengaduan dan pemberian layanan informasi barang.
4. Manajemen pasar tradisional secara modern berupa : peningkatan sdm aparatur, redesain pasar, pengorganisasian barang, pemberian reward dan punisment serta penegakan peraturan.

B. PEMANFAATAN SAMPAH PASAR
Sampah pasar tradisional terdiri dari berbagai bahan organik dan non organik. Berdasarkan komposisisnya jumlah sampah organik tidak kurang dari 70 % bila dibandingkan dengan sampah non organik, sehingga bahan organik sampah tersebut sangat potensial untuk diolah menjadi kompos. Pasar tradisonal akan menyediakan bahan baku kompos secara terus menerus dan ini menjadi prasyarat penyediaan bahan baku bagi kegiatan industri khususnya industri pupuk organik.

Pengolahan sampah organik menjadi kompos dimulai dengan kegiatan memilah sampah antara organik dan non organik. Pelibatan pelaku pasar dalam melakukan pemilahan dan pengumpulan sampah sangat diperlukan sehingga sarana pewadahan yang terpisah antara sampah organik dan non organik perlu disediakan oleh pemerintah. Kegiatan pendampingan pelaku pasar untuk melakukan kegiatan pemilahan dan pengumpulan sampah perlu terus dilakukan sehingga tercipta sistem pemilahan dan pengumpulan sampah yang didukung oleh pelaku pasar. Dengan demikian proses pengolahan sampah pasar tradisional menjadi kompos akan semakin cepat seiring dengan meningkatnya permintaan produk pertanian organik.

III. STRATEGI DAN PRIORITAS PROGRAM PENGOLAHAN SAMPAH

A. TAHUN 2009
Strategi dan prioritas program pengolahan sampah tahun 2009 diarahkan pada optimalisasi pengolahan sampah pasar baru dengan memanfaatkan bangunan rumah kompos yang telah difasilitasi oleh Yayasan Damon Peduli. Kualitas produksi kompos ditingkatkan melalui deversifikasi produksi kompos menjadi NPK organik granular sehingga memudahkan petani dalam pemanfaatannya. Selain itu produksi pupuk cair sebagai produk sampingan pengolahan sampah organik yang berkualitas tinggi. Sasaran pengolahan sampah diarahkan pada pasar baru mengingat lokasi mengolahan sampah lebih dekat sehingga memudahkan transportasi. Upaya optimalisasi pengolahan sampah pasar baru tersebut ditunjang dengan peningkatan SDM pengelola melalui pelatihan teknis maupun manajemen disamping peningkatan sarana dan prasarana pendukung pengolahan sampah.

B. SETELAH TAHUN 2009
Pasca tahun 2009 program pengolahan sampah pasar baru direncanakan direplikasi di berbagai pasar tradisional di Kota Probolinggo. Untuk tahun pertama direncanakan dibangun 3 unit tahun kedua 3 unit dan tahun ketiga 2 unit. Dengan demikian akhir tahun 2012 semua sampah pasar tradisional di Kota Probolinggo telah dilakukan pengolahan sebagai unit produksi kompos yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik.

IV. PELUANG DAN HAMBATAN

A. PELUANG
Peluang pemanfaatan sampah organik menjadi kompos adalah :
1. Sampah pasar tradisional sebagai bahan baku produksi tersedia secara terus menerus sepanjang waktu.
2. Kebutuhan pupuk organik sebagai upaya mengembalikan kesuburan tanah akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.
3. Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap produk-produk pertanian organik yang sehat dan aman.
4. Kemitraan dengan swasta.

Peluang pemanfaatan sampah pasar disiasati melalui upaya penyadaran kepada masyarakat secara keseluruhan dan membangun minat untuk melakukan pengolahan sampah. Hal ini dilakukan melalui sosialisasi dan pelatihan teknis kepada masyarakat serta integrasi program-program yang dilakukan dinas teknis terkait seperti kesehatan, pekerjaan umum, pertanian, lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat. Kemitraan dengan swasta merupakan hal penting untuk menjaga keberlanjutan kegiatan baik kemitraan secara langsung dengan pengguna pupuk organik/pekaku (kelompok tani, perkebunan) maupun kemitraan dalam hal pemasaran produksi.

