BLH Kota Probolinggo    "SI JUPPE"   S emangat,  I novatif,  J u jur,  P rofesional,  P e duli

Lomba Mural Tingkat SMP SMA Digelar Di TRA

Masih dalam kemeriahan pelaksanaan even SEMIPRO 2011 yang bertepatan pula dengan peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1432 H, Rabu kemarin (29/6) bertempat di Kolam Renang Bayuangga (eks. TRA), Kompleks Kampung Seni Kota Probolinggo, berlangsung Lomba Lukis Dinding (MURAL) yang digelar oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo. Lomba lukis yang mempertandingkan 25 sekolah tingkat SMP dan SMA di Kota Probolinggo ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan kesadaran kepada para siswa agar turut berpartisipasi dalam upaya-upaya pemulihan lingkungan. “Tujuannya adalah memberikan wawasan dan kesadaran kepada siswa, tingkat SMP/SMA, khususnya yang ada di Kota Probolinggo agar mereka turut ambil bagian, berpartisipasi terhadap upaya-upaya pemulihan lingkungan, utamanya lingkungan yang ada di sekitar mereka. Selain itu tujuannya adalah agar para siswa ini mengenali lingkungan mereka dan juga menumbuhkan bakat kreativitas di bidang melukis.” Ujar Bambang Riyanto, Kabid P3KLH di BLH Kota Probolinggo yang sekaligus juga sebagai Penanggung Jawab kegiatan Lomba Lukis Dinding ini.

Dalam kesempatan ini, setiap sekolah (1 group) diwakili oleh makasimal 5 orang siwa yang lukisannya akan dinilai oleh juri berdasarkan 3 kriteria, yakni: kesekuai lukisan dengan tema, kreativitas dan teknik. Lomba yang dimulai sejak pukul 8.30 WIB tersebut diharapkan mampu memunculkan kader-kader muda lingkungan yang akan menjadi contoh di masyarakat mengenai wujud nyata pelestarian lingkungan hidup. “Kami berharap muncul kader kader muda lingkungan yang dapat menjadi contoh di masyarakat. Menjadi contoh nyata pelesetarian lingkungan hidup di masyarkat.” Lanjut Bambang.

Lomba yang berakhir pukul 14.30 WIB tersebut menobatkan SMAK “Mater Dei” atas nama Agung, Cristian dan Hans sebagai kampiun juara. Berturut-turut juara berikutnya adalah grup dari SMPN 5 Probolinggo, SMA N 1 Tongas sebagai Juara II dan III. Sementara Juara Harapan I kembali diraih oleh SMA K “Mater Dei”, Harapan II dan III diraih oleh SMKN 2 Probolinggo dan SMPN 1 Probolinggo. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Belajar Kinerja Pengelolaan Lingkungan Ke Probolinggo

Senin (27/6/2011), rombongan yang dipimpin kabag Humas Pemkab Wonogiri, Waluyo, menuju tiba di Kantor Pemkot Probolinggo sekitar pukul 08.55 WIB. Rombongan disambut oleh pejabat Kota Probolinggo, seperti Kabag Humas, Gatot Wahyudi, Kepala Bappeda Budi Krisyanto dan Kabag Umum dan mantan Kabag Humas Rey Suwigtyo. Pertemuan di salah satu ruangan selesai pukul 11.00 WIB. Berdasarkan pemantauan Espos, tulisan selamat datang terpampang secara jelas saat bus berisi rombongan Kunker melintas di jalan protokol kota itu. Di sepanjang jalan protokol hingga Kantor Pemkot Probolinggo taman kota tumbuh subur dan bersih. Menurut Gatot, tahun ini ada tambahan lima penghargaan Adiwiyata. Kami membuat program tamanisasi 1.000 lokasi.

Selain taman, Probolinggo juga memaksimalkan pengolahan sampah. Kepala Bappeda Probolinggo, Budi Kristyanto mengatakan, pola pengelolaan sampah menjadi salah satu program yang diminati daerah lain. “TPA, kami ubah menjadi taman pengelolaan akhir bukan tempat pengelolaan akhir. Kami mengubah image kotor menjadi menyenangkan. Untuk itulah, TPA kami justru menjadi wisata sampah.”

