Probolinggo – 16 Maret 2009. Pada hari ini, Yayasan Danamon Peduli dan Pemerintah Kota Probolinggo meluncurkan unit pengolahan sampah pasar menjadi pupuk organik berkualitas tinggi di TPS Ungup-Ungup, Probolinggo. Unit pengolahan kompos ini merupakan unit keenam yang diresmikan setelah Bantul, Sragen, Wonosobo, Bogor dan Grobogan. Unit kompos di Probolinggo ini diserahterimakan oleh Ketua Umum Yayasan Danamon Peduli, Risa Bhinekawati kepada Walikota Probolinggo, HM. Buchori, SH, MSi. Acara peresmian dan serah terima dihadiri oleh Pimpinan Danamon Simpan Pinjam wilayah Jawa Timur Bagian Timur dan Selatan, Andi Joeffen serta Muspida lingkungan Kotamadya Probolinggo.
Risa menyatakan bahwa program kompos ini merupakan bagian dari program utama yang dijalankan oleh Yayasan Danamon Peduli yaitu “Pasarku Bersih Sehat Sejahtera” yang bertujuan merevitalisasi pasar tradisional. Program ini selain dapat meningkatkan kondisi kebersihan dan kesehatan di lingkungan pasar tradisional secara sistematis, juga dapat membantu masyarakat membangun ketahanan pangan nasional berbasiskan pertanian organik. Sejalan dengan pernyataan Risa Bhinekawati, Pimpinan Danamon Simpan Pinjam Jawa Timur bagian Timur dan Selatan, Andi Joeffen dalam pidatonya mengemukakan harapannya bahwa program ini dapat menjadi titik awal bagi bangkitnya pasar tradisional dan ketahanan pangan berbasiskan pertanian organik di Kota Probolinggo khususnya, dan di seluruh tanah air.
Kepedulian Danamon terhadap komunitas pasar tradisional tidak terlepas dari keberadaan 800 dari lebih 1.000 cabang Bank Danamon di seluruh Indonesia berada di pasar-pasar tradisional. Oleh sebab itu, eksistensi pasar tradisional erat hubungannya dengan eksistensi Danamon. Sebagian besar lahan (62,47%) di Kota Probolinggo, merupakan lahan pertanian. Dominasi lahan pertanian ini menuntut ketersediaan pupuk yang tinggi untuk pengelolaan pertanian. Berdasarkan data statistik, kebutuhan pupuk untuk kegiatan pertanian di Kota Probolinggo pada tahun 2008 mencapai 2.953 ton. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Probolinggo, Ir. Budi Krisyanto, M.Si menyampaikan bahwa jika seluruh petani di Kota Probolinggo menggunakan pupuk organik dan berdasarkan lahan pertanian yang ada, maka akan dibutuhkan pupuk organik sebanyak 11.812 ton.
Sumber sampah yang diolah unit pengolahan kompos TPS Ungup-Ungup adalah sampah Pasar Baru Kota Probolinggo, dimana sebesar 70 % dari total sampah merupakan sampah organik. Sehingga, bahan baku yang dipergunakan untuk memproduksi kompos merupakan bahan baku yang berkualitas. Unit pengolahan kompos di Kota Probolinggo, telah mampu mengkonversi 600 kg - 1½ ton sampah menjadi 180 - 450 kg pupuk organik. Selain itu saat ini produk kompos telah didiversifikasi menjadi 3 jenis yaitu tabur, granul dan pelet sehingga memudahkan petani dalam pemanfaatannya. Pada 2 Maret 2009, telah dilakukan uji laboratorium terhadap produk unit pengolahan kompos Probolinggo di Laboratorium Bioteknologi, Bogor dan hasilnya kandungan yang ada didalam kompos telah memenuhi standar (Standar Nasional Indonesia) SNI.