B. HAMBATAN
Hambatan yang dihadapai dalam upaya pemanfaatan sampah pasar menjadi kompos diantaranya adalah :
1. Kondisi sampah pasar masih bercampur antara bahan organik dan bahan non organik.
2. Terbatasnya sarana dan prasarana pengolahan sampah.
3. Terbatasnya dana operasional pengolahan sampah.
4. Penggunaan pupuk organik belum diminati petani.
5. Belum terciptanya jaringan pemasaran produk kompos.
6. Rendahnya minat masyarakat untuk melakukan pengolahan sampah.

Berbagai hambatan yang dihadapi terus diupayakan untuk disikapi dan diberikan solusi melalui:
1. Peningkatan peran serta masyarakat pelaku pasar untuk memilah dan mengumpulkan sampah pasar dengan menyediakan sarana dan prasarana pengolahan sampah.
2. Pengadaan sarana dan prasarana pengolahan sampah secara bertahap sesuai dengan kemampuan pendanaan.
3. Sosialisasi melalui demplot penggunaan pupuk organik hasil pengolahan sampah pasar untuk berbagai jenis tanaman.
4. Membangun jaringan pemasaran pupuk organik dengan pihak pemasaran pupuk organik. 5. Mencipgtakan iklim yang kondusif untuk menarik swasta maupun masyarakat untuk berinvestasi di bidang pengolahan sampah.

V. STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLAAN KOMPOS

A. PEMBINA : Walikota Probolinggo
B. PENGAWAS : Bawasda, Yayasan Danamon Peduli
C. PENGURUS : Bappeda, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan dan Yayasan Danamon Peduli
D. BENTUK ORGANISASI : Bentuk Organisasi pengelolaan sampah menjadi kompos dilaksanakan UPT Pengolahan Sampah dan Limbah yang merupakan bagian dari Badan Lingkungan Hidup yang bertugas melakukan pengolahan sampah.
E. SUMBER SAMPAH YANG DIOLAH : Tahun 2009 Sumber sampah yang diolah adalah sampah pasar baru Kota Probolinggo dan secara bertahap sesuai dengan perencanaan pengelolaan sampah pasar di seluruh Kota Probolinggo.
F. AREA DISTRIBUSI DAN PEMASARAN : Wilayah Kota Probolinggo dan sekitarnya meliputi Kabupaten Probolinggo, Lumajang dan Pasuruan.
G. ESTIMASI JUMLAH KARYAWAN : Jumlah karyawan yang dibuthkan dalam pengolahan sampah pasar menjadi kompos diperkirakan pata Tahun 2009 sebanyak 5 orang, Tahun 2010 sebaynyak 15 orang dan tahun 2011 sebanyak 15 orang dan tahun 2012 sebanyak 10 orang. H. SUMBER KEUANGAN : Sumber keuangan pengolahan sampah pasar berasal dari APBD Kota Probolinggo, Hasil penjualan kompos dan yayasan Danamon Peduli.

VI. RENCANA DISTRIBUSI DAN PEMASARAN

A. DEMPLOT
Sebagai upaya untuk memperkenalkan pupuk organik hasil pengolahan sampah pasar direncanakan membuat demplot aplikasi pupuk organik untuk tanaman bawang merah, jagung dan padi. Demplot diiringi dengan kegiatan sosialisasi kepada petani dan promosi melalui berbagai media baik surat kabar maupun elektronik. Demplot direncanakan dengan memanfaatkan lahan sawah/pertanian milik pemerintah Kota Probolinggo yang tersebar di wilayah Kota Probolinggo. Promosi dan sosialisasi juga dilakukan secara langsung kepada kelompok-kelompok tani oleh tenaga penyeuluh pertanian.

B. PENJUALAN LANGSUNG
Penjualan langsung disediakan di lokasi pengomposan selain didistribusikan kepada kios-kios pertanian yang ada di Kota Probolinggo. Selain itu juga dilakukan pendekatan kepada stand-stand bunga yang menyediakan pupuk organik untuk kegiatan penanaman bunga. Penjualan langsung di lokasi pengomposan sampah pasar dimaksudkan agar konsumen mengetahui secara langsung proses pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan sampah pasar.

