Kota Probolinggo menjadi yang keenam dari peluncuran unit pengolahan sampah organik terpadu pasar tradisional. Sementara, lima kota sebelumnya yang menjadi rangkaian dari kegiatan Yayasan Danamon Peduli bertajuk Pasarku Bersih Sehat Sejahtera adalah Bantul, Sragen, Wonosobo, Pacitan, dan Grobogan. Unit kompos ini diserahterimakan Ketua Umum Yayasan Danamon Peduli Risa Bhinekawati kepada Wali Kota Probolinggo HM Buchori disaksikan Pimpinan Danamon Simpan Pinjam wilayah Jawa Timur Bagian Timur dan Selatan Andi Joeffen serta Muspida lingkungan Kota Probolinggo,pada Senin (16/3).
Sebagian besar lahan (sekitar 62,47 persen) di Kota Probolinggo, merupakan lahan pertanian. Dominasi lahan pertanian ini menuntut ketersediaan pupuk yang tinggi untuk pengelolaan pertanian. Berdasarkan data statistik, kebutuhan pupuk untuk kegiatan pertanian di Kota Probolinggo pada 2008 mencapai 2.953 ton. Jika seluruh petani di Kota Probolinggo menggunakan pupuk organik dan berdasarkan lahan pertanian yang ada, akan dibutuhkan pupuk organik sebanyak 11.812 ton. Sementara itu, sumber sampah yang diolah unit pengolahan kompos tersebut berasal dari tempat pembuangan sampah (TPS) Ungup-Ungup. Di tempat itu, kebanyakan sampah yang dibuang asalnya dari Pasar Baru Kota Probolinggo.
Lebih lanjut, sebesar 70 persen dari total sampah di situ merupakan sampah organik. Sehingga, bahan baku yang dipergunakan untuk memproduksi kompos merupakan bahan baku yang berkualitas. Unit pengolahan kompos di Kota Probolinggo, selanjutnya, telah mampu mengkonversi 600 kg - 1,5 ton sampah menjadi 180 - 450 kg pupuk organik. Selain itu, kini produk kompos telah didiversifikasi menjadi 3 jenis yaitu tabur, granul, dan pelet sehingga memudahkan petani dalam pemanfaatannya.
Pada 2009 program ini direplikasi oleh 26 kabupaten/kota seluruh Indonesia, termasuk Kota Probolinggo, yaitu Tapanuli Selatan, Pekanbaru, Payakumbuh, Tanjung Balai, Jakarta Pusat, Bogor, Bekasi, Banjarnegara, Jepara, Kendal, Klaten, Magelang, Pemalang, Purbalingga, Rembang, Temanggung, Kota Probolinggo, Kab Probolinggo, Semarang, Barru, Gowa, Palopo, Pinrang, Sidrap, Soppeng, dan Bitung.. Sumber Berita
Sebagian besar lahan (sekitar 62,47 persen) di Kota Probolinggo, merupakan lahan pertanian. Dominasi lahan pertanian ini menuntut ketersediaan pupuk yang tinggi untuk pengelolaan pertanian. Berdasarkan data statistik, kebutuhan pupuk untuk kegiatan pertanian di Kota Probolinggo pada 2008 mencapai 2.953 ton. Jika seluruh petani di Kota Probolinggo menggunakan pupuk organik dan berdasarkan lahan pertanian yang ada, akan dibutuhkan pupuk organik sebanyak 11.812 ton. Sementara itu, sumber sampah yang diolah unit pengolahan kompos tersebut berasal dari tempat pembuangan sampah (TPS) Ungup-Ungup. Di tempat itu, kebanyakan sampah yang dibuang asalnya dari Pasar Baru Kota Probolinggo.
Lebih lanjut, sebesar 70 persen dari total sampah di situ merupakan sampah organik. Sehingga, bahan baku yang dipergunakan untuk memproduksi kompos merupakan bahan baku yang berkualitas. Unit pengolahan kompos di Kota Probolinggo, selanjutnya, telah mampu mengkonversi 600 kg - 1,5 ton sampah menjadi 180 - 450 kg pupuk organik. Selain itu, kini produk kompos telah didiversifikasi menjadi 3 jenis yaitu tabur, granul, dan pelet sehingga memudahkan petani dalam pemanfaatannya.
Pada 2009 program ini direplikasi oleh 26 kabupaten/kota seluruh Indonesia, termasuk Kota Probolinggo, yaitu Tapanuli Selatan, Pekanbaru, Payakumbuh, Tanjung Balai, Jakarta Pusat, Bogor, Bekasi, Banjarnegara, Jepara, Kendal, Klaten, Magelang, Pemalang, Purbalingga, Rembang, Temanggung, Kota Probolinggo, Kab Probolinggo, Semarang, Barru, Gowa, Palopo, Pinrang, Sidrap, Soppeng, dan Bitung.. Sumber Berita
No comments:
Post a Comment