BLH Kota Probolinggo    "SI JUPPE"   S emangat,  I novatif,  J u jur,  P rofesional,  P e duli

Probolinggo Gelar Rembuk Tukang Becak

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo, Sabtu (03/11/2012) sekitar pukul 9.00 WIB, menggelar Rembug Gawe Tukang Becak. Rembug yang mengusung tema, kujaga, kurawat kotaku Probolinggo (K3 Pro) ini berlangsung di Puri Menggala Bhakti, Kantor Wali Kota.

Ratusan tukang becak mengikuti rembug ini. Mereka dibagi tiga kelompok diskusi yang masing-masing membahas sebuah permasalahan. Kelompok diskusi satu, dengan nama Bayuangga ini, membahas upaya tukang becak untuk menjaga atau merawat taman kota dan memelihara pohon penghijauan.

Sedang kelompok diskusi dua, Bestari, membahas konsep tukang becak menghindari atau mengurangi kebiasaan orang membuang sampah sembarangan. Untuk kelompok terakhir (Tiga) atau Bestari, membicarakan peran tukang becak dalam pencegahan pencemaran air sungai dan mata air.

Pimpinan diskusi, dipilih oleh anggota kelompok dari mereka sendiri, dengan dipandu beberapa petugas dari Badan Lingkungan Hidup. Mereka bebas berdiskusi bersama anggota kelompoknya untuk memecahkan atau mencari jalan keluar topik yang mereka diskusikan.

Seluruh peserta diskusi, diberi secarik kertas dan pulpen) untuk menuliskan berbagai permasalahan yang terjadi di lapangan atau di wilayahnya, sesuai dengan topik yang dibahas di kelompoknya. Mereka juga diberi tugas untuk mencari sumber penyebab, akibat dan upaya menangani permasalahan yang dibahasnya.

Panitia penyelenggara utamanya pemandu, dibikin repot dan harus bekerja ekstra keras. Pihak pemandu harus menerangkan secara detail , agar peserta rapat kerka, benar-benar mengerti. Bahkan petugas lebih banyak menggunakan bahasa pengantar Madura, ketimbang bahasa Indonesia.

Berkali-kali pemandu dan pimpinan diskusi menyuruh peserta diskusi, menulis sumber masalah yang dihadapinya berikut upaya dan akibat yang ditimbulkannya, terkait topik yang sedang dibahasnya. Dari seratusan peserta, hanya sebagian kecil yang mengumpulkan tulisannya. “Sampean saja yang nulis pak. Bukannya saya gak bisa nulis, tapi ruwet mengungkapkan dalam tulisan. Lancaran ngomong langsung,” aku salah satu peserta.

Sang petugas pun menuliskan apa yang diungkapkan peserta diskusi tersebut. Tidak hanya itu, salah satu pemandu, terpaksa memanggil salah seorang temannya yang bisa menggunakan bahasa Madura. Ia kebingungan dengan penjelasan peserta diskusi yang tidak bisa bahasa Indonesia dan menggunakan bahasa madura. Begitu juga sebaliknya, sang peserta sulit atau lama mengerti, jika si pemandu menggunakan bahasa Indonesia.

Kendati agak alot, diskusi yang dimulai pukul 10.30 wib itu, berlangsung suka cita. Pemandu sering terpingkal-pingkal, ketika mendengar jawaban dari peserfta diskusi. Mereka terkadang menjawab sekenanya, bahkan melenceng dari pertanyaan pimpinan dan pemandu diskusi. Bahkan penyampaiannya membuat orang yang melihat dan mendengarnya, tertawa.

Seperti yang terjadi di kelompok tiga, ada salah satu peserta yang menulis penyebab pencemaran air sungai, karena tukang becak membuang air besar dan sering kencing di sungai. Bahkan di kelompok yang sama ada salah satu peserta yang menulis sekenanya. Seperti contonya, Kalau dibuwang ke sugai Hairya buntu. Bahkan ada yang menulis bersih menjadi berse (Bahasa Madura).

Acara diskusi tersebut, ditutup sekitar pukul 13.00 wib. Kendati sudah bubar, para tukang becak tidak lantas pulang. Mereka diajak keliling kota,. Untuk melihat taman di sepanjang jalan ruas kota. Mereka praktek langsung memungut sampah yang berserakan di jalan dan mereka juga diajari merawat taman dan tanaman pinggir jalan.

Kepala BLH, Budi Kristanto, menjelaskan acara rembug ini, merupakan tindak lanjut dari kongres tukang becak sebelumnya. Jika kongres tukang becak sebelumnya membahas masalah pariwisata, perhubungan, koperasi dan ketenagakerjaaan dan lingkungan, rapat kerja tukang becak kali ini bahasannya lebih khusus. Yakni ruang lingkup pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup.

Diharapkan, dengan rapat kerja seperti ini, tukang becak berperan aktif ikut menjaga dan merawat lingkungan kota. Karenanya, sebagai langkah awal, kepala BLH memberi gratis bak sampah ukuran kecil kepada tukang becak yang ditaruh di becaknya. “Agar penumpang becak tidak membuang sampah di jalanan. Tukang becaknya harus mengingatkan kalau penumpangnya membuang sampah sembarangan, pungkas Budi Kristanto. Sumber Berita

No comments:

Post a Comment

Informal Meeting Forum (IMF)
Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB)
Forum Jaringan Manajemen Sampah (FORJAMANSA)
Paguyuban Eco Pesantren
Paguyuban Kader Lingkungan (PAKERLING)
Paguyuban Putri Lingkungan (PUTLING)
Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah (POKMAS)
Paguyuban Peduli Sampah (PAPESA)
Penyandang Cacat Peduli Lingkungan Kota Probolinggo (PECEL KOPROL)
Komunitas Pelestari Keanekaragaman Hayati (KOMTARI KEHATI)
Paguyuban Penarik Gerobak Sampah Cekatan Riang Inovatif Amanah (PGS CERIA)
Paguyuban Abang Becak Peduli Lingkungan (ABPL)

Pencarian Artikel

Jumlah Kunjungan

About Me

My photo
By the middle of 2005, the management of environment in Probolinggo city was implemented by 2 (two) units which were subdivision for public cleaning services and parks of Public Works Agency of Probolinggo City and the Office of Environment of Probolinggo City. But in August 2005, considering to the aspects of effectiveness in administration, coordination, budget management dan program operations, then those two units were merged into 1 (one) new governmental institution namely the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City. Then, in accordance to the institutional restructure of central and regional government, on July 1st 2008, the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City was changed into the Environment Agency (BLH) of Probolinggo City.