C. PEMANFAATAN OLEH DINAS
Program tamanisasi kota yang dilaksanakan pemerintah Kota Probolinggo membutuhkan pupuk organik yang cukup besar sehingga produksi kompos pengolahan sampah organik pasar dapat diserap pasar. Kegiatan penghijauan kota melalui gerakan penanaman pohon juga membutuhkan pupuk organik. Kegiatan penghijauan terus dilakukan sehingga kebutuhan pupuk organik meningkat setiap tahun. Instansi pemerintah yang membutuhkan pupuk organik diantaranya adalah Badan Lingkungan hidup untuk program Tamanisasi, penghijauan, Dinas pertanian dan Dinas Perikanan untuk kegiatan tambak.

D. KEMITRAAN DENGAN SWASTA
Untuk meningkatkan pemasaran pupuk organik diperlukan kerjasama kemitraan dengan pihak swasta yang bergerak di bidang pupuk. Kerjasama dimaksudkan untuk meningkatkan kulitas pupuk organik dengan menambahkan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman seperti unsur N, P dan K. Penambahan unsur dimaksudkan agar pupuk organik dapat bereaksi dengan cepat terhadap pertumbuhan tanaman sehingga pemanfatannya tidak berbeda dengan penggunaan pupuk kimia. Upaya ini dilakukan untuk menarik minat petani agar menggunakan pupuk organik.

E. SISTEM PEMBAYARAN DAN ADMINISTRASI
Pada tahap awal sistem pembayaran dilakukan dengan sistem bayar setelah panen, yaitu petani membayar pupuk organik setelah panen. Hal ini dilakukan mengingat masih rendahnya minat petani menggunakan pupuk organik. Pemanfaatan oleh konsumen langsung ke lokasi pengomposan dilakukan secara tunai. Pembayaran untuk pemanfaatan pupuk organik oleh institusi pemerintah dilakukan sesuai dengan jadwal realisasi anggaran oleh masing-masing instansi. Sedangkan pembayaran penjualan melalui stand-stand dilakukan setelah pupuk organik laku dijual.

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN
1. Upaya pengolahan sampah pasar menjadi kompos merupakan pemanfaatan peluang menjadikan nilai ekonomis terhadap materi yang tidak dimanfaatkan sebelumnya.
2. Pemerintah Kota Probolinggo berkomitmen untuk melakukan pengolahan sampah menjadi kompos sebagai bagian dari upaya penanggulangan pencemarang dan menjaga kelestarian lingkungan.
3. Berbagai hambatan dan kendala yang ada dalam pengolahan sampah menjadikan tantangan untuk dihadapi dan diberikan solusi secara tepat.
4. Upaya pelibatan masyarakat dalam penolahan sampah harus terus dilakukan seiring dengan penyediaan sarana dan prasarana pengolahan sampah.

B. REKOMENDASI
1. Upaya mengolah sampah pasar menjadi kompos perlu mendapat dukungan berbagai pihak baik eksekutif, legislatif maupun masyarakat sebagai pelaku ekonomi.
2. Upaya pemanfaatan kompos untuk kegiatan pertanian oleh petani perlu didukung oleh Departemen Pertanian secara khusus.
3. Keberadaan pelaku-pelaku ekonomi (dunia perbankan) sangat diperlukan untuk memberikan dukungan terhadap upaya penanggulangan pencemarang khsusnya pengolahan sampah sebagai bentuk CSR. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

5000 Mangrove Untuk Perairan Utara Probolinggo

Kesadaran global terhadap pentingnya menjaga kelestarian alam menjadi isu penting yang banyak diperbincangkan dan menjadi acuan dalam melaksanakan banyak kegiatan. Dalam konteks ini, Probolinggo merupakan daerah yang memiliki garis pantai yang cukup panjang dengan vegetasi mangrove yang membentuk hutan mangrove disepanjang bibir pantai sebelah utara kota ini. Menurut hasil survey LSM ECOTON (Arisandi 2008), hutan mangrove di sepanjang Pantai Utara Jawa Timur diambang kepunahan. Terancamnya keberadaan mangrove dikarenakan desakan kepentingan pengembangan kawasan industri, pemukiman dan budidaya perikanan air payau.

