BLH Kota Probolinggo    "SI JUPPE"   S emangat,  I novatif,  J u jur,  P rofesional,  P e duli

Tujuh Tahun, Tanam 300 Ribu Pohon, Sabet Banyak Penghargaan

Berbagai program soal lingkungan hidup dan komitmen antara pemerintah dan masyarakat berhasil mendorong Kota Probolinggo menyabet banyak penghargaan dan menjadi percontohan daerah di Indonesia. Lima tahun berturut-turut kota ini mendapat penghargaan bergengsi di bidang lingkungan yaitu Adupura. Mendukung penghargaan tersebut, salah satu big program yang masih terus digalakkan sampai detik ini adalah penanaman pohon. Selama tujuh tahun terakhir sebanyak 304.983 pohon telah ditanam di 90,04 hektar lahan. “Penanaman pohon menjadi salah satu kegiatan yang kami lakukan di setiap ada moment. Menanam pohon bisa meminimalisir dampak kerusakan lingkungan. Selain itu mudah, tidak perlu banyak biasa dan bisa dilakukan siapa saja,” terang Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Imanto.

Tahun 2011 ini Kota Probolinggo mborong penghargaan di bidang lingkungan yaitu Adipura, Adiwiyata mulai jenjang pendidikan SD, SMP, SMA dan SMK, penghargaan Walikota Probolinggo sebagai Pembina Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi Jawa Timur, penghargaan peringkat 2 penyusunan status lingkungan hidup daerah (SHLD) Provinsi Jawa Timur. Tidak berhenti disitu, seorang warga kota Mukhlis juga memperoleh penghargaan kategori perintis lingkungan (Kalpataru) peringkat 3, penghargaan juara I lomba cipta lagu mars Adiwiyata kepada SMAN 4 dan penghargaan Jawa Pos Otonomi Award bidang pengelolaan lingkungan hidup.

Imanto membeberkan, penghargaan-penghargaan tersebut diperoleh karena Kota Probolinggo memang layak memperolehnya. Terbukti dari program penghijauan, kebersihan serta pelestarian lingkungan berhasil dilaksanakan. Bercerita tentang penghargaan SHLD yang diperoleh, dalam SHLD itu berisi dokumen membahas tentang langkah-langkah pemkot untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup. “Salah satu hal yang kami bahas di SHLD adalah bagaimana pembangunan yang dilakukan tidak berdampak ke lingkungan. Karena pembangunan memang berpotensi merusak lingkungan tetapi bagaimana caranya supaya kerusakan itu bisa diminimalisir,” imbuh Kabid KSDA (Konservasi Sumber Daya Alam) Yoyok Imam.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan yang diraih karena pelibatan pemerintah dengan masyarakat, dunia usaha dan dunia pendidikan. Kota Probolinggo pun punya lembaga masyarakat dalam pengelolaan lingkungan antara lain Dewan PErtimbangan Berkelanjutan (DPB), Forum Jaringan Manajemen Sampah (Forjamansa), Paguyuban Putri Lingkungan, Paguyuban Peduli Sampah (Papesa), Paguyuban Kader Lingkungan (Pakerling), Paguyuban Abang Becak, Eco Pesantren dan Sekolah Adiwiyata.

Meski sudah banyak meraih penghargaan dan punya program, bukan berarti BLH tidak bergerak melakukan inovasi. Tahun 2011-2012 ini pemkot bakal berupaya memperkuat kegiatan lingkungan hidup dengan cara menandatangani MoU (memorandum of understanding) dan action bersama dua lembaga luar negeri. Pertama, dengan GIZ (Gesellshcaft for Internasionale Zusammenarbeit) Jerman. Bersama GIZ MoU telah digelar pada 13 Desember 2010, tahun ini ditindaklanjuti dengan action workshop mendukung kegiatan yang sebenarnya sudah dilaksanakan oleh pemkot. “Bekerjasama dengan GIZ ini lebih diperkuat lagi upaya kita. Kegiatannya terkait penanggulangan dampak perubahan iklim,” ucap Yoyok.

Keuntungan yang didapat pemkot bekerjasama dengan GIZ, setidaknya lembaga tersebut bisa menjadi fasilitator agar pemkot mendapat dana untuk kegiatan lingkungannya baik donator dari dalam atau luar negeri. Bahkan kabarnya, susunan draft anggaran perubahan iklim untuk Kota Probolinggo bakal dibesarkan oleh pemerintah pusat melalui DAK (dana alokasi khusus).

Selain GIZ, pemkot juga bekerjasama dengan CEI (Caretakers of the Environment Internasional) Indonesia. Output kerjasama ini pendidikan dan pelatihan hutan mangrove di Kota Probolinggo melibatkan guru yang peduli terhadap lingkungan. “Insyaallah bulan depan akan kami bahas (tindaklanjut kerjasama dengan CEI),” tegas Yoyok. Pasalnya, CEI hanya melirik beberapa daerah untuk potensi mangrove-nya yaitu Kota Probolinggo dan Bali. Sumber Berita

No comments:

Post a Comment

Informal Meeting Forum (IMF)
Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB)
Forum Jaringan Manajemen Sampah (FORJAMANSA)
Paguyuban Eco Pesantren
Paguyuban Kader Lingkungan (PAKERLING)
Paguyuban Putri Lingkungan (PUTLING)
Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah (POKMAS)
Paguyuban Peduli Sampah (PAPESA)
Penyandang Cacat Peduli Lingkungan Kota Probolinggo (PECEL KOPROL)
Komunitas Pelestari Keanekaragaman Hayati (KOMTARI KEHATI)
Paguyuban Penarik Gerobak Sampah Cekatan Riang Inovatif Amanah (PGS CERIA)
Paguyuban Abang Becak Peduli Lingkungan (ABPL)

Pencarian Artikel

Jumlah Kunjungan

About Me

My photo
By the middle of 2005, the management of environment in Probolinggo city was implemented by 2 (two) units which were subdivision for public cleaning services and parks of Public Works Agency of Probolinggo City and the Office of Environment of Probolinggo City. But in August 2005, considering to the aspects of effectiveness in administration, coordination, budget management dan program operations, then those two units were merged into 1 (one) new governmental institution namely the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City. Then, in accordance to the institutional restructure of central and regional government, on July 1st 2008, the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City was changed into the Environment Agency (BLH) of Probolinggo City.