BLH Kota Probolinggo    "SI JUPPE"   S emangat,  I novatif,  J u jur,  P rofesional,  P e duli

Realisasikan Green Map Dan RTH Baru

Bertempat di Hall Matahari Hotel Ratna Kota Probolinggo, Rabu (30/5) lalu, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Probolinggo menggelar sosialisasi dan kampanye publik “Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) serta Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Green Map Kota Probolinggo 2012”.

“P2KH adalah salah satu langkah nyata Pemerintah Pusat bersama Pemprov, termasuk (pemerintah, red.) kabupaten/kota guna memenuhi ketetapan UUPR 26/2007, utamanya terkait RTH (Ruang Terbuka Hijau, red.) Publik sekaligus menjawab tantangan perubahan iklim di Indonesia,” jawab Ketua Tim Swakelola Program Pengembangan Kota Hijau Yoyok Imam kepada Suara Kota.

Menurutnya, pengembangan kota hijau bukan berarti hanya kotanya saja yang harus hijau termasuk manusianya juga. Program ini dapat diartikan sebagai pembangunan manusia di daerah perkotaan yang penuh inisiatf dalam melakukan perubahan lingkungan.

Dalam mewujudkan Kota Hijau terdapat 8 atribut yang harus dipenuhi, yaitu: Green Planning and Green Design, Green Open Space, Green Community, Green Water, Green Waste, Green Energy, Green Building dan Green Transportation.

“Dari 8 atribut tersebut, Green Commnunity merupakan atribut yang krusial. Karena keterlibatan dan rasa memiliki masyarakat, yang utamanya dijaring melalui forum-forum atau komunitas, akan menjadi motor penggerak utama gerakan hijau di kawasan perkotaan serta menjamin keberlanjutan program Kota Hijau di masa yang akan datang,” ungkap pria berkaca mata ini.

Lebih lanjut Yoyok Imam menyinggung bahwa terbentuknya Green Commnunity tidaklah mudah, terlebih bila kesadaran masyarakatnya masih kurang. “Terutama untuk menyadarkan masyarakat akan manfaat RTH. Secara general, masih banyak masyarakat yang menyalahgunakan keberadaan RTH. Bahkan dialihfungsikan sebagai pemukiman, tempat pembuangan sampah dll,” keluh Imam.

Hanya 13 daerah di Jatim, termasuk Kota Probolinggo, yang mendapat kehormatan, ditunjuk oleh Pemerintah Pusat dalam pengembangan program P2KH. Dan prestasi ini tentunya tak terlepas dari komitmen bersama antara Walikota Probolinggo HM. Buchori dan Dirjen Pekerjaan Umum di bidang lingkungan hidup awal tahun ini.

“Jadi boleh dibilang bahwa P2KH merupakan kegiatan yang difasilitasi oleh Kementrian Pekerjaan Umum. Dan dalam P2KH ini, ada beberapa output yang harus dicapai. Salah satunya adalah terbentuknya RTH baru,” tegas Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda Kota Probolinggo ini.

RTH yang tahun ini akan segera diwujudkan oleh Bappeda adalah RTH Marasmis. RTH yang terletak di Jl. Maramis (sebelah timur SMAN 4 Probolinggo).

Tak hanya soal komitmen dan pengelolaan RTH, acara yang dihadiri oleh sekitar 50 orang, yang terdiri dari Tim Swakelola (satker), green community (masyarakat peduli lingkungan), forum masyarakat peduli tata ruang dan paguyuban kader lingkungan, juga kembali menggagas soal terbentuknya Green Map (Peta Hijau) Kota Probolinggo.

Diketahui, Peta Hijau adalah sebuah sisem pembuatan peta yang menampilkan sumber daya lingkungan (Green Open Space – RTH) dan budaya yang telah dilakukan di banyak negara. Peta hijau merupakan peta lingkungan yang dilengkapi dengan tanda-tanda (ikon) untuk membantu pemakainya mengenali lingkungan dengan ikon alam, sosial dan budaya yang ada di salah satu daerah (kawasan).

“Beda dengan peta konvensional pada umumnya, peta hijau adalah peta yang digagas oleh komunitas hijau. Oleh Green Community. Jadi bukan dari tenaga ahli atau peta keluaran pemerintah daerah,” jelasnya. Berbeda lagi dengan peta teknis, peta hijau itu sifatnya gaul. Peta yang disertai dengan tanda-tanda dan ikon-ikon khusus. Anak kecil yang belum sekolah dan belum mengenal baca tulis pun bisa membaca peta hijau tersebut.

Hasil green map ini, merupakan informasi penting bagi masyarakat Kota Probolinggo, dan juga masyarakat intenasional, tentang keberadaan potensi-potensi yang dimiliki oleh Kota Probolinggo. “Sebab kita tahu bersama bahwa green map adalah program jejaring internasional di bidang lingkungan hidup,” pungkasnya. Sumber Berita

No comments:

Post a Comment

Informal Meeting Forum (IMF)
Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB)
Forum Jaringan Manajemen Sampah (FORJAMANSA)
Paguyuban Eco Pesantren
Paguyuban Kader Lingkungan (PAKERLING)
Paguyuban Putri Lingkungan (PUTLING)
Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah (POKMAS)
Paguyuban Peduli Sampah (PAPESA)
Penyandang Cacat Peduli Lingkungan Kota Probolinggo (PECEL KOPROL)
Komunitas Pelestari Keanekaragaman Hayati (KOMTARI KEHATI)
Paguyuban Penarik Gerobak Sampah Cekatan Riang Inovatif Amanah (PGS CERIA)
Paguyuban Abang Becak Peduli Lingkungan (ABPL)

Pencarian Artikel

Jumlah Kunjungan

About Me

My photo
By the middle of 2005, the management of environment in Probolinggo city was implemented by 2 (two) units which were subdivision for public cleaning services and parks of Public Works Agency of Probolinggo City and the Office of Environment of Probolinggo City. But in August 2005, considering to the aspects of effectiveness in administration, coordination, budget management dan program operations, then those two units were merged into 1 (one) new governmental institution namely the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City. Then, in accordance to the institutional restructure of central and regional government, on July 1st 2008, the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City was changed into the Environment Agency (BLH) of Probolinggo City.