Berkaca pada kondisi tersebut, PT Bussan Auto Finance (BAF) Cabang Probolinggo tergerak untuk turut serta melakukan kegiatan konservasi mangrove terutama di wilayah pesisir utara pantai Probolinggo. Aksi yang dilakukan adalah penanaman 5000 bibit mangrove pada tanggal 29 Mei 2009 oleh seluruh karyawan, keluarga dan staff BAF Cabang Probolinggo didukung sepenuhnya oleh Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Probolinggo, kekompok-kelompok tani, pelajar, serta jajaran staf dan pegawai di Pemerintah Kota Probolinggo.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari aksi ini adalah :
  • Memulihkan kondisi hutan mangrove karena memiliki fungsi ekologi dalam bentuk suplai bahan organik ke perairan pantai yang dapat meningkatkan kesuburan perairan, sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung dari abrasi, penahan lumpur dan perangkap sedimen.
  • Kawasan hutan mangrove bisa dikembangkan sebagai kawasan wisata (Ecotourism) dan juga bisa meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar kawasan mangrove.
  • Dari segi pendidikan, kawasan hutan mangrove tersebut dapat digunakan sebagai kawasan penelitian dan pengembangan melalui pendidikan lingkungan.

Sebagai bentuk apresiasi terhadap acara ini, Bapak Walikota H. Mochammad Buchori, SH.M.Si, beserta jajaran MUSPIDA Kota Probolinggo berkenan menghadiri sekaligus membuka acara yang ditandai dengan penyerahan bibit bakau secara simbolis dan penyematan rompi CSR yang di wakili oleh Bapak Jeremia Eka Leksana (National Manager Marketing) selaku wakil dari BAF Pusat, kepada Bapak Walikota, Wakil Walikota dan Ketua DPRD Kota Probolinggo. Dari kegiatan yang sederhana ini diharapkan mampu menginspirasi dan membangun kesadaran komunitas yang lebih luas lagi agar tergugah untuk peduli dan mengambil langkah-langkah nyata guna menyelamatkan hutan bakau yang masih tersisa. (Team CSR BAF Probolinggo). Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Kota Probolinggo Menjadi Yang Keenam

Kota Probolinggo menjadi yang keenam dari peluncuran unit pengolahan sampah organik terpadu pasar tradisional. Sementara, lima kota sebelumnya yang menjadi rangkaian dari kegiatan Yayasan Danamon Peduli bertajuk Pasarku Bersih Sehat Sejahtera adalah Bantul, Sragen, Wonosobo, Pacitan, dan Grobogan. Unit kompos ini diserahterimakan Ketua Umum Yayasan Danamon Peduli Risa Bhinekawati kepada Wali Kota Probolinggo HM Buchori disaksikan Pimpinan Danamon Simpan Pinjam wilayah Jawa Timur Bagian Timur dan Selatan Andi Joeffen serta Muspida lingkungan Kota Probolinggo,pada Senin (16/3).

Sebagian besar lahan (sekitar 62,47 persen) di Kota Probolinggo, merupakan lahan pertanian. Dominasi lahan pertanian ini menuntut ketersediaan pupuk yang tinggi untuk pengelolaan pertanian. Berdasarkan data statistik, kebutuhan pupuk untuk kegiatan pertanian di Kota Probolinggo pada 2008 mencapai 2.953 ton. Jika seluruh petani di Kota Probolinggo menggunakan pupuk organik dan berdasarkan lahan pertanian yang ada, akan dibutuhkan pupuk organik sebanyak 11.812 ton. Sementara itu, sumber sampah yang diolah unit pengolahan kompos tersebut berasal dari tempat pembuangan sampah (TPS) Ungup-Ungup. Di tempat itu, kebanyakan sampah yang dibuang asalnya dari Pasar Baru Kota Probolinggo.

Lebih lanjut, sebesar 70 persen dari total sampah di situ merupakan sampah organik. Sehingga, bahan baku yang dipergunakan untuk memproduksi kompos merupakan bahan baku yang berkualitas. Unit pengolahan kompos di Kota Probolinggo, selanjutnya, telah mampu mengkonversi 600 kg - 1,5 ton sampah menjadi 180 - 450 kg pupuk organik. Selain itu, kini produk kompos telah didiversifikasi menjadi 3 jenis yaitu tabur, granul, dan pelet sehingga memudahkan petani dalam pemanfaatannya.