Kabid Kebersihan, Badan Lingkungan Hidup, Probolinggo, Abdul Rahman mengatakan pihaknya melibatkan 52 pekerja untuk memilah-milah sampah. “Lokasi TPA memiliki luas 4,5 hektare. Volume sampah per hari mencapai 44 ton. Sampah diolah menjadi biogas yang bisa menerangi lokasi TPA. Saat ini kami akan memperluas lahan TPA namun masih terkendala 30-an KK. Jika program rumah susun (Rusun) selesai, mereka kami pindahkan ke Rusun itu.”

Dalam hal pengolahan sampah, sekilas Espos melihat lokasi hamparan tidak jauh berbeda dengan lokasi TPA di Desa Kerjo Kidul, Kecamatan Ngadirojo. Lahan yang begitu luas dengan bangunan unit pengolah sampah menjadi biogas ataupun kantor. Bedanya, TPA di Probolinggo kondisi sampah hanya terlihat sebagian sedangkan di TPA Ngadirojo sampah terlihat menghampar.

Perbedaan lain, lalat dan bau tercium saat orang datang ke lokasi TPA namun di Probolinggo kondisi itu tidak ada. Menurut Kabag Humas Rey, Suwigtyo, metode yang dipakai adalah metode landfill. Metode ini relatif mudah dilakukan. Hamparan besar dengan lapisan bawah berupa terpal atau plastik itu bisa menampung sampah dalam jumlah besar. Akan tetapi, jika penanganan kurang tepat landfill dapat menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan lingkungan.

Masalah utama yang sering timbul adalah bau dan pencemaran air lindi atau leachate yang dihasilkan. Selain dua hal itu, landfill juga menghasilkan gas metana jika tidak dimanfaatkan akan menyebabkan efek pemanasan global.Air lindi merupakan air dengan konsentrasi kandungan organik yang tinggi yang terbentuk dalam landfill akibat adanya air hujan yang masuk ke dalam landfill. Air lindi merupakan cairan yang sangat berbahaya karena selain kandungan organiknya tinggi, juga dapat mengandung unsur logam (seperti Zn, Hg).

Air lindi memerlukan perlakuan awal, yaitu dengan menghilangkan kandungan inorganik dalam air lindi. Setelah kandungan inorganik dalam air lindi dapat dihilangkan atau dikurangi, kemudian air lindi dapat diolah lebih lanjut untuk menghilangkan kadar kandungan organiknya. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Terpesona Olah Sampah Tak Berbau

Bagian Humas Pemkab Wonogiri bersama sejumlah wartawan yang bertugas di Wonogiri, selama dua hari Minggu (26/6) dan Senin (27/6), melakukan studi banding di Pemkot Probolinggo, Jatim. Rombongan melihat proses pengolahan sampah milik Pemkot. Sampah yang bau busuk, setelah diolah tidak berbau. Berikut catatan Reporter Joglosemar Eko Sudarsono, yang ikut studi banding tersebut. Rombongan studi banding dari Humas Pemkab Wonogiri dipimpin Kabag Humas Waluyo. Saat tiba di Probolinggo, rombongan diterima Kabag Humas dan Protokol Pemkot Probolinggo Gatot Wahyudi, Kepala Bappeda Budi Tris dan Kabag Umum Rey Suwigtio. Gatot Wahyudi saat menyambut menyampaikan ucapan selamat datang kepada rombongan dari Wonogiri. Kemudian, penjelasan lebih lanjut disampaikan Kepala Bappeda Budi Tris. Ia menjelaskan seputar Pemkot Probolinggo dan sistem pengelolaan sampah. Kata dia, pengelolaan sampah telah berlangsung dengan baik. Bahkan, para abang becak yang menukar sampah dengan sembako ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), untuk selanjutnya diolah. “Pemkot Probolinggo terdiri dari lima kecamatan dan 29 kelurahan. Dengan pendapatan asli daerah kurang lebih Rp 60 miliar. Dan anggaran kas daerah sebesar Rp 567 miliar. Dengan jumlah penduduk 217.000 jiwa,” terangnya.

