BLH Kota Probolinggo    "SI JUPPE"   S emangat,  I novatif,  J u jur,  P rofesional,  P e duli

Pertemuan Puncak Sanitasi se-Indonesia Digelar di Probolinggo

Sebanyak 67 kota dan kabupaten yang tergabung dalam Asosiasi Kota dan Kabupaten Peduli Sanitasi Indonesia (Akkopsi) menggelar Pertemuan Puncak Sanitasi se-Indonesia ke-31 (City Sanitation summit) di Kota Probolinggo, Jawa Timur, Senin. Ketua Umum Akkopsi, R. Bambang Proyanto, mengatakan, Pertemuan Puncak Sanitasi se-Indonesia yang juga sekaligus rakernas ke-33 itu membahas tata lingkungan serta kesehatan kota dan kabupaten, khususnya sampah dan limbah yang dihasilkan dari masyarakat. "Kondisi sanitasi lingkungan di berbagai kota dan kabupaten di Indonesia bervariatif. Banyak kota dan kabupaten yang kondisi kesehatan dan tata lingkungannya masih jelek, sehingga jika musim kemarau sering terjadi wabah muntaber, karena banyak warga yang masih menggunakan sungai sebagai jamban," katanya.

Untuk itu, Askkopsi mulai tahun 2011 hingga tahun 2012 bertekad untuk menciptakan kota dan kabupaten yang bersih lingkungannya, yakni dengan cara menggunakan kembali, mendaur ulang, serta mengolah kembali limbah. Para peserta Pertemuan Puncak Sanitasi juga melakukan kunjungan lapangan terhadap sanitasi lingkungan percontohan di Kota Probolinggo, di antaranya Taman Pemrosesan Sampah (TPS) Bestari Mayangan, Pokmas Mangunharjo Mayangan, serta Ponpes Albadriyan Kanigaran.

Koordinaror Paguyuban Peduli Sampah Kota Probolinggo, Sukiman mengatakan, pronsip pengelolaan sampah di Kota Probolingg adalah menahan sampah jangan sampai menimbulkan musibah. Namun, sebaliknya juga sampah bisa dikelola dengan baik, sehingga bisa mendatangkan berkah bagi masyarakat. Ia menjelaskan pengelolaan limbah dimulai dari rumah tangga, sehingga para ibu dididik untuk memilah limbah dari rumah tangga masing-masing.

Limbah organik dikirim ke Taman Pemrosen Sampah (TPS) dengan sistem bagi hasil, yakni 70 persen dikembalikan ke masyarakat dan 30 persen untuk pengelola TPS. Begitu pula limbah plastik. Untuk limbah plastik yang masih baik dimanfaatkan ulang dengan cara diproduksi menjadi tas, topi, tempat tisu, maupun peralatan lainnya. Sukiman mengakui, produk-produk limbah masih mengalami kesulitan dalam pemasarannya, namun dengan cara memproduksi ulang, maupun memproses menjadi pupuk sudah dapat mengatasi sampah sehingga tidak menjadi masalah.

Ia menjelaskan, limbah organik diproses di Taman Pemrosesan Sampah (TPS) Bestari Mayangan. Unit pemroses sampah yang berasal dari masyarakat serta sekolah itu secara bertahap ditimbuni sampah dan dipisahkan limbah lindinya, kemudian diproses dengan bakteri sehingga air yang dibuang sudah aman. Sementara sisa limbah padatnya bisa digunakan sebagai bahan pupuk kompos, sedangkan lahan bekas timbunan sampahnya bisa dijadikan taman hutan kota. Sampah yang diproses di TPS tersebut merupakan limbah organik.

Limbah plastik itu dipilah sesuai kondisinya. Limbah plastik yang masih baik digunakan lagi dengan dijadikan sebagai produk baru seperti tas, topi, atau tempat tisu. Kegiatan ini dilakukan oleh Pokmas di lingkungan permukiman masing-masing. Untuk limbah plastik yang sudah jelek diproses daur ulang, seperti yang dilakukan oleh Ponpes Albadriyan Curahgrinting, Kanigaran yang mampu memroses limbah plastik sekitar 3 ton per hari. Sumber Berita

No comments:

Post a Comment

Informal Meeting Forum (IMF)
Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB)
Forum Jaringan Manajemen Sampah (FORJAMANSA)
Paguyuban Eco Pesantren
Paguyuban Kader Lingkungan (PAKERLING)
Paguyuban Putri Lingkungan (PUTLING)
Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah (POKMAS)
Paguyuban Peduli Sampah (PAPESA)
Penyandang Cacat Peduli Lingkungan Kota Probolinggo (PECEL KOPROL)
Komunitas Pelestari Keanekaragaman Hayati (KOMTARI KEHATI)
Paguyuban Penarik Gerobak Sampah Cekatan Riang Inovatif Amanah (PGS CERIA)
Paguyuban Abang Becak Peduli Lingkungan (ABPL)

Pencarian Artikel

Jumlah Kunjungan

About Me

My photo
By the middle of 2005, the management of environment in Probolinggo city was implemented by 2 (two) units which were subdivision for public cleaning services and parks of Public Works Agency of Probolinggo City and the Office of Environment of Probolinggo City. But in August 2005, considering to the aspects of effectiveness in administration, coordination, budget management dan program operations, then those two units were merged into 1 (one) new governmental institution namely the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City. Then, in accordance to the institutional restructure of central and regional government, on July 1st 2008, the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City was changed into the Environment Agency (BLH) of Probolinggo City.