Pada 2009 program ini direplikasi oleh 26 kabupaten/kota seluruh Indonesia, termasuk Kota Probolinggo, yaitu Tapanuli Selatan, Pekanbaru, Payakumbuh, Tanjung Balai, Jakarta Pusat, Bogor, Bekasi, Banjarnegara, Jepara, Kendal, Klaten, Magelang, Pemalang, Purbalingga, Rembang, Temanggung, Kota Probolinggo, Kab Probolinggo, Semarang, Barru, Gowa, Palopo, Pinrang, Sidrap, Soppeng, dan Bitung.. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Yayasan Danamon Peduli Luncurkan Unit Pengolahan Sampah Ungup-Ungup

Probolinggo – 16 Maret 2009. Pada hari ini, Yayasan Danamon Peduli dan Pemerintah Kota Probolinggo meluncurkan unit pengolahan sampah pasar menjadi pupuk organik berkualitas tinggi di TPS Ungup-Ungup, Probolinggo. Unit pengolahan kompos ini merupakan unit keenam yang diresmikan setelah Bantul, Sragen, Wonosobo, Bogor dan Grobogan. Unit kompos di Probolinggo ini diserahterimakan oleh Ketua Umum Yayasan Danamon Peduli, Risa Bhinekawati kepada Walikota Probolinggo, HM. Buchori, SH, MSi. Acara peresmian dan serah terima dihadiri oleh Pimpinan Danamon Simpan Pinjam wilayah Jawa Timur Bagian Timur dan Selatan, Andi Joeffen serta Muspida lingkungan Kotamadya Probolinggo.

Risa menyatakan bahwa program kompos ini merupakan bagian dari program utama yang dijalankan oleh Yayasan Danamon Peduli yaitu “Pasarku Bersih Sehat Sejahtera” yang bertujuan merevitalisasi pasar tradisional. Program ini selain dapat meningkatkan kondisi kebersihan dan kesehatan di lingkungan pasar tradisional secara sistematis, juga dapat membantu masyarakat membangun ketahanan pangan nasional berbasiskan pertanian organik. Sejalan dengan pernyataan Risa Bhinekawati, Pimpinan Danamon Simpan Pinjam Jawa Timur bagian Timur dan Selatan, Andi Joeffen dalam pidatonya mengemukakan harapannya bahwa program ini dapat menjadi titik awal bagi bangkitnya pasar tradisional dan ketahanan pangan berbasiskan pertanian organik di Kota Probolinggo khususnya, dan di seluruh tanah air.

Kepedulian Danamon terhadap komunitas pasar tradisional tidak terlepas dari keberadaan 800 dari lebih 1.000 cabang Bank Danamon di seluruh Indonesia berada di pasar-pasar tradisional. Oleh sebab itu, eksistensi pasar tradisional erat hubungannya dengan eksistensi Danamon. Sebagian besar lahan (62,47%) di Kota Probolinggo, merupakan lahan pertanian. Dominasi lahan pertanian ini menuntut ketersediaan pupuk yang tinggi untuk pengelolaan pertanian. Berdasarkan data statistik, kebutuhan pupuk untuk kegiatan pertanian di Kota Probolinggo pada tahun 2008 mencapai 2.953 ton. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Probolinggo, Ir. Budi Krisyanto, M.Si menyampaikan bahwa jika seluruh petani di Kota Probolinggo menggunakan pupuk organik dan berdasarkan lahan pertanian yang ada, maka akan dibutuhkan pupuk organik sebanyak 11.812 ton.

Sumber sampah yang diolah unit pengolahan kompos TPS Ungup-Ungup adalah sampah Pasar Baru Kota Probolinggo, dimana sebesar 70 % dari total sampah merupakan sampah organik. Sehingga, bahan baku yang dipergunakan untuk memproduksi kompos merupakan bahan baku yang berkualitas. Unit pengolahan kompos di Kota Probolinggo, telah mampu mengkonversi 600 kg - 1½ ton sampah menjadi 180 - 450 kg pupuk organik. Selain itu saat ini produk kompos telah didiversifikasi menjadi 3 jenis yaitu tabur, granul dan pelet sehingga memudahkan petani dalam pemanfaatannya. Pada 2 Maret 2009, telah dilakukan uji laboratorium terhadap produk unit pengolahan kompos Probolinggo di Laboratorium Bioteknologi, Bogor dan hasilnya kandungan yang ada didalam kompos telah memenuhi standar (Standar Nasional Indonesia) SNI.