Dengan demikian, fasilitas pengolahan pupuk organik di Probolinggo ini tentu dapat membantu pemerintah Kota Probolinggo mengembangkan pertanian organik di Kota Probolinggo dan sekitarnya. Pemerintah Kota Probolinggo mengajukan permintaan kepada Danamon Peduli untuk membangun fasilitas ini pada bulan Oktober, 2008 dan pembangunan fasilitas rumah unit kompos ini diselesaikan pada bulan November 2008. Proses program ini dapat berjalan lancar berkat komitmen yang tinggi dan kerjasama yang baik dari pihak pemerintah Kota Probolinggo. Total donasi yang diberikan oleh Yayasan Danamon Peduli kepada Pemerintah Kota Probolinggo untuk program ini mencapai Rp.104.400.700,00,-. Bentuk donasi mencakup pembangunan rumah kompos, penyediaan mesin kompos, pelatihan, serta biaya operasional selama satu bulan pertama.
Di tahun 2008 program ini telah berjalan di Bantul, Sragen, Wonosobo, Pacitan dan Grobogan. Pada tahun 2009 program ini direplikasi oleh 26 kabupaten/kotamadya seluruh Indonesia, termasuk Kota Probolinggo, yaitu Tapanuli Selatan, Pekanbaru, Payakumbuh, Tanjung Balai, Jakarta Pusat, Bogor, Bekasi, Banjarnegara, Jepara, Kendal, Klaten, Magelang, Pemalang, Purbalingga, Rembang, Temanggung, Kota Probolinggo, Kab Probolinggo, Semarang, Barru, Gowa, Palopo, Pinrang, Sidrap, Soppeng, dan Bitung. Secara keseluruhan, setiap harinya program ini, yang akan berjalan di 31 kabupaten/kota seluruh Indonesia, berpotensi mengkonversi 60-120 ton sampah menjadi 24-48 ton pupuk organik.
Di tengah kemelut langkanya pupuk kimia di pasaran dan maraknya persoalan lahan kritis di Indonesia, program ini tentu akan menumbuhkan harapan bagi para petani di Indonesia. Selain harganya terjangkau, pupuk organik juga akan menyehatkan kembali kondisi lahan pertanian di Indonesia. Sesungguhnya, jika kita ingin kembali pada pertanian organik, bahan baku pupuk organik tersedia dalam jumlah yang melimpah disekitar kita, diantaranya yang berasal dari pasar-pasar tradisional. Jika dikelola dengan baik, limbah organik dapat memecahkan masalah kelangkaan pupuk.
Adapun tujuan strategis dan indikator keberhasilan yang hendak dicapai dari program ini adalah :
Program ini akan berhasil dan berkesinambungan, yang diukur dari:
- Terjadinya reduksi sampah yang dibuang ke TPA
- Tercapainya titik impas pada pengelolaan unit kompos
- Pemasaran sudah menjangkau masyarakat umum dan Pemda
- Adanya rencana replikasi di pasar atau komunitas secara swadaya atau APBD
- Hasil analisa laboratorium sudah memenuhi standar nasional industri (SNI)
- Pemda sudah memiliki Demplot yang menggunakan kompos sampah pasar untuk memotivasi dan membantu perubahan
- perilaku petani ke arah pertanian organik.
- Pemisahaan sampah sudah dilakukan dari tingkat pedagang.
- Kerusakan mesin/hambatan lain dapat diatasi sehingga tidak mengganggu produksi
- Pencatatan produksi dan pemasaran dilakukan secara rutin setiap hari.
- Laporan bulanan sudah dikirimkan secara teratur kepada Yayasan Danamon Peduli dan Pimpinan Daerah.
- Komunikasi dengan Yayasan Danamon Peduli sudah dilakukan melalui email.
- Program ini sudah masuk rencana strategis Pemda, sehingga pembelian pupuk maupun replikasi program sudah dianggarkan di APBD.
- Penanggungjawab program maupun operator di lapangan mempunyai kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalankan program ini secara berhasil dan berkesinambungan.
- Pembelajaran atau cerita keberhasilan yang ingin disebarluaskan kepada kabupaten/kota lainnya.
No comments:
Post a Comment