Sampah Ditukar Sembako
Kata dia, penanggulangan kemiskinan, pengangguran, pendidikan dan reformasi birokrasi menjadi visi Pemkot yang dipimpin Walikota HM Buchori dan Wakil Walikota Bandyk Soetrisno. “Penanggulangan kemiskinan salah satu upaya dengan pengajuan pembangunan rumah susun untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan dana dari Kementerian Perumahan Rakyat. Kini sudah ada dua rumah susun yang ditempati sekitar 98 KK. Dan akan terus kami upayakan,” katanya. Kemudian mengenai pengelolaan sampah, kata dia, memiliki tempat pengolahan yang sama sekali tidak berbau. Terkait abang tukang becak yang menukar sampah dengan sembako dijelaskan Budi, merupakan salah satu upaya untuk mengurangi jumlah sampah di lingkungan sekitar. Sampah-sampah ini nantinya akan dipilah, baik dengan bantuan pemulung maupun dengan alat pemilah sampah organik dan sampah anorganik yang ada di TPA di wilayah Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan. Setelah memperoleh penjelasan, rombongan kemudian melihat TPA yang dimaksud.

TPA yang menempati areal seluas empat hektare ini dipergunakan baik untuk pengolahan dan tempat pembuangan. Sebelum ditumpuk, pada bagian dasar dilapisi dengan terpal. Sampah yang sudah diratakan lantas diuruk dengan tanah. Pipa dari area TPA disalurkan ke dua bak penampung air hasil fermentasi sampah. Untuk selanjutnya diolah sehingga aman saat dibuang. Proses inilah yang membuat sampah di sana kering, sehingga bau busuk yang kerap ada di TPA tidak terjadi di sana. Kepala Bidang Penanggulangan Dampak Pencemaran Kantor Lingkungan Hidup, Abdul Rachman mengatakan luas total area TPA sekitar 10 hektare, namun baru 4 hektare yang gunaannya karena masih ditempati warga. “Pelan-pelan kami minta untuk pindah, karena area yang ditempati milik Pemkot. Tapi tentu lama, tidak bisa begitu saja diminta untuk pindah,” jelasnya. Kemudian mengenai bidang humas yang ada di Pemkob Probolinggo, diakui Rey, tiap tahun menganggarkan Rp 3,2 miliar untuk kegiatan wartawan. Pemkot memberikan penghargaan bagi media yang meliput kegiatan Pemkot.. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...
Informal Meeting Forum (IMF)
Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB)
Forum Jaringan Manajemen Sampah (FORJAMANSA)
Paguyuban Eco Pesantren
Paguyuban Kader Lingkungan (PAKERLING)
Paguyuban Putri Lingkungan (PUTLING)
Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah (POKMAS)
Paguyuban Peduli Sampah (PAPESA)
Penyandang Cacat Peduli Lingkungan Kota Probolinggo (PECEL KOPROL)
Komunitas Pelestari Keanekaragaman Hayati (KOMTARI KEHATI)
Paguyuban Penarik Gerobak Sampah Cekatan Riang Inovatif Amanah (PGS CERIA)
Paguyuban Abang Becak Peduli Lingkungan (ABPL)

Pencarian Artikel

Jumlah Kunjungan

About Me

My photo
By the middle of 2005, the management of environment in Probolinggo city was implemented by 2 (two) units which were subdivision for public cleaning services and parks of Public Works Agency of Probolinggo City and the Office of Environment of Probolinggo City. But in August 2005, considering to the aspects of effectiveness in administration, coordination, budget management dan program operations, then those two units were merged into 1 (one) new governmental institution namely the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City. Then, in accordance to the institutional restructure of central and regional government, on July 1st 2008, the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City was changed into the Environment Agency (BLH) of Probolinggo City.