Dengan demikian, fasilitas pengolahan pupuk organik di Probolinggo ini tentu dapat membantu pemerintah Kota Probolinggo mengembangkan pertanian organik di Kota Probolinggo dan sekitarnya. Pemerintah Kota Probolinggo mengajukan permintaan kepada Danamon Peduli untuk membangun fasilitas ini pada bulan Oktober, 2008 dan pembangunan fasilitas rumah unit kompos ini diselesaikan pada bulan November 2008. Proses program ini dapat berjalan lancar berkat komitmen yang tinggi dan kerjasama yang baik dari pihak pemerintah Kota Probolinggo. Total donasi yang diberikan oleh Yayasan Danamon Peduli kepada Pemerintah Kota Probolinggo untuk program ini mencapai Rp.104.400.700,00,-. Bentuk donasi mencakup pembangunan rumah kompos, penyediaan mesin kompos, pelatihan, serta biaya operasional selama satu bulan pertama.

Di tahun 2008 program ini telah berjalan di Bantul, Sragen, Wonosobo, Pacitan dan Grobogan. Pada tahun 2009 program ini direplikasi oleh 26 kabupaten/kotamadya seluruh Indonesia, termasuk Kota Probolinggo, yaitu Tapanuli Selatan, Pekanbaru, Payakumbuh, Tanjung Balai, Jakarta Pusat, Bogor, Bekasi, Banjarnegara, Jepara, Kendal, Klaten, Magelang, Pemalang, Purbalingga, Rembang, Temanggung, Kota Probolinggo, Kab Probolinggo, Semarang, Barru, Gowa, Palopo, Pinrang, Sidrap, Soppeng, dan Bitung. Secara keseluruhan, setiap harinya program ini, yang akan berjalan di 31 kabupaten/kota seluruh Indonesia, berpotensi mengkonversi 60-120 ton sampah menjadi 24-48 ton pupuk organik.

Di tengah kemelut langkanya pupuk kimia di pasaran dan maraknya persoalan lahan kritis di Indonesia, program ini tentu akan menumbuhkan harapan bagi para petani di Indonesia. Selain harganya terjangkau, pupuk organik juga akan menyehatkan kembali kondisi lahan pertanian di Indonesia. Sesungguhnya, jika kita ingin kembali pada pertanian organik, bahan baku pupuk organik tersedia dalam jumlah yang melimpah disekitar kita, diantaranya yang berasal dari pasar-pasar tradisional. Jika dikelola dengan baik, limbah organik dapat memecahkan masalah kelangkaan pupuk.

Adapun tujuan strategis dan indikator keberhasilan yang hendak dicapai dari program ini adalah :
Program ini akan berhasil dan berkesinambungan, yang diukur dari:
  • Terjadinya reduksi sampah yang dibuang ke TPA
  • Tercapainya titik impas pada pengelolaan unit kompos
  • Pemasaran sudah menjangkau masyarakat umum dan Pemda
  • Adanya rencana replikasi di pasar atau komunitas secara swadaya atau APBD

Produk Kompos yang dihasilkan memberikan nilai tambah bagi pengguna, diukur dari:
  • Hasil analisa laboratorium sudah memenuhi standar nasional industri (SNI)
  • Pemda sudah memiliki Demplot yang menggunakan kompos sampah pasar untuk memotivasi dan membantu perubahan
  • perilaku petani ke arah pertanian organik.

Proses produksi dan manajemen unit pengelolaan kompos berjalan secara efisien dan profesional, diukur dari:
  • Pemisahaan sampah sudah dilakukan dari tingkat pedagang.
  • Kerusakan mesin/hambatan lain dapat diatasi sehingga tidak mengganggu produksi
  • Pencatatan produksi dan pemasaran dilakukan secara rutin setiap hari.
  • Laporan bulanan sudah dikirimkan secara teratur kepada Yayasan Danamon Peduli dan Pimpinan Daerah.
  • Komunikasi dengan Yayasan Danamon Peduli sudah dilakukan melalui email.

