BLH Kota Probolinggo    "SI JUPPE"   S emangat,  I novatif,  J u jur,  P rofesional,  P e duli

Pakar Unesco Jadi Pembicara Workshop Mangrove

Menindaklanjuti kegiatan Lokakarya Program Pendidikan dan Pelestarian Hutan Mangrove yang dilaksanakan bulan Mei 2011 silam, kali ini (18/8) kembali Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo menggelar Workshop Program Pendidikan dan Pelestarian Hutan Mangrove Kota Probolinggo Tahun 2011. Acara yang digelar selama dua hari ini (dari tanggal 18 – 19 Agustus) mengambil dua tempat, yakni di SMP Katholik “Mater Dei” untuk workshop pendampingan untuk mengunggah (upload) hasil penyusunan modul Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang dihasilkan oleh guru-guru PLH Kota Probolinggo pada website dan di ruang Sabha Bina Praja, Kantor Walikota Probolinggo untuk pelaksanaan diskusi terkait action plan / aksi langsung pelaksanaan Green Map yang telah dihasilkan pada lokakarya Mei silam.

Dipilihnya SMP Katholik “Mater Dei” sebagai tempat di hari pertama pelaksanaan kegiatan workshop pendampingan adalah karena sekolah ini dianggap memiliki perangkat pendukung multimedia yang paling lengkap dan memadai bagi para peserta workshop. “Kami (BLH) memilih SMPK karena sekolah ini kami anggap memiliki perangkat pendukung multimedia yang paling lengkap dan juga memadai bagi seluruh peserta workshop.” Ujar Diah Sayekti, Kepala UPT IPLH yang baru 3 bulan menggantikan posisi Fitriawati untuk mengurusi Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL). Kegiatan yang masih bekerjasama dengan Yayasan Sampoerna School of Education, diikuti oleh 60 guru, baik sekolah dasar, menengah dan menengah atas di Kota Probolinggo, yang pada ksempatan Mei 2011 lalu juga merupakan peserta Lokakarya Program Pendidikan dan Pelestarian Hutan Mangrove.

Stein Matakupan, Eksekutif Secretary sekaligus koordinator CEI di Indonesia, kembali tidak datang sendiri. Kali ini Stein menggandeng Prof. Fumihiko Shinohara, Head the Departement of Educational Studies, Faculty of Education, Tokyo Gakugey University Japan yang merupakan utusan UNESCO, sebuah lembaga PBB yang sangat concern terhadap masalah pendidikan, khususnya masalah pendidikan di negara-negara dunia ketiga, untuk hadir ke Probolinggo dan membagikan pengalamannya seputar dunia mengajar. Dalam pengantarnya, Shinohara sempat menyinggung konsep Thrid Wave (Gelombang Ketiga) milik ilmuwan asal Amerika Serikat, A. Toffler yang mengatakan bahwa di abad ke-21 ini, sumber daya yang terpenting adalah sumber daya manusia.

“Manusia mungkin berpikir bahwasannya uang dan alat-alat yang canggih itu sangat penting dalam kehidupan manusia untuk memenangkan hidupnya. Untuk membuatnya menjadi orang yang “berkuasa”. Tapi itu salah. Di abad ini (abad 21, red.), manusialah sumber daya yang paling penting. Ini bukanlah pendapat saya sendiri. Di tahun 1980, Toffler sudah mengatkannya lewat bukunya Third Wave, bahwasannya masyarakat yang melek terhadap informasi, di samping penguasaannya pada khasanah budaya lokal, akan menjadi sebuah “senjata” baru di abad ini. Dan ini penting untuk dipahami oleh seorang guru.” Ungkap Shinohara panjang lebar di hadapan 60 guru peserta workshop. Materi presentasinya yang berjudul Developing Multimedia for Issues on Sustainable Development and How to Use It in Teaching, Shinohara juga menekankan akan pentingnya THINK GLOBAL, ACT LOCAL. Bahkan secara khusus, kepada Suara Kota, Shinohara menyatakan kebanggaannya mengenai Kota Probolinggo.

