BLH Kota Probolinggo    "SI JUPPE"   S emangat,  I novatif,  J u jur,  P rofesional,  P e duli

Kota Probolinggo dan Keberhasilan Penanganan Sampah Kota

Kota Probolinggo bekerja bekerjasama dengan ’NOTHING WASTED’ Danamon Peduli untuk mengembangkan sistem penanganan sampah kota yang selama ini sudah berjalan baik, dimana pemerintah dan masyarakat bekerjasama untuk mengelola sampah kota. Walaupun hari mulai malam ketika tim pembuat film World Challenge tiba di lokasi rumah kompos, semangat tim pemerintah kota dan kelompok masyarkat tetap tinggi. Kami pergi ke kelurahan Mangunharjo dimana sistem pengelolaan sampah kota terpadu diterapkan.

Di kelurahan ini, setiap rumah dapat menukar sampahnya dengan kompos dari rumah kompos Danamon Go Green. 100 kg sampah dapat menghasilkan 30 kg kompos, dimana 21 kg dikembalikan ke rumah, dan 9 kg dimanfaatkan oleh rumah kompos. Masyarakat bisa memakai atau menjual kompos yang dihasilkan. Pemerintah kota Probolinggi tidak mengambil keuntungan dari proses ini, karena kegiatan ini merupakan bagian dari pelayanan masyarakat yang diberikan oleh kota Probolinggo agar masyarakat termotivasi untuk meningkatkan sikap sehat dan bersih.

One Planet Pictures juga membuat film tentang Ibu Hamida, pembuat kerajinan dari sampah anorganik. Ibu Hamida bisa menjual kerajinannya langsung atau melalui koperasi yang didukung oleh kantor lingkungan hidup kota Probolinggo. Ibu Hamida telah memisahkan sampah organik dan anorganik selama tiga tahun, dan pada dua tahun terakhir beliau membuat kerajinan dari sampah plastik. Ibu Hamida mendapat tambahan penghasilan antara Rp. 20.000 – 30.000 per hari dari kerajinan ini. Beliau sangat bangga akan kegiatan yang dijalaninya. ”Sampah dapat membuat masalah, tetapi jika ditangani dan dimanfaatkan dengan baik, sampah bisa menambah penghasilan bagi keluarga saya”, kata Ibu Hamida. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

BLH Sayangkan Budaya Buang Sampah Di Sungai

Pencemaran sungai rata-rata 60 persen berasal limbah domestik, yakni dari sanitasi, sampah, dan detergen. Selain itu, industri juga turut menyumbang 30 persen pencemaran air melalui pembuangan limbah cair ke sungai, sedangkan 10 persennya berasal dari limbah lainnya seperti dari pertanian dan peternakan. Untuk itu, budaya membuang sampah ke sungai yang turut menyumbang pencemaran terbesar sangat disayangkan pihak Badan Lingkungan Hidup (BLH). Kepala Bidang Komunikasi dan Peningkatan Peran Serta Masyarakat BLH Jatim, Putu Artha Giri di kantornya, Senin (26/10) mengimbau, pada seluruh masyarakat yang terbiasa membuang sampah di sungai agar tidak lagi melakukan hal tersebut. Pasalnya, air sungai yang tercemar juga akan menjadi bahan konsumsi masyarakat. ”Jika air tercemar tentu akan berdampak pada kesehatan,” ungkapnya.

Ia menuturkan, dalam rangka mengurangi pencemaran dari limbah domestik, sebelumnya pada awal 2009 pihaknya telah mencanangkan program Stop Cemari Kali Surabaya. Menurutnya, program itu dimaksudkan untuk lebih meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka mereduksi pencemaran sungai. Walaupun pencanangan masih dalam lingkup Kali Surabaya, ia menjelaskan, implementasinya dapat dilakukan untuk seluruh sungai di kawasan Jatim. ”Kali Surabaya hanya sebagai sampel saja untuk pencanangan dan tindaklanjutnya di sungai yang berada di daerah akan lebih ditekankan pada kerjasama dengan pemerintah kab/kota setempat,” ujarnya

Putu juga sempat menyayangkan pencemaran sungai yang juga terjadi di Probolinggo. Kebiasaan sebagian masyarakat Kota Probolinggo, membuang sampah di sungai hingga kini masih sulit dibendung. Akibatnya, tak sedikit sungai-sungai yang ada mengalami pendangkalan akibat sampah yang menumpuk. Seperti di Sungai Wiroborang, selain sudah mulai mengalami pendangkalan, tumpukan sampah juga kerap menjadi penyebab keluarnya aroma busuk yang mengganggu aktivitas masyarakat yang tinggal di kampung sekitar sungai. Air yang mengalir dan digunakan untuk mengairi persawahan di sekitar sungai juga sudah berwarna coklat kehitam-hitaman. Kondisi yang sama juga terjadi pada sungai yang mengalir di kawasan Perum Arum Permai, Kota Probolinggo. Di sungai yang konon menjadi penanda Kota Probolinggo, warga menyebutkan aliran Kali Banger ini juga terdapat sampah rumah tangga yang menumpuk.