Komitmen Pemerintah Daerah yang tinggi, SDM yang tangguh dan proses pembelajaran berkelanjutan, yang tolok ukurnya adalah:
  • Program ini sudah masuk rencana strategis Pemda, sehingga pembelian pupuk maupun replikasi program sudah dianggarkan di APBD.
  • Penanggungjawab program maupun operator di lapangan mempunyai kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalankan program ini secara berhasil dan berkesinambungan.
  • Pembelajaran atau cerita keberhasilan yang ingin disebarluaskan kepada kabupaten/kota lainnya.


Mengenai Danamon Peduli:
Danamon Peduli memulai kegiatannya pada tahun 2001. Sejak tahun 2004 lebih memusatkan perhatiannya pada program yang dipelopori oleh komunitas (community-driven development) dan proyek-proyek berkelanjutan yang menekankan partisipasi relawan. Di tahun 2007 Danamon Peduli melakukan 1.135 kegiatan yang dilakukan oleh lebih dari 11.000 relawan serta menyentuh kehidupan lebih dari 550.000 orang penerima manfaat.
Yayasan Danamon Peduli mendukung pembangunan berkelanjutan, berbasis kebutuhan komunitas dan melibatkan relawan. Misi tersebut diwujudkan dengan memperbaiki tingkat kesehatan, kebersihan, dan kehidupan masyarakat melalui program-program yang memiliki dampak yang luas. Selain itu Yayasan Danamon Peduli juga mengulurkan bantuan untuk memulihkan kehidupan korban bencana alam.
Yayasan Danamon Peduli resmi dibentuk oleh PT Bank Danamon Indonesia Tbk dan PT Adira Dinamika Multifinance Tbk 17 Februari 2006.
Yayasan Danamon Peduli juga menerima penghargaan Metro TV MDGs Recognition Awards 2008 untuk kategori Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan, satu penghargaan yang diselenggarakan oleh United Nations Millennium Campaign Indonesia dan Metro TV.

Mengenai Danamon:
PT Bank Danamon Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1958 dan pada tanggal 31 Desember 2008 menjalankan 1.400 kantor cabang, termasuk unit Danamon Simpan Pinjam (DPS) dan unit Syariah, termasuk cabang-cabang Adira Finance. Danamon memberikan kepada nasabahnya akses ke lebih dari 14.000 ATM, termasuk melalui kerjasama dengan ATM Bersama dan ALTO di 33 provinsi di Indonesia dan didukung oleh lebih dari 40.000 karyawan (termasuk anak perusahaan).
Danamon adalah penerbit tunggal dan pihak yang mengakuisisi kartu kredit American Expressâ di Indonesia berdasarkan perjanjian pengoperasian independen yang memungkinkan Danamon menerbitkan kartu kredit American Expressâ pada nasabah individual dan korporasi. Danamon juga adalah penanggung jawab tunggal untuk memberikan layanan kepada mitra bisnis lokal yang menerima pembayaran dengan kartu kredit American Expressâ dan untuk menerima mitra bisnis baru di Indonesia.
PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira) adalah anak perusahaan Danamon yang bergerak di bidang pembiayaan kendaraan bermotor yang menjalankan jaringan cabang yang luas di lebih dari 110 kota di Indonesia.
Pada tanggal 31 Desember 2008, Danamon dimiliki sebesar 67,9% oleh Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd. dan sebesar 32,1% oleh publik (dengan besar kepemilikan saham di bawah 5%).
Danamon terpilih sebagai Bank Terbaik di Indonesia Tahun 2008 oleh Global Finance dan menempati peringkat atas berdasarkan survei majalah InfoBank tahun 2008 terhadap 125 bank di Indonesia. Danamon memperoleh penghargaan Bank Domestik Terbaik di Indonesia Tahun 2008 oleh majalah The Asset, dan dinobatkan sebagai Perusahaan Terbaik di Indonesia Tahun 2008 untuk Tata Kelola Perusahaan oleh majalah yang sama yang didasarkan pada standar tata kelola perusahaan internasional, termasuk White Paper on Corporate Governance in Asia yang dibuat oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Juga di tahun 2008, majalah Investor memberikan penghargaan Bank Syariah Terbaik 2008 kepada Danamon, dalam kategori Bisnis Unit Syariah Terbaik dengan aset lebih dari Rp.500 miliar, yang diberikan kepada bank dengan unit bisnis syariah terbaik di Indonesia tahun 2008.
Melalui Yayasan Danamon Peduli, Danamon telah memenangkan Millenium Development Goals (MDGs) Award 2008 dalam kategori Pengentasan Kemiskinan dan Kelaparan. Penghargaan ini diberikan oleh United Nations Development Program (UNDP) dan Metro TV yang diberikan pada penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) terbaik dalam pengentasan kemiskinan dan kelaparan dalam satu tahun terakhir.. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Rumah Kompos Kota Probolinggo Resmi Beroperasi