“Saya sudah 16 kali datang ke Indonesia dan ini adalah kunjungan pertama kali saya ke Probolinggo. Kemarin saya sudah melihat lokasi hutan mangrovenya. Dan menurut saya, Probolinggo mengagumkam. Di Probolinggo, alam dan manusia hidup bersama. Ini kebalikan dengan apa yang saya saksikan di Jakarta. Jakarta punya wilayah yang besar, biaya besar, konsep mahal tapi sedikit sekali partisipasi masyarakat. Di Probolinggo, meski tanpa wilayah yang besar, biaya yang besar, konsep yang mahal, partisipasi warga masyarakatnya cukup besar. Harmonisasi dari alam dan manusia.” Jelas Shinohara kepada Suara Kota dalam bahasa Inggris ala Jepang-nya yang ia banggakan sebagai khasanah lokal itu.

Di hari kedua pelaksanaan, rupanya pancingan yang diberikan atas kehadiran Shinohara, bak bola salju, mulai menggelinding semakin membesar di antara para peserta diskusi. Tujuan yang semula hanyalah diharapkan pada munculya jejaring guru PLH mangrove Kota Probolinggo yang dapat bekembang menjadi jejaring nasional, atau bahkan internasional, lewat infomasi yang diberikan oleh Shinohara, bahwa bulan Desember 2011 nanti, Jakarta akan menjadi tuan rumah pelaksanaan 15th UNESCO-APEID International Conference, maka diharapkan ada perwakilan guru-guru PLH Kota Probolinggo yang dapat mengikuti konferensi tingkat internasional tersebut.

“Saya mengharapkan ada perwakilan beberapa guru Kota Probolinggo yang mengirimkan paper untuk mengikuti seminar UNESCO di Jakarta.” Harap Imanto, Kepala BLH, dalam sambutannya di hari kedua pelaksanaan, di hadapan peserta diskusi, di gedung Sabha Bina Harja, Kantor Walikota Probolinggo. Tentunya hal ini senada dengan apa yang menjadi harapan dari Sekdakot Johny Haryanto. Di samping ucapan terimakasih dan kebanggaannya terhadap BLH, Johny juga mengingatkan kembali pada tujuan kegiatan workshop, yakni: terbentuknya Pusat Pendidikan Mangrove Kota Probolinggo, munculnya Jejaring Guru Peduli Lingkungan, dan terciptanya Kurikulum Pendidikan Lingkungan.

“Saya bangga dengan upaya yang dilakukan BLH. Ini tentunya mengingatkan kita untuk memperlakukan lingkungan, khususnya hutan mangrove, lebih baik lagi. Terima kasih juga saya sampaikan atas keadiran Prof. Shinohara dan Ibu Stein. Sehinggga kami, istilahnya, tidak perlu jauh-jauh studi banding ke Jepang,” Ungkap Johny. “Tapi perlu saya ingatkan lagi pelunya kita memaknai pertemuan kita di pagi hari ini. Tujuannya apa? Dan apa yang bisa kita dapatkan dari pertemuan ini? Semoga apa yang sudah menjadi tujuan awal kita, yakni terbentuknya Pusat Pendidikan Mangrove Kota Probolinggo, munculnya Jejaring Guru Peduli Lingkungan, dan terciptanya Kurikulum Pendidikan Lingkungan dapat segera terwujud.” Harap Johny dalam sambutannya. Sumber Berita

No comments:

Post a Comment

Informal Meeting Forum (IMF)
Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB)
Forum Jaringan Manajemen Sampah (FORJAMANSA)
Paguyuban Eco Pesantren
Paguyuban Kader Lingkungan (PAKERLING)
Paguyuban Putri Lingkungan (PUTLING)
Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah (POKMAS)
Paguyuban Peduli Sampah (PAPESA)
Penyandang Cacat Peduli Lingkungan Kota Probolinggo (PECEL KOPROL)
Komunitas Pelestari Keanekaragaman Hayati (KOMTARI KEHATI)
Paguyuban Penarik Gerobak Sampah Cekatan Riang Inovatif Amanah (PGS CERIA)
Paguyuban Abang Becak Peduli Lingkungan (ABPL)

Pencarian Artikel

Jumlah Kunjungan

About Me

My photo
By the middle of 2005, the management of environment in Probolinggo city was implemented by 2 (two) units which were subdivision for public cleaning services and parks of Public Works Agency of Probolinggo City and the Office of Environment of Probolinggo City. But in August 2005, considering to the aspects of effectiveness in administration, coordination, budget management dan program operations, then those two units were merged into 1 (one) new governmental institution namely the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City. Then, in accordance to the institutional restructure of central and regional government, on July 1st 2008, the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City was changed into the Environment Agency (BLH) of Probolinggo City.