Untuk itu, Putu meminta pada pihak BLH Kota Probolinggo untuk melakukan sosialisasi pada masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai. ”Jika BLH Probolinggo mau melakukan upaya tersebut dan memberikan pemahaman pada masyarakat akan bahaya pencemaran sungai, pasti akan berdampak positif dan itu harus segera dilakukan secepatnya,” pungkasnya. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...

Pemkot Bidik Adipura Kencana

Sukses meraih penghargaan Adipura selama dua tahun berturut-turut (2008-2009) tidak membuat Kota Probolinggo berpuas diri. Badan Lingkungan Hidup (BLH) sudah bersiap meraih Adipura Kencana tahun depan. Sebagai mana hasil rapat di Malang bersama Kementerian Lingkungan Hidup memang disampaikan secara lisan bakal ada penghargaan Adipura Kencana, beberapa waktu lalu . Tapi untuk daerah yang tiga kali berturut-turut mendapatkan Adipura. Kepala BLH Endro Suroso mengungkapkan, dikantornya Senin 5/10.

Jika tahun 2010 Kota Probolinggo dapat Adipura maka secara otomatis bisa meraih Adipura Kencana. Tentunya untuk mendapatkan penghargaan tersebut harus didukung perolehan Adiwiyata Bestari dan Wahana Tata Nugraha. "Kota Probolinggo kan sudah pernah dapat dua penghargaan tersebut. Jadi, langkah mendapatkan Adipura Kencana lebih mudah dan mudah-mudahan penghargaan Adipura tetap bertahan," harap Endro.

Tahun 2009 lalu penghargaan Adipura sudah diraih kota seribu taman ini dengan nilai 76,69 dari ketentuan nilai minimal adipura 73 (passing grade) . Dari evaluasi penilaian tersebut terdapat peningkatan nilai secara signifikan pada beberapa titik pantau seperti sekolah dan puskesmas. Sementara titik pantau yang belum memenuhi standar adalah pasar dan saluran terbuka (sanitasi). Empat lokasi pasar yang jadi titik pantau antara lain pasar baru, pasar Gotong Royong, pasar Mangunharjo dan pasar Ketapang.

"Titik pantau itu yang benar-benar harus diperhatikan. Kami sudah berupaya mengubah wajah, tetapi jika tidak didukung peran serta atau kesadaran dari masyarakat ya percuma. Setidaknya persiapan menjelang penilaian sudah kami siapkan sejak sekarang karena penilaian tahap awal (P1) kira-kira awal November mendatang," jelas Endro. Sementara penghargaan dihelat antara bulan Mei atau Juni 2010. Sebelum tim penilaian turun maka BLH dan seluruh instansi harus mulai bersiap. Mereka punya target untuk baik peringkat. Tahun 2009 Kota Probolinggo berada di peringkat 7 kategori kota sedang. Di tahun 2010 mendatang Endro menargetkan kota ini jadi peringkat 3 pada kategori yang sama.

Untuk mencapai nilai yang lebih tinggi diperlukan konsentrasi lebih pada nilai-nilai titik pantau yang jauh dari standar. Soal pasar dan sanitasi, BLH bakal berkoordinasi dengan instansi terkait. Agar pada Adipura selanjutnya nilai titik pantau tersebut minimal bisa masuk ke passing grade. Satu lagi yang perlu diperhatikan adalah penghijauan di kawasan perumahan. Penilaian Adipura tahun 2010 bakal ditambah titik pantau. Yakni IPAL komunal atau instalasi pengelolaan limbah di tingkat kawasan. BLH juga tengah melakukan studi kelayakan bagaimana agar limbah yang berada di suatu kawasan tidak menjadi polusi. Lokasi studi kelayakan itu di Mayangan, Mangunharjo, dan Sukabumi. "Untuk awalnya kami membuat dua dulu. Pengerjaannya kami kerjasama dengan ITS. Sekarang konsultan sedang membuat. Soal anggaran sudah kami siapkan," tegasnya. Sumber Berita
Baca Selengkapnya...
Informal Meeting Forum (IMF)
Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB)
Forum Jaringan Manajemen Sampah (FORJAMANSA)
Paguyuban Eco Pesantren
Paguyuban Kader Lingkungan (PAKERLING)
Paguyuban Putri Lingkungan (PUTLING)
Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah (POKMAS)
Paguyuban Peduli Sampah (PAPESA)
Penyandang Cacat Peduli Lingkungan Kota Probolinggo (PECEL KOPROL)
Komunitas Pelestari Keanekaragaman Hayati (KOMTARI KEHATI)
Paguyuban Penarik Gerobak Sampah Cekatan Riang Inovatif Amanah (PGS CERIA)
Paguyuban Abang Becak Peduli Lingkungan (ABPL)

Pencarian Artikel

Jumlah Kunjungan

About Me

My photo
By the middle of 2005, the management of environment in Probolinggo city was implemented by 2 (two) units which were subdivision for public cleaning services and parks of Public Works Agency of Probolinggo City and the Office of Environment of Probolinggo City. But in August 2005, considering to the aspects of effectiveness in administration, coordination, budget management dan program operations, then those two units were merged into 1 (one) new governmental institution namely the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City. Then, in accordance to the institutional restructure of central and regional government, on July 1st 2008, the Agency of Public Cleaning Services and Environment (DKLH) of Probolinggo City was changed into the Environment Agency (BLH) of Probolinggo City.