Rumah Kompos yang berada di Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo resmi beraperasi, Senin (16/3). Rumah kompos senilai Rp 100 juta tersebut setiap harinya diperkirakan mengolah 500 hingga 700 sampah pasar di kota Probolinggo untuk dijadikan kompos. Ahmad Riyono, Kepala UPT Pengolahan Limbah dan Sampah, Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo mengatakan, keberadaan unit pengolahan sampah pasar ini setidaknya akan mengurangi jumlah sampah yang dikirimkan ke TPA Kota Probolinggo di Kecamatan Mayangan. Produksi sampah di Kota Probolinggo setiap harinya kurang lebih lima ton. Dua ton diantaranya adalah sampah pasar.

Dalam uji coba pada Februari lalu, kata dia, pihaknya telah mengolah delapan ton sampah pasar dan 12 ton sampah pokmas (kelompok masyarakat). Dari jumlah tersebut, pihaknya telah menghasilkan 9,5 ton kompos. “Kompos ini rencananya akan didistribusikan ke kios bunga serta untuk kebutuhan DKLH,” katanya. Proses composting ini, lanjut dia, ada beberapa tahap. Setiap sampah pasar yang masuk akan dipilah menjadi dua yakni organik dan non organik. Untuk sampah organik akan diolah menjadi kompos. Sedangkan untuk yang nonorganik, akan didaur ulang. “Sedangkan untuk sampah pokmas, sudah terpilah sendiri. Tinggal diolah menjadi kompos atau didaur ulang saja,” katanya. Kompos itu sendiri, kata dia, baru bisa digunakan setelah tiga minggu.

Keberadaan unit pengolah sampah pasar ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Kota Probolinggo dengan Yayasan Danamon Peduli. Beberapa peralatan yang ada di dalam unit poengolahan limbah pasar tersebut anatara lain, mesin pencacah, mesin pengayak, mesin jahit karung serta mesin press plastik. Unit pengolah sampah ini melengkapi unit pengolah sampah lain di TPA Mayangan. Hanya, jika dibandingkan dengan unit composting di TPA Mayangan, unit composting di Kanigaran ini lebih kecil. Di TPA Mayangan, setiap harinya jumlah sampah yang diolah kurang lebih dua hingga tiga ton. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...
Informal Meeting Forum (IMF)
Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB)
Forum Jaringan Manajemen Sampah (FORJAMANSA)
Paguyuban Eco Pesantren
Paguyuban Kader Lingkungan (PAKERLING)
Paguyuban Putri Lingkungan (PUTLING)
Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah (POKMAS)
Paguyuban Peduli Sampah (PAPESA)
Penyandang Cacat Peduli Lingkungan Kota Probolinggo (PECEL KOPROL)
Komunitas Pelestari Keanekaragaman Hayati (KOMTARI KEHATI)
Paguyuban Penarik Gerobak Sampah Cekatan Riang Inovatif Amanah (PGS CERIA)
Paguyuban Abang Becak Peduli Lingkungan (ABPL)

Pencarian Artikel

Jumlah Kunjungan

About Me

My photo
By the middle of 2005, the management of environment in Probolinggo city was implemented by 2 (two) units which were subdivision for public cleaning services and parks of Public Works Agency of Probolinggo City and the Office of Environment of Probolinggo City. But in August 2005, considering to the aspects of effectiveness in administration, coordination, budget management dan program operations, then those two units were merged into 1 (one) new governmental institution namely the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City. Then, in accordance to the institutional restructure of central and regional government, on July 1st 2008, the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City was changed into the Environment Agency (BLH) of Probolinggo City.